Liputan6.com, Jakarta - Syaikhona Kholil Bangkalan merupakan ulama kharismatik sekaligus gurunya para ulama Nusantara di zamannya. Bahkan, hingga sekarang keberkahan Mbah Kholil Bangkalan masih terus diharapkan.
Setiap hari tidak henti-hentinya umat Islam menziarahi makam Mbah Kholil dari berbagai daerah, baik jemaah dari Pulau Jawa maupun luar Jawa.
Banyak sumber yang menceritakan kisah Mbah Kholil sang waliyullah. Salah satunya termaktub dalam kitab Ha'ula Masyayikhuna (Inilah Para Guru Kami) karya Kiai Musa Musthafa at-Tamani.
Baca Juga
Advertisement
Kitab tersebut sebagian besar menceritakan kisah-kisah para ulama Nusantara. Ada di antaranya kisah Mbah Kholil Bangkalan ketika menguji ketaatan santrinya yang miskin untuk melaksanakan ibadah haji.
Berikut kisah selengkapnya yang dapat diambil hikmah dan pelajaran untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Ujian Mbah Kholil kepada Santri Miskin
Disarikan dari NU Online, Mbah Kholil yang mempunyai banyak santri dengan latar belakang berbeda menguji murid-muridnya mana santri yang taat dan tidak kepada guru.
Suatu hari, Mbah Kholil ingin menguji ketaatan dari dua orang santri yang latar belakang finansial keluarganya berbeda. Santri pertama berasal dari keluarga miskin. Santri kedua dari keluarga serba kecukupan alias kaya.
Mbah kholil memanggil santri yang kurang mampu itu lalu mengujinya seraya berkata, "Wahai anakku, aku berkeinginan agar engkau melaksanakan ibadah haji tahun ini," ujar Mbah Kholil.
Tanpa berpikir panjang, sang santri miskin ini langsung menyanggupi keinginan gurunya. “Baik, saya akan melaksanakannya wahai guruku,” jawabnya.
Santri yang miskin ini tetap taat terhadap perintah sang guru meskipun ia sadar sebenarnya dirinya tidak mempunyai uang yang cukup untuk menunaikan ibadah haji.
Advertisement
Menguji Santri Kaya
Keesokan harinya, Mbah Kholil memanggil santri kedua yang berasal dari keluarga kaya. Ia memberi perintah yang sama seperti pada santri yang miskin sebelumnya.
Mendengar perintah dari Mbah Kholil untuk melaksanakan ibadah haji, sang santri kaya ini merasa keberatan.
"Wahai guru, perjalanan menuju Tanah Suci sangatlah jauh dan membutuhkan biaya yang cukup besar, sedangkan saya merasa tidak mampu," jawabnya.
Di akhir cerita, meski santri miskin secara dzahir ia tidak mempunyai bekal yang cukup untuk berangkat haji, namun berkah menaati perintah guru (sendiko dawuh) akhirnya dapat melaksanakan ibadah haji pada tahun itu, bahkan pada tahun-tahun berikutnya.
Sementara, santri kedua yang kaya tersebut, meski secara dzahir mampu untuk berangkat ibadah haji, namun akibat tidak menaati perintah guru akhirnya sampai ia wafat pun tidak bisa menunaikan ibadah haji.
Hikmah dari kisah tersebut adalah ikutilah perintah dari sang guru selagi baik dan tidak melanggar perintah-Nya. Tidak perlu pesimis karena Allah akan memberikan kemudahan melalui doa-doa guru dan menaatinya. Wallahu a’lam.