Liputan6.com, Jakarta - Foto Anies Baswedan memegang tongkat Pangeran Diponegoro jadi sorotan di media sosial, baru-baru ini, padahal itu merupakan momen lebih dari sembilan tahun lalu. Anies, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), mewakili pemerintah Indonesia menerima langsung pengembalian Tongkat Kiai Cokro.
Tongkat Pusaka Pangeran Diponegoro berbentuk setengah lingkaran ini disimpan selama 183 tahun oleh keluarga Baud di Belanda, yang pada 2015 mengembalikannya secara langsung pada pemerintah Indonesia. Kini, kisah seputar benda peninggalan itu telah menciptakan gelombang spekulasi di media sosial.
Advertisement
Salah satunya menyeruak kepercayaan dari kalangan masyarakat Jawa bahwa orang yang memegang Cakra Pangeran Diponegoro akan jadi pemimpin. Hal tersebut sempat diamini anggota tim delapan Koalisi Perubahan Sudirman Said. "Bahwa ada orang yang percaya, ya kita amini saja," ungkapnya di Kantor Sekretariat Perubahan, Jakarta, Rabu, 21 Juni 2023, dikutip dari merdeka.com, Rabu (28/8/2024).
Saat itu, sejarawan Rushdy Hoesein menjelaskan bahwa ia belum melihat bukti apakah Pangeran Diponegoro memiliki tongkat atau tidak. "Kalau (tongkat) untuk membantu kondisi fisik dia sih belum pernah lihat saya. Tongkat komando juga enggak pakai dia," ungkapnya pada Jumat, 23 Juni 2023.
Sejarah tongkat pusaka itu pun belum diketahui secara pasti. Dari bukti-bukti yang ada, seperti foto dan lukisan di Museum Diponegoro, tidak pernah muncul Pangeran Diponegoro memiliki tongkat.
Namun, melihat tongkat yang dipegang Anies saat itu, tongkat tersebut bukan tongkat yang dipakai untuk berjalan. Menurut Rushdy, tongkat tersebut semacam alat kelengkapan perang. Pada bagian atas tongkat terdapat semacam ukiran, di bawahnya tidak ada keistimewaan lain, dan bukan tongkat dengan keris di dalamnya.
Ratu Adil Jawa
Rushdy menyebut tongkat Pangeran Diponegoro kemungkinan besar merupakan alat perang. "Iya (tongkat yang dipegang Anies) sebagai peralatan perang, tapi kan orang Jawa menganggap peralatan perang mempunyai kharisma juga," ujar dia.
Sementara itu, sejarawan Peter Carey mengungkap di "Kuasa Ramalan: Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa, 1785-1855," tongkat tersebut bergelar Ratu Adil Jawa "Erucokro." Tongkat itu katanya dibawa sebagai penamping perjalanan spiritual Pangeran Diponegoro, karena bentuk cakranya menyamai senjata Dewa Wisnu dalam mitologi Jawa.
Keluarga Baud sempat bercerita tentang keberadaan Tongkat Pusaka Pangeran Diponegoro selama di Belanda. Tongkat ini diberikan pada leluhur Baud pada 1834. Tongkat Pusaka tersebut diterima sebagai hadiah di sebuah periode bergejolak akibat persaingan politik dan hubungan kekuasaan kolonial, menurut situs web Kemendikbud.
Sejak ayahanda ahli waris Jean Chretien Baud meninggal dunia pada 2012, tongkat tersebut disimpan di rumah saudara perempuannya bernama Erica. Pada Agustus 2013, pihak keluarga dihubungi Harm Steven dari Rikjsmuseum yang menyampaikan asal-usul tongkat itu.
Advertisement
Diperiksa Sejumlah Ahli
Tongkat tersebut diperiksa sejumlah ahli yang memastikan asal-usul benda peninggalan tersebut. Sebagai ahli waris dalam berbagai era sejarah, pihak keluarga sadar betapa pentingnya penemuan ini dan tanggung jawab untuk merawat tongkat pusaka tersebut.
Pihak keluarga kemudian membahas makna dan konteks pemberian tongkat pusaka tersebut dari leluhur. Keputusan mengembalikan tongkat pusaka itu pada Indonesia muncul dalam diskusi. Pihak keluarga berharap bahwa penyerahan tongkat pusaka Pangeran Diponegoro jadi momentum yang penting secara simbolis dalam memasuki era baru yang diisi dengan saling menghormati, persahabatan, dan kebersamaan.
Tidak hanya tongkat, Raja Belanda Willem Alexander menyerahkan secara langsung sebilah keris milik Pangeran Diponegoro ke Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2020. Keris pusaka itu diserahkan saat pertemuan Raja Willem dan Jokowi di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat.
Mengutip kanal News Liputan6.com, Raja Willem datang bersama Ratu Belanda Maxima ke Istana Bogor, Selasa, 10 Maret 2020. Keris yang selama ini tersimpan di Belanda itu diserahkan secara simbolis usai Raja Willem dan Jokowi memberikan pernyataan pers bersama.
Tidak Hanya Tongkat Pangeran Diponegoro
"Keris Pangeran Diponegoro diserahkan oleh Raja Belanda Willem Alexander kepada Presiden @jokowi dalam kunjungan hari ini di Istana Bogor #diplomasi #budayabangsa," tulis Sekretaris Kabinet Pramono Anung di akun Instagram-nya saat itu.
Keris milik Pangeran Diponegoro itu berwarna kuning di bagian sarung, sementara gagangnya berwarna cokelat. Keris itu terbungkus rapi dalam sebuah kotak kaca saat diserahkan Raja Willem ke Jokowi.
Di momen itu, Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi menyebut bahwa proses pengembalian keris tersebut sudah cukup lama. Pemerintah Indonesia dan Belanda menelitinya untuk memastikan bahwa keris itu milik Pangeran Diponegoro.
Bahkan, kata Retno, beberapa minggu sebelum kunjungan Raja Willem, pemerintah Indonesia mengirimkan tim ke Belanda. Tim itu diutus untuk melakukan pengecekan terhadap keris itu.
"Dengan datangnya tim dari Indonesia, sudah dikonfirmasikan keris tersebut adalah keris Diponegoro dan kemudian dikembalikan ke Indonesia," ucapnya. Keris itu didapatkan Belanda saat menangkap Pangeran Diponegoro setelah perang besar pada 1825--1830.
Advertisement