Dampak Kabut Asap Karhutla, Kualitas Udara di Jambi Tidak Sehat

Berdasarkan data IQAir udara di Kota Jambi masuk kategori tidak sehat. Hal ini dampak dari kabut asap kebakaran hutan dan lahan di Muaro Jambi.

oleh Gresi Plasmanto diperbarui 28 Agu 2024, 15:31 WIB
Kondisi kebakaran hutan dan lahan di Muaro Jambi. (Liputan6.com/ist)

Liputan6.com, Jambi - Kabut asap yang berasal dari kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) telah berdampak buruk terhadap kualitas udara di Kota Jambi, pada Rabu pagi (28/8/2024). Berdasarkan data pemantauan realtime dari platform IQAir pada pukul 12.00 WIB udara di Kota Jambi masuk kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif.

Indeks kualitas udara (AQI) dan polusi udara dengan polutan utama PM2.5 terpantau berada diangka indeks AQI US 144 atau tidak sehat bagi kelompok sensitif meliputi anak-anak dan lansia. Sementara pada pukul 11.00 WIB kualitas udara Kota Jambi masuk kategori tidak sehat dan berwarna merah. 

Hasil analisis Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi menyebutkan bahwa kabut asap yang menyelimuti Kota Jambi ini diduga berasal dari Karhutla di tiga desa di Kecamatan Kumpeh, Kabupaten Muaro Jambi. 

Dari analisis citra satelit sentinel 2, yang dilakukan tim GIS KKI Warsi, karhutla di wilayah administrasi tiga desa: Rantau Panjang, Rondang, dan Londrang ini terpantau telah menghanguskan seluas 972 hektare lahan. 

Kebakaran ini sebagian besar terpantau di lahan gambut dengan kedalaman 100-200 centimeter. Dari pantauan satelit NOAA, titik panas di wilayah ini mulai tampak pada 25 Agustus 2024. Kemudian sehari setelahnya titik panas semakin banyak terpantau. 

Pada tanggal 27 Agustus 2024, kobaran lidah api terpantau satelit sentinel 2. “Kita melakukan pemantauan sejak beberapa hari ini, apakah titik panas dari satelit NAOO, menggambarkan lahan kebakaran yang terlihat di satelit sentinel 2, kita tunggu tangkapan citra satelit yang baik, dan di tanggal 27 Agustus, terpantau memang ada kobaran api yang melanda wilayah itu,” kata Koordinator Divisi GIS KKI Warsi Askarinta Adi. 

Menurut Askarinta kebakaran lahan ini ketika ditumpangsusunkan dengan peta perizinan terindikasi berada di areal perusahaan perkebunan kelapa sawit PT Bumi Andalas. 

Untuk dapat melihat areal kebakaran ini bisa dideteksi dengan melihat sejumlah citra satelit yang melintas Jambi. Ada satelit yang melaporkan titik panas, yaitu NAOO 20, NOAA 21, Terra Aqua dan SNVV. 

Indeks kualitas udara Jambi 28 Agustus 2024. (IQAir)

Selain itu, juga ada tangkapan satelit sentinel 2, yang mengirimkan gambar muka bumi pada periode tertentu dengan resolusi spasial 10 meter. Ketika langit cerah tanpa awan, sentinel mampu mengirimkan gambar yang memperlihatkan lidah api. 

“Tangkapan sentinel 2 ini yang mengindikasikan kebakaran kita deliniasi sehingga luas kebakaran yang terjadi dapat diketahui,” kata Askarinta. 

Peta kebakaran yang menghanguskan 972 hektare kawasan gambut di Kabupaten Muaro Jambi. (KKI Warsi)

Aska menjelaskan, jika dilihat dari tangkapan citra ini, kebakaran di wilayah ini masih berkemungkinan meluas, karena lidah apinya masih terus bergeser ke arah utara, memasuki perbatasan Muara Jambi dan Tanjung Jabung Timur atau tepatnya ke arah Desa Catur Rahayu. 

Jika arah angin ke selatan, kemungkinan api akan cepat tertanggulangi, karena berbatasan langsung dengan Sungai Batanghari. 

“Kami berharap Satgas Karhutla dan para pihak yang tengah berupaya memadamkan api ini mampu mengendalikan api dan mengembalikan langit biru kita, apresiasi setingginya untuk para petugas,” ujar Aska. 

Sementara itu, dari analisis KKI Warsi kebakaran hutan dan lahan Jambi telah muncul sejak Juli lalu. Analisis yang dilakukan selama hampir dua bulan ini, mengindikasikan kebakaran hutan dan lahan di Jambi telah menghanguskan lebih dari 1.759 hektare.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya