Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mencatat ranking Logistics Performance Index Indonesia masih kalah jauh dengan negara tetangga antara lain Malaysia, Thailand, hingga Singapura.
"Ranking Logistics Performance Index Indonesia yang menurut Bank Dunia yang pada tahun lalu berada di posisi 61, di bawah Singapura (1), Malaysia (26), Thailand (34), bahkan Filipina (43), dan Vietnam (43)," kata Airlangga dalam Deklarasi dan Pengukuhan Pengurus IWTL, Kamis (29/8/2024).
Advertisement
Dia menuturkan, untuk meningkatkan ranking tersebut oleh karena itu Pemerintah terus berkomitmen untuk meningkatkan kinerja logistik, salah satunya berupa penataan melalui NLE atau Ekosistem Logistik Nasional, yang capaiannya sebesar 97,6% dari total 42 rencana aksi, yang diterapkan di 46 pelabuhan laut dan 6 bandar udara.
Di sisi lain Pemerintah juga terus mendorong perluasan digitalisasi secara end to end agar utilisasi logistik bisa meningkat. Lebih lanjut, Airlangga menyampaikan bahwa kontribusi sektor transportasi dan pergudangan terhadap PDB meningkat dari 5,93% di Q1-2024 menjadi 6,24% pada kuartal II-2024.
Selaras dengan hal tersebut, pertumbuhan sektor transportasi dan pergudangan terhadap PDB juga meningkat dari 8,66% pada kuartal I-2024 menjadi 9,56% pada kuartal II-2024.
Selain itu, peti kemas internasional pada semester I 2024 menunjukkan pertumbuhan sekitar 5,76% jika dibandingkan dengan semester I tahun sebelumya, sedangkan peti kemas domestik tumbuh di kisaran 6% jika dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya.
Adapun sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat, jumlah tenaga kerja di sektor transportasi, pergudangan, dan logistik di Indonesia juga terus meningkat. Data terbaru menunjukkan jumlah tenaga kerja di sektor tersebut mencapai lebih dari 5 juta orang.
Upaya Pemerintah
”Indonesian Women in Transportation and Logistics (IWTL) merupakan organisasi transportasi logistik perempuan yang pertama kali di Indonesia, dibentuk untuk memberdayakan perempuan dan membangun jaringan yang kuat di antara sesama anggota untuk kemajuan dunia logistik,” ujar dia.
Dia menilai, guna mencapai visi Indonesia Emas tahun 2045, salah satu upaya yang terus dilakukan Pemerintah yakni meningkatkan kinerja logistik nasional. Saat ini biaya logistik nasional Indonesia terhadap PDB pada tahun 2022 sebesar 14,29%. Terkait hal tersebut, Menko Airlangga menyampaikan perlunya lebih banyak kerja keras untuk mencapai target penurunan biaya logistik menjadi 8% pada 2045.
Advertisement
Menko Airlangga Pastikan Warga Kelas Menengah Tak Turun Status
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto memastikan bahwa masyarakat kelas menengah adalah pilar utama penggerak ekonomi Indonesia. Kelas menengah menjadi tumpuan untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045.
Menko Airlangga mengatakan, karakteristik masyarakat kelas menengah sangat terkait dengan pola konsumsi yang dominan. Kelas menengah memiliki pengeluaran terbesar umumnya berasal dari sektor makanan, diikuti oleh perumahan, kesehatan, pendidikan, dan hiburan.
Saat ini sekitar 17,13 persen penduduk Indonesia tergolong dalam kelas menengah, sementara hampir 50 persen lainnya termasuk dalam kategori aspiring middle class atau kelompok masyarakat yang berhasil naik kelas, tetapi masih rentan miskin.
Dia mengakui angka ini mengalami penurunan sejak sebelum pandemi COVID-19, yang berdampak negatif pada ekonomi kelas menengah.
"Kelas menengah adalah motor utama penggerak ekonomi dan kelas menengah kita ini sekitar 17,13 persen dan aspiring middle class itu juga ada mendekati 50 persen dan tentunya pada waktu sebelum COVID-19 angkanya lebih tinggi," Airlangga dalam acara dialog ekonomi dalam rangka merayakan hari ulang tahun Kemenko Perekonomian yang ke-58, Jakarta, Selasa (27/8/2024).
"Ini karena ada efek dari COVID-19 yang sering disampaikan oleh Bu Menteri Keuangan sebagai scaring effect di mana ini diharapkan bisa diperbaiki ke depannya," tambah Airlangga.
Prioritas Kedua
Perumahan, menurut Airlangga, menjadi prioritas kedua setelah makanan dan minuman dalam pengeluaran kelas menengah, menjadikannya sektor yang sangat penting.
Kelas menengah juga memainkan peran strategis dalam mendukung perekonomian melalui kewirausahaan dan penciptaan lapangan kerja.
"Dan tentu investasi menjadi penting, investasi yang positif dan ini tentu akan membuat perubahan sosial terutama untuk mencapai Indonesia emas di 2045," jelas dia.
Pemerintah, lanjutnya, berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan kelas menengah melalui berbagai program, termasuk perlindungan sosial, insentif pajak, kartu bekerja, jaminan kehilangan pekerjaan, serta kredit usaha rakyat.
"(Program-program) Ini diharapkan bisa menahan jumlah kelas menengah," pungkas Airlangga.
Reporter: Ayu
Sumber: Merdeka.com
Advertisement