Cek di Sini Jadwal Lengkap Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia 3-6 September 2024

Paus Fransiskus akan melakukan perjalanan apostolik ke Asia Pasifik, di mana Indonesia akan menjadi negara pertama yang dikunjunginya.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 29 Agu 2024, 20:40 WIB
Paus Fransiskus. (AP Photo/Alessandra Tarantino)

Liputan6.com, Jakarta - Paus Fransiskus dijadwalkan akan mengunjungi Indonesia pada 3-6 September 2024, negara pertama yang menjadi tujuannya dalam perjalanan apostolik ke Asia Pasifik.

Lawatan Paus ke Indonesia mengangkat tema: "Iman, Persaudaraan, dan Bela Rasa".

Kunjungan ini merupakan momen bersejarah dan sangat penting bagi umat Katolik di Indonesia, serta menjadi bagian dari upaya memperkuat tali persaudaraan antar umat beragama.

Setibanya di Indonesia, Paus Fransiskus dijadwalkan akan melakukan serangkaian kegiatan termasuk melakukan kunjungan kehormatan ke Istana Merdeka dan bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) hingga memimpin misa kudus di Gelora Bung Karno (GBK) yang akan dihadiri oleh lebih dari 80 ribu umat Katolik Indonesia.

Mengutip siaran pers Tim Media Kunjungan Paus Fransiskus, berikut adalah jadwal lengkap Paus selama di Indonesia:

Senin, 2 September 2024

  • Berangkat dengan pesawat dari Bandara Internasional Roma/Fiumicino ke Jakarta

Selasa, 3 September 2024

  • Tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng

Rabu, 4 September 2024

  • Melakukan kunjungan kehormatan kepada Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) di Istana Merdeka, Jakarta
  • Melakukan pertemuan dengan kalangan pemerintahan, masyarakat sipil, dan korps diplomatik di Aula Istana Negara, Jakarta
  • Melakukan pertemuan pribadi dengan anggota Serikat Jesus (SJ) di Kedutaan Besar Vatikan, Jakarta
  • Melakukan pertemuan dengan para uskup, imam, diakon, pelaku hidup bakti, seminaris, dan katekis di Gereja Katedral, Jakarta

Kamis, 5 September 2024

  • Melakukan pertemuan antaragama dan bertemu Imam Besar Nasaruddin Umar Masjid Istiqlal, di Masjid Istiqlal, Jakarta
  • Melakukan pertemuan dengan penerima manfaat organisasi amal di Kantor Pusat KWI, Jakarta
  • Memimpin misa kudus di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta

Jumat, 6 September 2024

  • Meninggalkan Jakarta dan menuju Port Moresby, Papua Nugini

Dorong Dialog Antar Agama dan Perdamaian

Uskup Agung Jakarta Ignatius Kardinal Hardjoatmodjo (kanan) dan Ketua KWI Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC (kiri) dalam pernyataan pers dengan media di Jakarta, Rabu (28/8/2024). (Liputan6.com/Benedikta Miranti)

Uskup Agung Jakarta Ignatius Kardinal Hardjoatmodjo menuturkan bahwa lawatan Paus Fransiskus ke Indonesia memiliki makna spiritual yang mendalam bagi umat Katolik dan masyarakat secara umum, yaitu penguatan iman dan persatuan.

Dalam keterbatasan kesehatan dan usianya, Paus tetap bersedia mengunjungi dan berjumpa langsung dengan umatnya. Ia menunjukkan kasih kebapaannya untuk meneguhkan dan menguatkan iman umat. 

"Kunjungan Paus kiranya memperkuat dialog antaragama dan perdamaian," kata Kardinal Suharyo, seperti dikutip dari pernyataan pers yang diterima Liputan6.com, Rabu (28/8/2024). 

Paus selalu mempromosikan dialog lintas agama dan perdamaian.

Kunjungan ini menjadi momen untuk mendorong kerja sama yang lebih erat antara komunitas agama di Indonesia, serta menegaskan pentingnya toleransi, saling pengertian, dan kerja sama dalam memelihara perdamaian. 


Isu Sosial dan Kemanusiaan Jadi Fokus Utama

Konferensi pers oleh Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) terkait kunjungan Paus Fransiskus di Jakarta, Rabu (28/8/2024). (Liputan6.com/Benedikta Miranti)

Lebih lanjut, Kardinal Suharyo mengungkapkan bahwa isu sosial dan kemanusiaan menjadi fokus utama dalam kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia. 

"Kunjungan ini juga menjadi kesempatan untuk menyoroti isu-isu sosial dan kemanusiaan yang relevan di Indonesia, mendorong umat Katolik dan masyarakat luas untuk lebih peduli dan terlibat dalam upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dan pelestarian lingkungan," tuturnya. 

Selain itu, kunjungan ini juga dapat dipandang sebagai bentuk penghormatan terhadap kebudayaan lokal dan tradisi Indonesia yang kaya.

"Hal ini mengingatkan bahwa iman Katolik dapat berakar dalam konteks budaya lokal tanpa kehilangan identitas universalnya," tambah Kardinal Suharyo. 

Indeks Perdamaian Dunia (GPI) 2016 merilis hasil risetnya, apa kabar dunia hari ini? (liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya