Konferensi Internal Auditor Asia Pasifik Digelar di Bali

Konferensi Regional The Asian Confederation of Institute of Internal Auditors (ACIIA) Tahun 2024 diselenggarakan di Bali, pada 28-29 Agustus 2024.

oleh Septian Deny diperbarui 29 Agu 2024, 15:55 WIB
Konferensi Regional The Asian Confederation of Institute of Internal Auditors (ACIIA) Tahun 2024 diselenggarakan di Bali, pada 28-29 Agustus 2024.

Liputan6.com, Jakarta Konferensi Regional The Asian Confederation of Institute of Internal Auditors (ACIIA) Tahun 2024 diselenggarakan di Bali, pada 28-29 Agustus 2024. Tahun ini, IIA Indonesia menjadi tuan rumah konferensi regional tahunan yang merupakan ajang pertemuan bagi para profesional audit internal di kawasan Asia Pasifik

Dalam kegiatan tersebut, para peserta dapat mendiskusikan berbagai isu strategis terkait audit internal, Governance, Risk Management and Control serta memperluas jaringan profesional dengan para praktisi internal audit terkemuka di level global, regional, maupun nasional.

Konferensi ACIIA ini mengusung tema 'Purposeful Impact', yang dimaksudkan agar auditor dapat mengoptimalkan dampak pekerjaan mereka pada isu-isu kritikal bagi organisasi maupun sekitarnya.

Kegiatan ini dibuka oleh Angela Simatupang (President IIA Indonesia), diikuti dengan keynote speech oleh Michael Gallego (President ACIIA), Sally-Anne Pitt (Chair of IIA Global Board 2023-2024), dan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan, yang diwakili oleh Sophia Wattimena, Ketua Dewan Audit merangkap Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan.

Senior Partner & Head of Governance Risk Control and Technology Consulting RSM Indonesia Angela Simatupang mengatakan Internal Auditor memiliki kesempatan yang luar biasa untuk mendorong perubahan positif bagi organisasi.

"Karena internal auditor memiliki kemampuan mengidentifikasi risiko sebelum terjadinya krisis serta mendorong perbaikan untuk efisiensi," tutur dia.

Sepanjang dua hari konferensi diisi dengan berbagai sesi diskusi panel, presentasi dan diskusi interaktif mengenai beragam isu-isu terkini seputar Governance, Risk and Control dengan 23 pembicara terkemuka dari Indonesia maupun dari negara lain, antara lain emerging technology  yang perlu diperhatikan dan dapat digunakan untuk mendukung profesi audit internal dalam menjalankan peran dan tanggung jawabnya, perlindungan data pribadi, keberlanjutan (sustainability), fraud, dan terutama membahas The Global Internal Audit Standards yang baru diluncurkan awal tahun ini yang akan menjadi standar profesi serta guidance bagi profesi audit internal di seluruh dunia.

 


Komitmen Profesional Internal Auditor

Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

Sementara itu, Dyan Garneta, Governor IIA Indonesia yang juga Direktur Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan Kementerian Perindustrian menegaskan dengan diadakannya ACIIA Regional Conference di Indonesia menunjukkan komitmen para profesional internal auditor Indonesia yang tidak hanya menjalankan tugas rutinnya dalam mengawal pengendalian internal di organisasi masing-masing, menjaga tata kelola, serta manajemen risiko.

"Tapi juga keinginan dan kemauan untuk terus mengambil peran yang lebih berdampak positif untuk memajukan organisasinya masing-masing,” tutur dia.

Dari acara ACIIA ini, peserta semakin memahami peran auditor internal saat ini terus berkembang dan menjadi pilar penting dalam terciptanya tata kelola yang baik, penerapan integritas dan nilai etika.

Dalam menghadapi tantangan global dan kompleksitas bisnis yang terus meningkat, audit internal harus lebih proaktif dan memiliki courage dan integritas yang tinggi agar dapat menjadi trusted advisor bagi organisasi untuk memberikan kontribusi seluas-luasnya bagi organisasi dan elevate Internal Audit purposeful impact!

Acara ini dihadiri lebih dari 730 peserta dari lebih dari 300 organisasi baik secara offline maupun online. Peserta konferensi berasal dari 19 negara antara lain Korea Selatan, Singapura, Malaysia, Filipina, Jepang, China, Malaysia, Thailand, dan Arab selain tentunya dari Indonesia.

 

 


Integritas dan Kemampuan Harus Jadi Prioritas Calon Anggota BPK

Gedung BPK RI. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Sebelumnya, koordinator Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI), Boyamin Saiman, mengingatkan agar calon anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang akan terpilih nanti bukanlah pencari kerja atau titipan dari pihak terkait korupsi.

Hal ini disampaikan mengingat rencana seleksi calon anggota BPK periode 2024-2029 yang akan dilakukan oleh DPR. 

Dia menekankan, integritas harus menjadi hal pertama yang diperhatikan dalam proses seleksi tersebut.

“Hal pertama yang perlu diperhatikan oleh panitia pendaftaran dan masyarakat dalam proses seleksi calon anggota BPK ialah integritas. Kemarin kita sudah mendapat pelajaran beragam dari kasus Achsanul Qosasi, penyegelan ruang kerja Pak Pius (Pius Lustrilanang), dan kasus di Kementerian Pertanian,” kata Boyamin seperti dilansir Antara, Rabu (19/6/2024).

Anggota BPK memang harus memiliki kemampuan dalam mencermati hasil audit atas keuangan negara. Namun, Boyamin menyebut integritas tetap prioritas.

“Toh pelaksana itu (audit) kan auditor-auditor BPK. Pimpinan itu hanya kebijakan, maka yang utama integritas. Kemampuan itu otomatis (diperlukan), tetapi nomor dua tetap,” ungkap Boyamin.

Selain integritas, Boyamin juga menyoroti kemungkinan adanya calon anggota BPK yang merupakan titipan dari pihak-pihak tertentu yang ingin menutupi penyimpangan dan korupsi.

Kendati demikian, dia belum menyebut calon titipan yang berpotensi diselundupkan ke BPK. Boyamin pun mewanti-wanti panitia seleksi (pansel) calon anggota BPK agar tidak meluluskan kandidat yang diduga bermasalah.

“Pokoknya pansel harus waspada. Ada kepentingan politis dan kepentingan penyalahgunaan jabatan, terutama korupsi,” ucapnya.

 


Pencari Kerja

Acara itu untuk mengurangi jumlah pengangguran terbuka di Jakarta yang mencapai 410.585 jiwa sesuai data BPS akhir 2022. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Boyamin juga mengingatkan bahwa jika ada politikus yang mendaftar sebagai calon anggota BPK, mereka harus memiliki integritas dan kemampuan yang teruji. 

Ia menekankan pentingnya kandidat yang tidak pernah terlibat dalam kasus yang ditangani oleh KPK. Boyamin juga menyampaikan kekhawatirannya terhadap kemungkinan adanya calon anggota BPK yang hanya mencari jabatan sebagai alasan untuk mengisi kegagalan dalam proses pemilu legislatif.

Apabila ada kemungkinan job seeker mencari jabatan di BPK, Boyamin khawatir proses seleksi calon anggota BPK dimanfaatkan kandidat yang sebelumnya gagal dalam proses pemilu legislatif.

“Tidak boleh seperti itu, oleh rakyat saja sudah tidak dipercaya (sebagai caleg), masa terus kemudian malah dipercaya (menjadi anggota BPK),” pungkas Bonyamin.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya