Liputan6.com, Jakarta - Pengemudi atau driver ojek online (ojol) pada hari ini, Kamis (29/8/2024) menggelar demo di kawasan Patung Kuda, Arjuna Wiwaha, Jakarta. Namun, ketegangan sempat terjadi antara pengemudi ojol.
Penyebabnya karena mereka masih mengaktifkan aplikasi di tengah rencana aksi unjuk rasa. Kejadian bermula, saat sejumlah peserta unjuk rasa yang merupakan pengemudi ojek online berkumpul di lokasi unjuk rasa.
Advertisement
Ketika itu, sebagian dari mereka menyisir pengemudi ojek online yang tak ikut bergabung, dan malah menarik penumpang. Dari hasil sweeping beberapa pengemudi melintas di Medan Merdeka Barat langsung diarahkan untuk ikut bergabung.
Bahkan, ada pengemudi ojol yang nyaris terlibat cek-cok mulut. Hal itu, karena tak terima dihentikan oleh rekannya. Beruntung, rekan-rekan lain berusaha untuk menenangkan situasi. Pengemudi ojol yang membawa penumpang itupun dipersilahkan untuk pergi.
Kemudian, para driver ojol menyampaikan unek-unek saat demo terkait kebijakan yang diberlakukan pihak operator yang dinilai sewenang-wenang terhadap mitra. Melva (54), driver Shopee misalnya. Dia mengeluhkan ketatnya aturan suspen yang diberlakukan oleh pihak perusahaan.
"Lihat kondisi kami, jangan menekan kami. Kita juga mau uang, siapa yang enggak mau uang. Tapi harusnya aplikator juga paham jangan dikit-dikit suspen, dikit-dikit suspen," kata dia saat ditemui, Kamis (29/8/2024).
"Kita harusnya simbiosis mutualisme, aplikator butuh kami, kami butuh aplikator," dia menambahkan.
Senada, Ketua Divisi Hukum di Koalisi Ojol Nasional Rahman Thohir menyebut, pihaknya mendesak adanya aturan jelas mengenai tarif bagi pengguna jasa jika tidak diterbitkan, khawatir kesewenang-wenangan dari pihak aplikator terus terjadi.
"Aksi ini murni diinisiasi oleh Koalisi Ojol Nasional (KON) yang mana tuntutan pada hari ini adalah revisi atau penambahan Pasal di Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor: 01 tahun 2012 tentang Formula Tarif Layanan Pos Komersial," ucap dia.
"Selama ini kita merasa belum ada aturan main sehingga perusahaan-perusahaan aplikasi dengan seenaknya bermain harga yang tidak manusiawi," sambung Rahman.
Berikut sederet fakta terkait demo ojol yang terjadi pada hari ini, Kamis (29/8/2024) menggelar demo di kawasan Patung Kuda, Arjuna Wiwaha, Jakarta dihimpun Liputan6.com:
1. Sempat Tegang, Pengemudi Ojol Sepakat Boleh Ambil Penumpang saat Demo Asal Tidak Pakai Atribut
Ketegangan sempat terjadi antara pengemudi ojek online (ojol) di kawasan Patung Kuda, Arjuna Wiwaha Jakarta. Penyebabnya karena mereka masih mengaktifkan aplikasi di tengah rencana aksi unjuk rasa.
Kejadian bermula, saat sejumlah peserta unjuk rasa yang merupakan pengemudi ojek online berkumpul di lokasi unjuk rasa.
Ketika itu, sebagian dari mereka menyisir pengemudi ojek online yang tak ikut bergabung, dan malah menarik penumpang. Dari hasil sweeping beberapa pengemudi melintas di Medan Merdeka Barat langsung diarahkan untuk ikut bergabung.
Bahkan, ada pengemudi ojol yang nyaris terlibat cek-cok mulut. Hal itu, karena tak terima dihentikan oleh rekannya. Beruntung, rekan-rekan lain berusaha untuk menenangkan situasi. Pengemudi ojol yang membawa penumpang itupun dipersilahkan untuk pergi.
Dikonfirmasi, salah satu anggota komunitas ojol bernama Dedi mengaku tak ada larangan bagi pengemudi ojol untuk mengaktifkan aplikasi di tengah rencana aksi unjuk rasa. Namun, syarat mereka dilarang menggunakan atribut.
"Mereka-mereka gak hargain kita, kita sudah bilang dari awal kalau mau nge-bid silahkan nge-bid tapi tidak boleh pakai atribut, tolong hargain teman-teman kita," ucap Dedi di lokasi.
Dedi menegaskan, tak ada larangan bagi pengemudi ojol yang menarik penumpang.
"Cuman ya jangan pakai atribut dong," ucap dia.
Dedi mengatakan, rencananya aksi kali ini diikuti oleh 5000 pengemudi.
"Mereka sedang menyampaikan aspirasi di kantor-kantor aplikator. Nanti titik kumpulnya di sini," ucap dia.
Pantauan di Patung Kuda Arjuna Wiwaha, Jakarta Pusat, pada pukul 11:48 WIB, sejumlah pengemudi ojol mulai berdatangan. Polisi menutup ruas jalan dari arah Thamrin menuju ke Istana Negara dialihkan. Sebab, ruas jalan di Depan Gedung Sapta Pesona telah dipasang barrier beton.
Advertisement
2. Tak Semua Ojol Ikut Demo, Pastikan Sebagian Driver Tetap Ambil Orderan
Asosiasi Pengemudi Transportasi Daring Roda Dua Nasional Garda Indonesia, menyebut beberapa kelompok rekan-rekan ojek online (ojol) dan kurir lokal Jabodetabek melakukan aksi damai pada hari ini Kamis 29 (29/8/2024).
Aksi demo damai para ojol dan kurir agar tuntutan yang akan diutarakan baik kepada perusahaan aplikasi maupun kepada pihak Pemerintah didengar.
Namun di tengah ajakan untuk mematikan aplikasi untuk aksi unjuk rasa dari para pengemudi ojol dan kurir yang dilaksanakan pada hari ini di area Medan Merdeka, Jakarta, ternyata banyak komunitas driver yang enggan menuruti imbauan tersebut.
Salah satunya adalah komunitas ojol yang berada di Depok, Jawa Barat, yang tergabung dalam Grab Depok Bersatu (GDB), memastikan akan tetap bekerja seperti biasa, tidak mematikan aplikasi, agar penumpang tidak dirugikan.
Ketua GDB Firmansyah yang akrab disapa Cang Ite, menyatakan bahwa mereka menghargai tuntutan sejumlah driver, namun ia memastikan seluruh anggota di di bawah GDB yang terdiri dari 24 komunitas, dengan total anggota lebih dari 1500 orang, tetap on bid, mengambil pesanan dari pelanggan setia ojol.
"Kami komunitas ojek online Grab Depok Bersatu menyatakan sikap untuk tetap On Bid," tegas Cang Ite, Kamis (29/8/2024).Menurut dia, setiap pilihan, perlu dihargai karena masing-masing ojol, memiliki kebutuhan berbeda-beda, misal kebutuhan ekonomi keluarga dan juga bagian dari pekerjaan yang harus dituntaskan.
Di sisi lain, ia juga mengkritisi, ketika ada tuntutan demo, justru ada provokasi sweeping dan bom orderan fiktif, yang ujungnya merugikan driver.
"Kami percaya kalau demokrasi itu saling menghargai perbedaan pendapat, jadi hargai juga dong driver yang masih mencari nafkah untuk keluarga. Sampai hari ini, penghasilan kami masih cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari hari dan Keluarga. Komunitas kami tidak mendukung adanya demo disertai dengan tindakan sweeping dan bom fiktif, kami tetap OnBid untuk Keluarga Kami," tegasnya.
Komunitas yang tergabung dalam Korwil Jakarta Utara juga menyatakan sikap untuk tetap ambil orderan pada hari ini. Mansyur yang merupakan ketua komunitas menyebutkan bahwa ia dan anggotanya tetap akan fokus melayani masyarakat.
"Kami tetap menghargai keputusan teman-teman seperjuangan untuk ikut demo ke Patung Kuda hari ini, namun khusus komunitas Korwil Jakarta Utara dan URC Jakarta Utara akan tetap onbid seperti biasa untuk penuhi kebutuhan keluarga masing-masing. Kami harap teman-teman yang turun ke jalan juga tetap bisa hargai keputusan ini dan tidak melakukan sweeping atau tindakan yang akan merugikan sesama ojol," ungkap dia.
Sejatinya, banyak komunitas ojol lain juga memiliki sikap senada, untuk tetap on bid alias melayani konsumen masyarakat pengguna ojol.
isal, Front Driver Online Tolak Aplikator Nakal (Frontal) Jawa Timur memastikan bahwa tidak ada aksi unjuk rasa turun ke jalan pada hari ini, Kamis (29/8/2024). Hal ini ditegaskan oleh Daniel Lukas Rorong, Ketua Frontal yang menyampaikan bahwa, rekan-rekan ojek online maupun taksi online di Jawa Timur tetap beroperasi memberikan layanan terbaiknya.
"Iya, benar. Tak ada aksi unjuk rasa turun ke jalan pada hari ini," ucapnya.
Dua komunitas di Jawa Barat yakni Generasi Online Independen Bandung (GOIB) dan Pengemudi Online Satu Komando Jawa Barat (POSKO Jabar) juga menyebutkan tidak akan berpartisipasi dalam demo di Jakarta maupun mengadakan demo di Bandung. Semua anggota akan beraktivitas seperti biasa sebagaimana disebutkan dalam surat edaran yang diterbitkan keduanya.
"Kami akan tetap on bid seperti biasa ya, juga kami ingin kondusif. Tentu kami mendoakan rekan rekan yang turun aksi," ujar Bambang Sugiarto,Ketua GOIB.
Ketua Umum Komunitas Pengemudi Online Satu Komando Jawa Barat (Posko Jabar) Pipin Sopyan menjelaskan, juga memastikan anggotanya tetap on bid, dan beraktifitas seperti biasa, mengambil pesanan dari masyarakat. Mengenai proses penyesuaian tarif, mereka sudah menyampaikan aspirasi pada DInas Perhubungan Kota Bandung.
"Posko Jabar mengimbau anggota untuk beraktivitas seperti biasa," ucap Pipin.
Di Serang, Komunitas Ojol Serang Bersatu, juga memiliki sikap senada, tetap on bid alias melayani masyarakat seperti biasa, dan tidak mematikan aplikasi.
Karena itu, jika pun ada anggota yang melakukan aksi, itu merupakan tanggung jawab pribadi, dan tidak membawa aspirasi komunitas. Komunitas Ojol Serang Bersatu mengimbau anggota tetap beraktifitas seperti biasa dan fokus memenuhi kebutuhan keluarga masing-masing.
3. Driver Ungkap Perlakuan Sewenang-Wenang Operator Terhadap Mitra
Pengemudi ojol menyampaikan unek-unek terkait kebijakan yang diberlakukan pihak operator yang dinilai sewenang-wenang terhadap mitra. Aspirasi itu disampaikan saat demonstrasi di Patung Kuda, Arjuna Wiwaha Jakarta Pusat pada Kamis (29/8/2024).
Melva (54), driver Shopee misalnya. Dia mengeluhkan ketatnya aturan suspen yang diberlakukan oleh pihak perusahaan.
"Lihat kondisi kami, jangan menekan kami. Kita juga mau uang, siapa yang enggak mau uang. Tapi harusnya aplikator juga paham jangan dikit-dikit suspen, dikit-dikit suspen," kata dia saat ditemui, Kamis (29/8/2024).
"Kita harusnya simbiosis mutualisme, aplikator butuh kami, kami butuh aplikator," dia menambahkan.
Melva mengatakan, pihak operator Shopee terkesan sadis terhadap mitra. Mereka tak segan melakukan suspen apabila mitra tidak bersedia mengambil orderan yang masuk.
"Kami cancel orderan, Shopee suspen akun kami 30 menit," ucap dia.
Tak cuma itu, pihak aplikator Shopee juga dinilai sangat membebankan mitra. Dia mencontohkan ketika ada pengiriman barang. "Barang beratnya 30 kilogram, seharusnya tidak bisa dibawa pakai motor. Tapi sama pihak operator malah diarahkan ke kita yang bawa motor," ucap dia.
Melva berharap suara didengar oleh pihak Shopee, sehingga ada perbaikan ke depannya. "Kami bangga menjadi minta Shopee, kami harap lebih baik dari sekarang," ucap dia.
Tak beda jauh, pengemudi Gojek juga merasakan hal serupa. Bedanya, Nurma (28) mengeluhkan bayaran yang diterima oleh mitra Gojek.
"Kemarin di jam sibuk dan situasi macet argo harusnya lebih tinggi. Tapi, ini malah tetap sama. Ini kan enggak sesuai," ucap dia.
Nurma juga menyampaikan, potongan yang diambil oleh pihak operator tergolong tidak menyenangkan mitra.
"Potongan itu harus diturunkan dan harus manusiawi, karena selama ini kami menganggap potongan terlalu besar bagi kita semua," ucap dia.
Nurma mengatakan, kebijakan Gojek terhadap mitra semakin ketat. Dia soroti adanya verifikasi muka (vermuk) sebagai syarat masuk ke dalam aplikasi mitara.
"Sekarang vermuk kalau enggak pakai jaket gojek kena suspen. Padahal, kita enggak selamanya ada atribut. Kalau hujan dan basah gimana? Masa kita pakai juga," tandas dia.
Advertisement
4. Tuntutan Para Pengemudi Ojol
Koalisi Ojol Nasional (KON) menggelar aksi di Patung Kuda, Arjuna Wiwaha, Jakarta Pusat pada Kamis (29/8/2024). Mereka mendesak adanya aturan jelas mengenai tarif bagi pengguna jasa jika tidak diterbitkan, khawatir kesewenang-wenangan dari pihak aplikator terus terjadi.
Hal itu disampaikan, Ketua Divisi Hukum di Koalisi Ojol Nasional Rahman Thohir. Dia ikut turun menyampaikan aspirasi bersama ribuan pengemudi ojol dari pelbagai perusahaan.
"Aksi ini murni diinisiasi oleh Koalisi Ojol Nasional (KON) yang mana tuntutan pada hari ini adalah revisi atau penambahan Pasal di Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor: 01 tahun 2012 tentang Formula Tarif Layanan Pos Komersial. Selama ini kita merasa belum ada aturan main sehingga perusahaan-perusahaan aplikasi dengan seenaknya bermain harga yang tidak manusiawi," kata Rahman kepada wartawan, Kamis (29/8/2024).
Rahman Thohir mendesak adanya, revisi dalam peraturan Kominfo itu. Dia kemudian mengungkit Pasal 1 ayat 5 yang menyatakan pemerintah tidak menetapkan layanan pos komersial. Hal ini berimbas pada tarif yang kemudian diserahkan kepada pasar.
"Ini yang kita harapkan. Jadi pengennya pemerintah mengatur harga seperti mengatur tarif go-ride ada tarif bawah tarif atas, sehingga aplikator tidak berbuat seenaknya," ucap dia.
Rahman melanjutkan, khususnya untuk pengiriman barang dan makanan. Ada beberapa program yang diciptakan operator dinilai tidak manusiawi.
"Ada potongan Rp 5 ribu, Rp 6 ribu Rp 7 ribu. Dengan tarif itu bisa kita bayangkan apakah mungkin menghadapi kehidupan zaman sekarang," ucap dia.
"Makanya hari ini kami turun ke lapangan ingin meminta kepada pihak pemerintah merevisi atau menambah pasal tersebut. Sehingga para aplikator tidak semena-mena dengan harga," sambung dia.
Rahman mengklaim, aksi demo ojol diikuti 5.000 massa dari pengemudi ojol Jabodetabek dan pelbagai perwakilan dari Lombok, Surabaya, Jambi dan Yogyakarta.
Selain soal aturan tarif, mereka juga menuntut adanya payung hukum yang membawahi pengemudi ojol. Dia berpandangan, posisi ojol secara aturan hukum saat ini juga dikatakan belum jelas.
"Kita sebagai ojol belum mempunyai payung hukum yang jelas. Dibilang legal ya ilegal, kita boleh beroperasi. Secara de facto ojol diakui oleh masyarakat, oleh bangsa, oleh negara, tapi secara de jure kita belum mempunyai aturan hukum mengenai hal tersebut," tandas Rahman.
5. Demo Ojol di Patung Kuda Memanas, Ada Penyusup Lempar Petasan ke Polisi
Unjuk rasa yang digelar oleh pengemudi ojek online (ojol) memanas pada Kamis (29/8/2024). Massa memblokade jalan, bakar ban dan hingga lempar petasan ke arah petugas yang bersiaga.
Hal itu bermula saat orator dari atas mobil komando mendesak agar barrier dibuka sehingga mereka bisa menyampaikan aspirasi di depan Istana Merdeka. Orator kemudian menyampaikan kata-kata yang memantik emosi peserta demontrasi.
Dia mengancam akan memblokade jalan bilamana polisi tetap bersikukuh memalangi jalan mereka.
Mendengar itu, peserta unjuk rasa terpancing dan berjalan ke arah bundaran Patung Kuda, Arjuna Wiwaha Jakarta Pusat. Mereka lantas memasang barrier di ruas jalan Budi Kemuliaan, sehingga tak boleh satu pun kendaraan melintasi.
Aksi peserta unjuk rasa sempat memicu perdebatan, bahkan mereka nyaris baku hantam dengan beberapa anggota kepolisian yang mau melintas menggunakan sepeda motor. Beruntung, sesama rekan ojol berhasil meredam. Anggota diizinkan melintas.
Tak lama setelah itu, massa kembali mendengarkan orasi. Di sela-sela itu, ada beberapa orang diduga menyusup menyalakan petasan.
Petasan itupun diarahkan ke petugas kepolisian yang berada di hadapannya. Aksi itupun menuai reaksi dari beberapa peserta unjuk rasa. Mereka menuding sekelompok penyusup sebagai provokator yang mau memanfaatkan situasi agar terjadi bentrok.
Dengan cepat, rekan-rekan ojol mengamankan terduga provokator untuk dipisahkan dengan peserta aksi.
Pada saat proses pengamanan itu, massa yang marah berusaha menghakimi terduga provokator. Terlihat, beberapa pria yang diamankan membawa petasan. Polisi dengan cepat mengevakuasi terduga provoaktor ke pos polisi.
Sementara itu massa kembali nenuju ke lokasi. Terlihat, kobaran api disertai asap hitam membumbung tinggi.
Advertisement
6. Perwakilan Kominfo Temui Pengemudi Ojol
Massa dari pengemudi ojek online (ojol) membubarkan diri. Mereka bubar setelah perwakilan dari Kominfo menemui peserta aksi yang menyemut di dari Patung Kuda, Arjuna Wiwaha Jakarta Pusat.
Perwakilan dari Kominfo bernama Gunawan Hutagalung selaku Direktur Pengendalian Pos dan Informatika mengaku diperintah Wamenkominfo yang berhalangan hadir.
Kepada massa, Gunawan berjanji akan segera membahas tuntutan pengemudi ojol bersama dengan pihak aplikator.
"Pak Wamen sudah berkoordinasi bagaimana menyelesaikan. Kami akan mengadakan pertemuan dengan aplikator untuk membahas tuntutan teman-teman," kata dia kepada massa aksi, Kamis sore.
Gunawan mengatakan, akan mencari solusi terbaik untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi pengemudi ojol.
"Wamen sudah mendengar, akan memberikan solusi yang terbaik bagi teman-teman," ucap dia.
7. Massa Ojol Bubarkan Diri Usai Ditemui Perwakilan Kominfo
Mendengar itu, koordinator aksi meminta pihak Kominfo memberikan kepastian.
"Berapa lama kira-kira kita mendengarkan progres yang baik yang dihasilkan," ucap dia.
Koordiantor aksi kemudian memberikan tenggat waktu dua pekan kepada Kominfo untuk membereskan masalah ini. Bila tak diakomodir, koordinator aksi mengancam akan kembali menggelar aksi yang lebih besar.
"Kita beri waktu paling lambat dha minggu, kita kumpulkan lagi dengan massa yang lebih banyak. Dalam satu kinggu kita sudah dapatkan progres dari mereka," ucap dia.
"Jika tidak ada progress, kita minta seluruh layanan aplikasi dimatikan oleh Kominfo," ucap koordinator aksi.
"Setuju," teriak massa.
Usai mendengarkan keterangan dari perwakilan Kominfo, massa membubarkan diri dengan tertib. Terpantau, petugas PPSU Provinsi DKI Jakarta pun mulai membersihkan sampah-sampah sisa-sisa makanan.
Sementara itu, arus lalu lintas yang sempat ditutup pun kembali normal. Polisi pun berencana membuka barrier yang memalang jalan Medan Merdeka Barat usai proses pembersihan rampung.
Advertisement