Kisah Syaikh Abu al-Abbas al-Mursi Berbicara dengan Lautan, Karomah Wali

Syekh Abu al-Abbas al-Mursi ialah merupakan salah seorang murid ulama sufi ternama yakni Syekh Abu Hasan As-Syadzili.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Agu 2024, 12:30 WIB
Syaikh Abu Hasan As-Syadzili (SS: YT Elfiq Chanel)

Liputan6.com, Cilacap - Syaikh Abu al-Abbas al-Mursi adalah salah seorang murid ulama ahli tasawuf yang namanya sangat populer yakni Syaikh Abu Hasan as-Syadzili.

Syekh Abu al-Abbas al-Mursi merupakan murid  kesayangan Syaikh Abu Hasan as-Syadzili. Hal tersebut terlihat dari kedekatan beliau dengan gurunya.

Membahas murid ulama sufi besar ini, tentu saja sangat menarik apabila membicarakan perihal karomah yang dimilikinya.

Salah satu karomah Syaikh Abu al-Abbas al-Mursi adalah mampu berbicara dengan lautan. Tak hanya itu, lautan pun dibuat takluk olehnya. Simak kisah selengkapnya berikut ini.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Mimpi Syekh Abu Hasan As-Syadzili Melihat Ombak Besar

Ilustrasi Mimpi Melihat Ombak Credit: unsplash.com/Silas

Menukil Islami.co, terdapat sebuah kisah yang menceritakan tentang karomah salah seorang murid Syekh Abu al-Hasan as-Syadzili (w. 656 H) yang bernama Syekh Abu al-‘Abbas al-Mursi (w. 685 H). Kisah ini dinukil oleh Syekh Ma`mun Gharib dalam karyanya yang berjudul Abu al-Hasan al-Syadzili: Hayatuhu wa Tashawwufuhu wa Talamidzuhu wa Awraduhu (h. 100-101).

Saat itu, Syekh Abu al-Abbas al-Mursi bersama Syekh Abu al-Hasan as-Syadzili dan juga para pengikutnya hendak pergi untuk menunaikan ibadah haji. Sesampainya di sebuah daerah bernama Akhmim, as-Syadzili bercerita kepada al-Mursi tentang mimpinya semalam.

As-Syadzili mengisahkan bahwa dalam mimpi beliau sedang berada di tengah keramaian, dan saat itu berada di tengah laut (di atas kapal). Angin bertiup dengan sangat kencang, ombak di lautan bergulung-gulung, hal itu membuat kapal yang ditumpangi as-Syadzili mengalami kebocoran. Beliau pun akhirnya beranjak ke tepi kapal dan mengatakan:

“Wahai lautan, apabila engkau diperintahkan untuk mendengar dan menaatiku, maka segala anugerah adalah milik Allah. Namun, apabila tidak, maka segala ketetapan adalah milik Allah.”

Dan laut pun menjawab: “Taat! Taat!”


Berbicara dengan Lautan

Badai Henk akan membawa angin kencang dan hujan lebat di sebagian besar wilayah selatan Inggris. (ADRIAN DENNIS/AFP)

Setelah menceritakan mimpinya tersebut, as-Syadzili berwasiat kepada al-Mursi agar beliau terus melanjutkan perjalanannya, apapun yang terjadi nantinya. As-Syadzili juga mengabarkan bahwa akan terjadi suatu ‘keajaiban’ (re: karomah). Sesampainya rombongan di daerah bernama Humaitsara, as-Syadzili jatuh sakit dan wafat. Beliau pun dikebumikan di sana.

Sesuai dari wasiat yang diberikan oleh gurunya kepadanya, Syekh al-Mursi bersama para rombongan pun melanjutkan perjalanan. Saat menyeberangi laut merah, al-Mursi dan rombongan beserta penumpang kapal yang lainnya terancam keselamatannya, karena datang angin kencang dan diikuti dengan ombak besar yang bergulung-gulung, kapal yang mereka tumpangi pun mengalami kebocoran.

Saat itu, al-Mursi lupa akan mimpi yang pernah diceritakan oleh gurunya. Saat penumpang kapal terancam tenggelam dan situasi menjadi semakin pelik, al-Mursi pun ingat akan mimpi yang pernah diceritakan kepadanya, dan akhirnya beliau mempraktekkan apa yang dilakukan oleh as-Syadzili dalam mimpinya. Beliau mengulangi apa yang diucapkan as-Syadzili:

“Wahai lautan, apabila engkau diperintahkan untuk mendengar dan menaatiku, maka segala anugerah adalah milik Allah. Namun, apabila tidak, maka segala ketetapan adalah milik Allah.”

Dan, ‘keajaiban’ yang diberitakan oleh as-Syadzili pun terjadi, al-Mursi mendengar ‘jawaban’ dari lautan: “Taat! Taat!” Tak lama setelah al-Mursi mempraktekkan hal tersebut, cuaca mendadak berubah menjadi lebih bersahabat dan lautan kembali tenang. Seluruh penumpang kapal, termasuk al-Mursi dan rombongan akhirnya melanjutkan perjalanan dengan lancar dan selamat.

Demikianlah salah satu kisah tentang karomah yang dimiliki oleh Syekh Abu al-Abbas al-Mursi. Yang pasti, karomah yang terjadi pada diri para wali terjadi semata untuk memuliakan mereka, dan semua itu terjadi tak lain adalah atas izin Allah SWT semata. Wallahu a’lam.

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya