Top 3: Nelayan Masih Tak Paham Energi Baru Terbarukan, Kok Bisa?

Berikut tiga artikel terpopuler di Kanal Bisnis Liputan6.com yang dirangkum pada Jumat, 30 Agustus 2024.

oleh Agustina Melani diperbarui 30 Agu 2024, 06:30 WIB
Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) menyadari dampak emisi yang dihasilkan dari bahan bakar minyak (BBM) yang digunakan oleh nelayan tradisional.(Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) menyadari dampak emisi yang dihasilkan dari bahan bakar minyak (BBM) yang digunakan oleh nelayan tradisional. Namun, implementasi energi baru terbarukan (EBT) masih belum familiar di kalangan nelayan kecil.

Ketua Umum KNTI, Dani Setiawan, mengatakan bahwa penggunaan BBM fosil turut menyumbang masalah lingkungan. Oleh karena itu, opsi penggunaan energi bersih bagi nelayan kecil bisa menjadi salah satu solusinya.

"Penggunaan energi fosil menyebabkan masalah lingkungan yang cukup besar. Kami, sebagai organisasi nelayan kecil, perlu melihat opsi yang bisa diambil oleh nelayan kecil dan pemerintah," ujar Dani dalam diskusi KNTI di Jakarta, Kamis, 29 Agustus 2024.

Artikel Nelayan Masih Tak Paham Energi Baru Terbarukan, Kok Bisa? bikin penasaran pembaca pada Kamis, 29 Agustus 2024. Ingin tahu artikel terpopuler lainnya di Kanal Bisnis Liputan6.com? Berikut tiga artikel terpopuler di Kanal Bisnis Liputan6.com yang dirangkum Jumat (30/8/2024):

1.Nelayan Masih Tak Paham Energi Baru Terbarukan, Kok Bisa?

Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) menyadari dampak emisi yang dihasilkan dari bahan bakar minyak (BBM) yang digunakan oleh nelayan tradisional. Namun, implementasi energi baru terbarukan (EBT) masih belum familiar di kalangan nelayan kecil.

Ketua Umum KNTI, Dani Setiawan, mengatakan penggunaan BBM fosil turut menyumbang masalah lingkungan. Oleh karena itu, opsi penggunaan energi bersih bagi nelayan kecil bisa menjadi salah satu solusinya.

"Penggunaan energi fosil menyebabkan masalah lingkungan yang cukup besar. Kami, sebagai organisasi nelayan kecil, perlu melihat opsi yang bisa diambil oleh nelayan kecil dan pemerintah," ujar Dani dalam diskusi KNTI di Jakarta, Kamis, 29 Agustus 2024.

Berita selengkapnya baca di sini


2.Kena Banyak Sanksi, Ekonomi Rusia Masih Tumbuh Solid

Ilustrasi Rusia dan Bendera Rusia (AP PHOTO/Alexander Zemlianichenko)

Ekonomi Rusia menunjukkan pertumbuhan yang solid di beberapa sektor, meski negara itu dihadapi dengan serangkaian sanksi dari Negara Barat terkait konflik dengan Ukraina.

Mengutip US News, Kamis (29/8/2024) perkiraan awal menunjukkan produk domestik bruto (PDB) Rusia tumbuh ke angka 4,6% pada paruh pertama 2024, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan 1,8% untuk periode yang sama tahun lalu.

Didorong oleh produksi militer, output industri Rusia naik tumbuh 3,3% pada Juli 2024 dibandingkan dengan peningkatan 2,7% pada bulan sebelumnya, dan sebesar 4,8% sejak awal tahun, dibandingkan dengan pertumbuhan 3,1% pada periode yang sama pada 2023.

Para pejabat mengaitkan pertumbuhan ekonomi ini dengan investasi modal yang kuat, termasuk oleh sektor swasta, pada kuartal kedua tumbuh sebesar 8,3% year-on-year menjadi 8,44 triliun rubel menyusul pertumbuhan 14,5% pada kuartal pertama 2024.

Berita selengkapnya baca di sini


3.Indeks Kepercayaan Industri Agustus 2024 Melambat, Apa Penyebabnya?

Pekerja memeriksa kualitas komponen otomotif di pabrik PT Dharma Polimetal (Dharma Group), kawasan Delta Silicon, Cikarang. Perusahaan manufaktur komponen otomotif optimistis perpanjangan PPnBM dan tren penjualan kendaraan roda empat (4 wheeler/4W) yang mulai positif. (Liputan6.com/HO/Dharma)

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada Agustus 2024 berada di poin 52,40. Nilai tersebut sama dengan IKI bulan Juli 2024.

“IKI pada bulan Agustus 2024 bernilai 52,40, nilai tersebut tidak berbeda dengan nilai IKI pada bulan Juli 2024,” kata Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arif, dalam konferensi pers rilis IKI, di Bogor, Kamis (29/8/2024).

Namun, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, IKI bulan Agustus 2024 melambat 0,82 poin. Tercatat IKI Agustus 2023 dilevel 53,22 poin.

3 Subsektor Terdampak

Dari 23 Subsektor industri pengolahan yang dianalisis, terdapat 20 subsektor mengalami ekspansi dan 3 subsektor kontraksi. Dari 20 subsektor ekspansi memiliki kontribusi sebesar 94,6 persen terhadap PDB industri pengolahan nonmigas kuartal II-2024.

Berita selengkapnya baca di sini

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya