Liputan6.com, Jakarta - Laporan terbaru dari Arkham Intelligence, simpanan Bitcoin milik El Salvador telah melebihi USD 340 juta atau setara Rp 5,2 triliun (asumsi kurs Rp 15.464 per dolar AS).
Dilansir dari Yahoo Finance, Jumat (30/8/2024), negara tersebut telah secara bertahap mengakumulasi bitcoin baru dengan kecepatan sekitar satu bitcoin sehari sejak Maret, yang mengindikasikan negara tersebut dapat meraup lebih dari 100 bitcoin pada akhir 2024.
Advertisement
Akumulasi bitcoin yang konsisten di El Salvador selama gejolak pasar dan meskipun ada skeptisisme internasional mungkin mengejutkan para pengamat. Hal itu juga mengundang pengawasan dari Dana Moneter Internasional (IMF), yang saat ini sedang dinegosiasikan dengan El Salvador terkait kemungkinan program pinjaman.
Awal bulan ini, IMF menegur negara tersebut untuk mempromosikan transparansi seputar proyek bitcoinnya dan menyoroti risiko mata uang kripto yang tidak stabil.
Di bawah Presiden Nayib Bukele, seorang pendukung bitcoin terkemuka, negara tersebut telah menjalankan program pro-bitcoin yang agresif, termasuk proposal untuk mendirikan "Kota Bitcoin" bebas pajak.
Namun, dua tahun lalu, IMF menyatakan status bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah membahayakan potensi pinjaman dari IMF. IMF merekomendasikan negara tersebut mempersempit cakupan hukum bitcoin dengan menghapus status alat pembayaran yang sah dari bitcoin.
Meskipun bitcoin berstatus resmi di negara Amerika Tengah tersebut, penggunaannya masih terbatas. Peluncuran dompet Chivo di negara tersebut sangat kurang, dan tingkat adopsi bitcoin masih di bawah standar. Selain itu, daya tarik bitcoin yang paling memikat di El Salvador transfer uang belum menunjukkan hasil yang meyakinkan.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Bitcoin Hadapi Pekan Krusial, Sentimen Ini Wajib Dicermati Investor
Sebelumnya, Harga Bitcoin (BTC) masih berjuang bertahan di atas level USD 64.000 atau setara Rp 989,1 juta (asumsi kurs Rp 15.455 per dolar AS). Pergerakan harga Bitcoin masih dibayangi oleh data ekonomi AS yang menimbulkan kekhawatiran akan resesi, sehingga berdampak pada sentimen investor.
Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur menjelaskan sentimen lain yaitu potensi penjualan besar dari kepemilikan BTC senilai USD 13 miliar oleh pemerintah AS menambah risiko pasokan yang dapat mempengaruhi harga BTC.
Permintaan untuk ETF BTC spot mungkin akan menurun akibat kekhawatiran akan resesi, meskipun lonjakan permintaan bisa mendorong BTC menuju USD 70.000.
Advertisement
Pekan Krusial Pasar Kripto
Minggu ini bisa menjadi pekan yang krusial bagi pasar kripto dan pasar global setelah meredanya ketegangan pasca Simposium Jackson Hole. Kekhawatiran terhadap ekonomi AS akan menguji minat investor terhadap aset berisiko saat mereka menunggu data ekonomi penting dari AS.
Pada Kamis, 29 Agustus, data klaim pengangguran awal di AS akan memberikan petunjuk tentang kondisi pasar tenaga kerja. Jika angka klaim pengangguran melonjak tak terduga, hal ini bisa memicu kekhawatiran resesi dan mempengaruhi permintaan BTC.
“Jika pasar tenaga kerja melemah, hal ini bisa memaksa The Fed untuk mempertimbangkan pemotongan suku bunga yang lebih agresif guna mendukung ekonomi AS,” kata Fyqieh dalam keterangan resmi.