Liputan6.com, Jakarta - Pesawat Boeing 737 milik Alaska Airlines terpaksa putar balik setelah salah satu mesin utamanya rusak di udara. Beruntungnya, penerbangan tersebut dapat mendarat dengan selamat di Seattle, Amerika Serikat (AS).
Mengutip Business Insider, Jumat (30/8/2024), kejadian ini membuat publik menilai bahwa tahun buruk Boeing belum berakhir. Menurut Badan Penerbangan Federal AS, pesawat Boeing 737-700 terpaksa putar balik pada Minggu, 25 Agustus 2024, setelah salah satu mesinnya rusak di udara, menurut laporan kru pesawat.
Advertisement
Badan pemerintah tersebut mengatakan, pesawat menuju Oakland itu berangkat dari Bandara Internasional Seattle-Tacoma. Seorang juru bicara Alaska Airlines mengatakan bahwa mesin kiri pesawat Boeing 737 rusak segera setelah lepas landas. Pesawat yang terlibat dalam insiden itu berusia 24 tahun, menurut data FAA, dan mesinnya diproduksi CFM International.
Boeing tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Business Insider. Perusahaan itu disebut tidak bertanggung jawab atas perawatan dan pemeliharaan pesawat setelah beroperasi.
Penerbangan pesawat Alaska Airlines 1240 berbalik arah dan mendarat dengan selamat di Sea-Tac sekitar pukul 13.30, waktu setempat, menurut FAA, yang mengatakan akan menyelidiki insiden tersebut.
"Terima kasih pada para kru karena telah mengikuti prosedur standar untuk situasi ini dan mendarat dengan selamat dan tanpa insiden," kata juru bicara maskapai tersebut. "Kami berusaha menjaga penumpang kami dan mengakomodasi perjalanan mereka ke Oakland. Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan ini."
Penumpang Merasa Trauma
Dabney Lawless, seorang penumpang di dalam pesawat bersama putranya yang berusia 13 tahun, mengatakan insiden itu traumatis. "Kerusakan mesin memicu penumpang mengirim pesan pada orang yang mereka cintai karena takut," katanya pada Business Insider.
"Semuanya tidak baik-baik saja," tulis Lawless dalam email ke Alaska, yang dibagikannya pada outlet tersebut. "Semua orang mengira kami akan jatuh."
Seorang penumpang di dalam pesawat mengatakan pada media lokal Kiro 7 bahwa kerusakan mesin itu mengerikan, tapi memuji pilot karena menangani situasi tersebut dengan baik. Meski Boeing tidak bertanggung jawab atas mesin tersebut, insiden itu terjadi saat perusahaan menghadapi pengawasan ketat atas serangkaian masalah mekanis dan keselamatan lain, terutama sepanjang tahun ini.
Pada Januari 2024, Boeing 737 Max 9 milik Alaska Airlines terpaksa melakukan pendaratan darurat. Ini terjadi setelah panel pintu terlepas di tengah penerbangan dan meninggalkan lubang menganga di ketinggian ribuan kaki di udara.
Advertisement
Insiden Boeing Lain
Regulator penerbangan telah membuka penyelidikan terhadap setidaknya enam insiden yang melibatkan pesawat Boeing, The Washington Post melaporkan pada April 2024. Media tersebut melaporkan, pesawat perusahaan tersebut telah mengalami kerusakan mesin, kehilangan roda, jatuhnya penutup mesin, dan menukik tajam di udara sejak awal tahun.
Pada Mei 2024, sebuah pesawat Boeing 737-800 kehilangan salah satu panel eksternalnya di tengah penerbangan. Selama sidang Senat sebulan setelahnya, mantan CEO Boeing David Calhoun membela catatan keselamatan perusahaan.
Calhoun digantikan oleh Kelly Ortberg, mantan kepala perusahaan avionik Rockwell Collins, awal bulan ini. Dalam pukulan lain, NASA memilih SpaceX daripada Boeing untuk membawa pulang dua astronot yang terjebak di Stasiun Luar Angkasa Internasional setelah berminggu-minggu pertimbangan atas masalah keselamatan.
Para astronot terdampar setelah pendorong sistem kontrol reaksi Boeing Starliner gagal selama perjalanannya ke ISS pada Juni 2024. Sistem helium pesawat itu juga bocor.
Pesawat Boeing EVA Air Alami Turbulensi Hebat
Baru-baru ini, pesawat Boeing 777-300ER milik maskapai EVA Air dengan nomor penerbangan BR238 rute Jakarta-Taipei mengalami turbulensi hebat. Akibatnya, enam pramugari mengalami cedera ringan, tanpa ada penumpang yang mengalami luka-luka.
Pesawat EVA Air rute Jakarta-Taipei mengalami turbulensi parah pada Minggu, 11 Agustus 2024. Melansir Dimsum Daily Hong Kong, Senin, 12 Agustus 2024, maskapai EVA Air membenarkan penerbangan rute Jakarta-Taipei mengalami turbulensi parah sekitar dua jam setelah lepas landas dari Jakarta.
Turbulensi disebut terjadi ketika pesawat mengudara pada ketinggian 37 ribu kaki atau sekitar 11.277 meter. Momen itu terjadi ketika para pramugari sedang menyajikan makanan, sehingga menyebabkan kekacauan di dalam kabin.
Penerbangan berhasil mendarat dengan selamat di Bandara Internasional Taoyuan, Taiwan pada pukul 21.16, waktu setempat. Maskapai penerbangan Taiwan Eva Air menyampaikan, para pramugari yang terluka telah mendapatkan perawatan medis, lalu dipulangkan untuk beristirahat dan memulihkan diri di rumah.
Advertisement