Liputan6.com, Jakarta - Maskapai Indonesia AirAsia melebarkan sayap dengan menambah rute penerbangan internasional baru. Pada hari ini Indonesia AirAsia mengumumkan membuka rute baru penerbangan dari Jakarta dan Bali, menuju HongKong. Penerbangan Indonesia AirAsia ini bakal dilakukan setiap hari mulai awal Oktober mendatang.
Direktur Utama Indonesia AirAsia Veranita Yosephine menjelaskan, setelah memperkuat kehadirannya di kawasan ASEAN dan Australia, Indonesia AirAsia kini kembali menegaskan posisinya sebagai maskapai dengan jaringan yang luas untuk mengantarkan penumpang ke berbagai destinasi.
Advertisement
"Pembukaan rute ke Hong Kong ini juga membuka peluang bagi Indonesia AirAsia untuk membawa lebih banyak penumpang menjelajahi daratan Cina secara langsung,” kata Veranita di Jakarta, Jumat (30/8/2024).
Sementara, Head of Indonesia Affairs and Policy Indonesia AirAsia Eddy Krismeidi mengatakan, dipilihnya Hong Kong bukanlah tanpa alasan dan analisis terlebih dulu. Salah satunya berdasarkan survei yang dilakukan, traffic penerbangan dari Jakarta menuju Hong KOng atau Bali menuju Hong Kong, dan sebaliknya, memilliki minat yang tinggi.
“Berdasarkan data dari Hong Kong Tourism Board (HKTB), jumlah wisatawan dari Indonesia yang berkunjung ke Hong Kong dari bulan Januari hingga Juli 2024 mengalami lonjakan signifikan sebesar 76,2 persen, mencapai 208,000 kunjungan, dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2023 sebanyak 118.000 kunjungan,”tutur Eddy.
Sementara itu, data dari Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS) menunjukkan bahwa sepanjang Januari hingga Juni 2024, wisatawan mancanegara dari Hong Kong ke Indonesia telah mencapai 13,673 kunjungan, hampir 98,5 persen dari total kunjungan tahun 2023 yang berjumlah 13,885.
Dengan peluncuran penerbangan langsung dari Jakarta dan Bali ke Hong Kong oleh Indonesia AirAsia, diharapkan angka kunjungan dari kedua negara ini akan terus meningkat hingga akhir tahun 2024.
“AirAsia juga berharap dapat mendukung upaya pemerintah Indonesia dalam menarik lebih banyak wisatawan dari Hong Kong untuk berkunjung serta mengeksplorasi kekayaan alam dan budaya yang dimiliki Indonesia,”katanya.
Untuk tahap awal, maskapai tersebut memberikan harga promosi. Yakni Rp 1.599.000 untuk sekali terbang dari Jakarta menuju Hong Kong, dan sebaliknya. Lalu, Rp 1.659.000 untuk sekali terbang dari Denpasar Bali menuju Hongkong, dan sebaliknya.
Indonesia AirAsia Catat Pendapatan Rp 3,78 Triliun di Semester I 2024
Maskapai Indonesia AirAsia per 30 Juni 2024 membukukan pendapatan sebesar Rp. 3,78 triliun Semester 1 2024.
Capaian tersebut menandai peningkatan sebesar 24% dibandingkan semester yang sama tahun 2023 sebesar Rp. 3,05 triliun.
"Kenaikkan pendapatan PT AirAsia Indonesia Tbk. (AAID/CMPP) didorong oleh peningkatan jumlah penumpang sebesar 21% dengan total jumlah penumpang 3,32 juta dengan tingkat keterisian penumpang (load factor) naik sebesar 4 pts atau 87% dibandingkan Semester 1 2023," kata Direktur Utama Indonesia AirAsia, Veranita Yosephine dalam keterangan resmi di Jakarta, dikutip Rabu (31/7/2024).
Indonesia AirAsia mencatat, sebagian besar pendapatan berasal dari operasi penerbangan, yang terdiri dari penjualan tiket kursi pesawat memberikan kontribusi sebesar Rp. 3,2 triliun, diikuti oleh pendapatan dari bagasi dan pelayanan penerbangan sebesar Rp. 518,8 miliar, serta pendapatan dari ancillary sebesar Rp 33,3 miliar dan kargo Rp 26,5 miliar.
Sedangkan pendapatan per kilometer kursi yang tersedia (RASK) naik sebesar 8% atau Rp 685 miliar, dengan peningkatan jumlah penerbangan sebesar 15% atau 2.900 penerbangan.
Advertisement
Sumber Pendapatan Utama
Indonesia AirAsia mengungkapkan, Jakarta menjadi sumber pendapatan utama senilai Rp. 1,63 triliun.
Sumber pendapatan utama lainnya adalah Denpasar senilai Rp. 1,38 triliun. Sementara itu, Surabaya dan Medan masing-masing mencatat angka Rp 488,54 miliar dan Rp 278,84 miliar.
Adapun peningkatan pendapatan usaha Indonesia AirAsia Semester 1 tahun 2024 tercatat sebesar 24% atau sebesar Rp. 733 miliar, diikuti dengan peningkatan biaya operasional sebesar 19% dari tahun sebelumnya atau Rp. 665 miliar. Biaya yang dimaksud tidak mencakup laba/rugi selisih kurs dari transaksi dalam mata uang asing.