Liputan6.com, Jakarta - Ulama kharismatik Indonesia, Habib Luthfi bin Yahya memberikan pandangan penting mengenai karomah dan mukjizat dalam ceramahnya yang dikutip dari kanal YouTube @DedenMuzaki pada Jumat (30/08).
Habib Luthfi menegaskan bahwa karomah dan mukjizat tidak dapat diukur dengan akal semata, kecuali akal tersebut telah dilandasi oleh iman.
Dalam ceramahnya, Habib Luthfi menyatakan bahwa meskipun karomah dan mukjizat sering kali tampak di luar logika manusia, hal itu tidak berarti bahwa keduanya tidak mungkin terjadi.
"Mau dipercaya atau tidak, memang karomah tidak bisa ditakar dengan akal, mukjizat tidak bisa ditakar dengan akal," ujar Habib Luthfi.
Ia menjelaskan bahwa akal manusia yang tidak dilandasi oleh iman akan kesulitan menerima dan memahami karomah serta mukjizat.
"Terkecuali akalnya ikut beriman, baru akan masuk akal, tapi kalau akalnya tidak beriman, sulit untuk bisa masuk akal," tambahnya.
Baca Juga
Advertisement
Simak Video Pilihan Ini:
Cuplik Kisah Nabi Sulaiman AS
Habib Luthfi kemudian memberikan contoh dari kisah Nabi Sulaiman dan burung Hudhud. Menurutnya, Nabi Sulaiman menunjukkan kepercayaan kepada burung Hudhud, meskipun burung itu telah dua hari tidak pulang.
Ketika ditanya, burung Hudhud menjawab bahwa ia berasal dari negeri Yaman, dari negeri Saba.
"Seperti nabi Allah Sulaiman percaya dengan burung yang dua hari tidak pulang, ditanya ke mana itu dari mana kamu Hudhud, dijawab Saya dari negeri Yaman dari negeri Saba," kata Habib Luthfi.
Habib Luthfi melanjutkan bahwa burung Hudhud melaporkan kepada Nabi Sulaiman tentang seorang putri cantik yang menjadi raja di negeri Saba.
Hal ini menunjukkan bahwa mukjizat dan karomah tidak selalu bisa dijelaskan secara logis, namun tetap harus diterima dengan keimanan.
"Saya ingin melaporkan ya Nabi Allah Sulaiman bahwa di situ ada satu putri yang cantik sekali, rajanya," tambahnya.
Lebih lanjut, Habib Luthfi menekankan bahwa penerimaan terhadap karomah dan mukjizat adalah bagian dari keimanan yang utuh.
Tanpa iman, akal akan selalu mencari pembenaran yang mungkin tidak akan ditemukan. "Kalau akalnya tidak beriman, maka semua ini akan sulit diterima," ujarnya.
Habib Luthfi juga mengingatkan bahwa dalam sejarah para nabi, banyak mukjizat yang terjadi di luar batasan logika manusia.
Advertisement
man Kunci untuk Memahami Mukjizat dan Karomah
Mukjizat tersebut bukan untuk dipertanyakan dengan akal, tetapi untuk diimani sebagai bukti kebesaran Allah. "Mukjizat para nabi bukan untuk dipertanyakan, tetapi untuk diimani," jelasnya.
Dalam ceramah tersebut, Habib Luthfi mengajak umat Islam untuk tidak meremehkan karomah dan mukjizat hanya karena tidak bisa dijelaskan oleh akal.
Menurutnya, iman yang kuat akan membawa seseorang kepada pemahaman yang lebih dalam mengenai kebesaran Allah.
"Jangan takar karomah dan mukjizat dengan akal, tetapi terimalah dengan iman," tegasnya.
Habib Luthfi juga menegaskan bahwa akal manusia memiliki keterbatasan, sementara kekuasaan Allah tidak terbatas. Oleh karena itu, manusia tidak boleh sombong dengan akalnya dan menolak hal-hal yang bersifat gaib.
"Akal kita terbatas, tapi kekuasaan Allah tidak terbatas. Jangan sombong dengan akal," katanya.
Ia kemudian mengingatkan bahwa iman adalah kunci utama dalam memahami segala sesuatu yang berada di luar nalar manusia.
Dengan iman, mukjizat dan karomah akan menjadi bukti nyata kebesaran Allah yang tidak bisa diragukan. "Iman adalah kunci untuk memahami mukjizat dan karomah," pungkasnya.
Pesan yang disampaikan oleh Habib Luthfi ini menjadi pengingat bagi umat Islam untuk selalu menyeimbangkan akal dan iman dalam menjalani kehidupan, khususnya dalam memahami tanda-tanda kebesaran Allah yang terkadang tidak bisa dijelaskan oleh akal manusia semata.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul