1,2 Juta Ton Beras Impor Tiba Sebelum Desember 2024

Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, menyampaikan bahwa impor beras ini diharapkan dapat terealisasi sepenuhnya sebelum Desember 2024

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 30 Agu 2024, 20:00 WIB
Pekerja melakukan aktivitas bongkar muat beras impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (16/12/2022). Perum Bulog mendatangkan 5.000 ton beras impor asal Vietnam guna menambah cadangan beras pemerintah (CBP) yang akan digunakan untuk operasi pasar. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

 

Liputan6.com, Jakarta Perum Bulog kembali berencana mengimpor beras sebanyak 1,2 juta ton tahun ini guna menutupi penurunan produksi beras nasional dan memastikan stabilitas stok serta harga beras di pasar domestik.

Dalam sebuah diskusi media di Jakarta, Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, menyampaikan bahwa impor beras ini diharapkan dapat terealisasi sepenuhnya sebelum Desember 2024.

Bulog telah memperoleh izin dari pemerintah untuk mengimpor total 3,6 juta ton beras sepanjang tahun 2024, di mana 2,4 juta ton di antaranya telah terealisasi hingga Juli. Artinya, masih ada sisa kuota impor sebanyak 1,2 juta ton yang harus diselesaikan.

Bayu menjelaskan bahwa Bulog saat ini sedang dalam proses menyelesaikan kontrak impor sebesar 300.000 ton, sehingga masih ada sekitar 900.000 ton beras yang belum dikontrak dari total target impor.

"Kami optimis seluruh impor ini bisa tiba sebelum Desember," ujarnya dikutip dari Antara, Jumat (30/8/2024).

Cadangan Beras Pemerintah

Beras impor ini akan digunakan sebagai cadangan beras pemerintah (CBP) serta untuk kebutuhan stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP), yang akan dijual dengan harga Rp12.500 per kilogram.

Bayu juga menegaskan bahwa stok beras saat ini dalam kondisi aman, dengan total stok sekitar 1,5 juta ton, termasuk hasil serapan beras dalam negeri yang telah mencapai 900.000 ton.

Ia optimis bahwa pengadaan beras dalam negeri akan terus berlanjut dalam beberapa bulan ke depan, terutama pada bulan September.

Penurunan produksi beras nasional menjadi perhatian serius, terutama setelah Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa produksi beras pada tahun 2023 menurun sebesar 1,39 persen, dari 31,54 juta ton pada tahun 2022 menjadi 31,10 juta ton pada tahun 2023.

Faktor-faktor seperti perubahan iklim, penurunan lahan pertanian, serta tantangan akses pengairan turut mempengaruhi produksi padi.

 


Produksi Beras RI Turun Tajam

Petugas mendata ketersediaan stok beras di Gudang Bulog Divisi Regional DKI Jakarta, Kelapa Gading, Rabu (29/12/2021). Dirut Perum Bulog Budi Waseso menjamin tahun ini stok beras aman dan tidak ada impor untuk kebutuhan Cadangan Beras Pemerintah. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Menurut data BPS, produksi padi pada periode Januari-April 2024 mengalami penurunan tajam sebesar 17,54 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Selain itu, produksi beras pada Januari-Agustus 2024 diperkirakan mencapai 21,38 juta ton, yang lebih rendah 2,25 juta ton dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Data dari Kementerian Pertanian juga menunjukkan bahwa konsumsi beras per kapita masyarakat Indonesia pada tahun 2023 mencapai 80,905 kg per kapita per tahun. Dengan angka ini, rata-rata setiap orang di Indonesia mengonsumsi sekitar 0,222 kg beras setiap hari, yang menunjukkan betapa pentingnya menjaga ketersediaan beras bagi masyarakat.

Impor beras ini menjadi bagian dari strategi Bulog untuk memastikan ketahanan pangan nasional tetap terjaga, terutama di tengah berbagai tantangan yang mempengaruhi produksi beras domestik.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya