Liputan6.com, Jakarta Tahun ini, GIGI merayakan tiga dekade perjalanan musik mereka dengan menggelar konser yang luar biasa, penuh dengan kejutan visual dan teknologi mutakhir. Acara ini bukan sekadar perayaan, melainkan juga sebuah eksplorasi kreativitas yang membawa ide-ide segar dari sketsa sederhana ke panggung yang megah dan memukau.
Melalui unggahan di Instagram, Edy Khemod, drummer dari band Seringai, memberikan apresiasi kepada tim visual dan pencahayaan yang berada di balik konser ini. Mereka berhasil mewujudkan konsep-konsep yang mengagumkan, mengubah coretan di atas kertas menjadi pertunjukan yang mengesankan.
Advertisement
Konsep utama konser ini berpusat pada penggunaan bentuk segitiga, yang diterapkan dalam berbagai elemen mulai dari desain panggung hingga konten visual di layar LED. Selain itu, mereka juga bereksperimen dengan penggunaan LED transparan. Dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (3/10/2024), konser ini tidak hanya menampilkan GIGI, melainkan ada juga penampilan dari Hivi, Perunggu, dan Afgan. Masing-masing penampil punmenyuguhkan konsep panggung yang unik dan penuh makna.
Hivi!
Hivi! adalah grup musik pop asal Indonesia yang dikenal dengan lagu-lagu yang ceria, segar, dan lirik yang penuh makna. Lagu-lagu mereka sering kali mengangkat tema cinta dan persahabatan, membuat mereka menjadi salah satu band pop yang paling digemari di tanah air. Hits seperti "Mata Ke Hati" dan "Siapkah Kau 'Tuk Jatuh Cinta Lagi" menjadi bukti popularitas mereka.
Dalam unggahan Instagram Edy Khemod, tampak sketsa panggung Hivi! yang menampilkan lampu LED berwarna biru dan ungu yang berkilauan dengan tulisan "Hivi." Di dalam tulisan "Hivi," terdapat ilustrasi wajah-wajah anggota band.
Advertisement
Perunggu
Perunggu adalah band indie rock asal Indonesia yang dikenal dengan musik yang energik dan lirik yang mendalam. Sejak debut mereka, Perunggu telah menarik perhatian dengan gaya musik yang khas dan penampilan panggung yang berani. Mereka sering mengeksplorasi tema-tema yang emosional dan melankolis, memberikan pengalaman yang mendalam bagi pendengarnya.
Sketsa panggung mereka menggambarkan empat pintu besar yang memancarkan cahaya terang, menyorot setiap anggota band seolah mereka adalah tokoh utama.
Afgan
Afgan, penyanyi solo yang selalu tampil memukau dengan suara lembut dan balada emosionalnya, memilih konsep panggung yang menggambarkan siluet gedung-gedung tinggi dengan city lights yang memancar. Sketsa ini memberikan kesan bahwa Afgan sedang bernyanyi di tengah kerlipan lampu kota besar.
Visual tersebut tidak hanya memperkaya penampilan Afgan, tetapi juga menciptakan suasana malam yang menawan bagi penonton.
Advertisement