Liputan6.com, Jakarta In Vitro Fertilization atau IVF adalah opsi yang dapat dipilih untuk mengatasi masalah kesuburan yang kompleks.
IVF adalah salah satu teknik dalam perawatan kesuburan modern yang menawarkan harapan baru bagi pasangan yang kesulitan untuk memiliki anak.
Advertisement
Prosedur fertilisasi in vitro melibatkan pembuahan sel telur oleh sperma di luar tubuh, kemudian ditanamkan kembali ke rahim wanita.
Menurut dokter kandungan ahli fertilitas RS Siloam Lippo Village Karawaci Christofani Ekapatria, prosedur fertilisasi in vitro terdiri dari beberapa tahapan penting yang dirancang untuk meningkatkan peluang kehamilan, yakni:
Pemberian Obat untuk Stimulasi Ovarium
Pertama, tahapan stimulasi ovarium dilakukan dengan memberikan obat-obatan kepada pasien untuk merangsang ovarium agar memproduksi beberapa sel telur, guna meningkatkan kemungkinan pembuahan.
Ovo Pickup
Setelah proses stimulasi, tahapan berikutnya adalah pengambilan sel telur atau ovo pickup, di mana sel telur diambil dari ovarium menggunakan prosedur yang dilakukan dengan anestesi ringan dan dipandu oleh ultrasonografi.
Sel telur yang diambil kemudian dipertemukan dengan sperma di laboratorium dalam proses pembuahan, yang dapat melibatkan metode intracytoplasmic sperm injection (ICSI) jika diperlukan.
Kultur Embrio
Berikutnya, embrio yang dihasilkan kemudian dikultur selama beberapa hari untuk memastikan kualitas dan perkembangan yang optimal.
Setelah embrio mencapai tahap perkembangan yang baik, tahapan transfer embrio dilakukan dengan memindahkan embrio ke dalam rahim wanita melalui prosedur non-invasif.
“Akhirnya, setelah dua minggu, tes kehamilan dilakukan untuk memeriksa apakah embrio berhasil menempel di rahim dan berkembang menjadi kehamilan,” kata Christofani dalam keterangan pers, Sabtu (31/8/2024).
Kapan Waktu yang Tepat untuk Memulai IVF?
Usia wanita memainkan peran penting dalam kualitas embrio dan keberhasilan prosedur IVF, lanjut Christofani.
Setelah usia 35 tahun, kualitas embrio secara signifikan menurun. Data menunjukkan bahwa wanita di usia ini hanya memiliki sekitar 85 persen dari kualitas embrio yang dimiliki wanita yang lebih muda, yang berdampak langsung pada tingkat keberhasilan IVF.
Oleh karena itu, semakin cepat pasangan merencanakan dan menjalani IVF setelah usia 35 tahun, semakin baik kemungkinan hasil yang positif.
Penurunan kualitas embrio dengan bertambahnya usia membuat pengambilan keputusan lebih awal menjadi sangat penting, terutama jika usia pasangan sudah cukup lanjut.
Advertisement
Waktu Tunggu dan Pemeriksaan Sebelum Memulai IVF
Dalam keterangan yang sama, dokter kandungan dan ahli fertilitas endokrinologi reproduksi di Siloam Sriwijaya Palembang, Moh Airul Chakra Alibasya menjelaskan soal waktu tunggu untuk memulai siklus IVF.
“Waktu tunggu ini bervariasi, tergantung pada kondisi individu dan kesiapan pasien. Biasanya, waktu tunggu bisa 2-3 bulan setelah kunjungan pertama,” katanya.
Sebelum memulai IVF, pasangan harus menjalani berbagai pemeriksaan dan tes, termasuk tes hormon untuk mengevaluasi keseimbangan hormonal, USG transvaginal untuk menilai kondisi rahim dan ovarium, dan analisis sperma untuk menilai kualitas dan kuantitas sperma.
Tingkat Keberhasilan IVF
Keberhasilan IVF umumnya sejalan dengan tingkat keberhasilan nasional. Tingkat keberhasilannya dapat dikatakan tinggi berkat penggunaan teknologi canggih dan tim medis yang berpengalaman.
Sebagai contoh, di tahun 2023 angka keberhasilan nasional adalah sebesar 25 persen, sementara Grup RS Siloam mencapai 42 persen. Adapun faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan antara lain usia pasien, kualitas embrio, dan penyebab kesuburan.
IVF merupakan metode yang efektif untuk mengatasi masalah kesuburan kompleks dan menawarkan berbagai keunggulan dibandingkan metode lainnya. Dengan fasilitas dan teknologi mutakhir serta tim media berpengalaman, pasangan dapat menjalani proses IVF dengan lebih percaya diri dan siap menghadapi tantangan.
Advertisement