Liputan6.com, Jakarta - Kondisi ekonomi dunia memasuki babak baru ditengah ketidakpastian ekonomi yg terus bergejolak menghadapi fragmentasi geopolitik, fluktuasi nilai tukar mata uang, dan perubahan dalam harga komoditas global.
"Aktivitas ekonomi seperti perdagangan internasional, investasi lintas sektor, dan perpindahan modal antar negara menjadi kunci utama hubungan mutualisme antar negara membentuk dinamika ekonomi global," kata Willi Muchlisien, seorang pengusaha UMKM yang biasa disapa WM Bhai.
Advertisement
Menurut Global Risk Report dari World Economic Forum (WEF) tahun 2024 ini masih terjadi potensi resesi ekonomi global yg berdampak juga pada negara-negara berkembang seperti indonesia.
Catatan BPS (2024), Terjadi penurunan kelas menengah menjadi 47,85 juta orang atau 17,13 persen dari total penduduk dan kelompok masyarakat rentan miskin angkanya naik menjadi 67,69 juta orang atau 24,23 persen dari total penduduk indonesia.
Laporan Indonesia Economic Prospects, World Bank (2024), Dari 66 juta usaha swasta yg ada, sebagian besar terdiri dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
"UMKM harus diperkuat dengan bertransisi memasuki ekonomi digital agar produktivitasnya bisa lebih meningkat dan berdaya saing," jelasnya.
Transformasi digital pada UMKM dianggap sebagai salah satu langkah strategis untuk meningkatkan daya tahan ekonomi Indonesia di tengah tekanan ekonomi global.
Dengan mengadopsi teknologi digital, UMKM tidak hanya akan mampu meningkatkan efisiensi dan produktivitas, tetapi juga membuka akses ke pasar yang lebih luas, baik domestik maupun internasional.
Hal ini penting untuk memastikan bahwa UMKM dapat berperan lebih besar dalam perekonomian nasional dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi yang inklusif.