Liputan6.com, Cilacap - Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau kondang dengan sebutan Buya Hamka mengkritisi deskripsi atas ciri-ciri fisik salah satu binatang aneh.
Binatang aneh ini menjadi salah satu salah satu dari sekian banyak tanda-tanda kiamat. Binatang aneh yang dimaksud ialah dabbah atau binatang melata.
Menurut ulama pengarang Tafsir Al-Azhar kelahiran Sumatera Barat ini, gambaran-gambaran perihal ciri-ciri fisik dabbah ini tak memiliki dasar yang kuat.
Baca Juga
Advertisement
Beliau menyitir pendapat para ulama besar yang mengatakan hal yang sama seperti Fakhruddin ar-Razi dan al-Qasimi untuk menguatkan pendapatnya itu.
Simak Video Pilihan Ini:
Kritik Buya Hamka
Menukil Republika, Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar menjelaskan tentang binatang seperti apa yang akan menjadi tanda kiamat berdasarkan ayat tersebut. Kata "dabbatan" dalam ayat tersebut diartikan sebagai binatang. Namun, kata Buya Hamka, "dabbatan" asal artinya adalah melata, merangkak atau beringsut-ingsut.
Buya Hamka menjelaskan banyak pendapat yang menggambarkan dengan jelas tentang binatang yang akan menjadi tanda datangnya hari kiamat. Seperti beberapa pendapat yang menyebut binatang itu panjangnya 60 hasta dan tingginya sampai ke awan. Kemudian ada yang menyebut kakinya empat, berbulu panjang, berbulu sebagai burung dan bersayap dua dan banyak lagi yang lainnya.
Namun kata Buya Hamka penggambaran-penggambaran tentang binatang tersebut tak ada dalilnya, seperti apa yang dikatakan Fakhruddin ar-Razi mengatakan bahwa itu tak ada dalilnya di dalam Alquran.
Buya Hamka menegaskan cerita-cerita tentang bentuk binatang sebagai tanda datangnya hari kiamat tidak ada dalam al-Quran dan tak ditemukan dalam hadis-hadis shahih.
Advertisement
Tidak Spesifik kepada Binatang Tertentu
Menurut Buya Hamka, 'dabbatan' dalam ayat tersebut tidak bermakna spesifik kepada binatang tertentu. Bisa saja binatang itu berkaki empat atau tidak.
Al-Qurthubi dalam tafsirnya pun demikian yakni binatang yang dimaksud di dalam Alquran tak secara spesifik seperti apa yang akan keluar sebagai tanda kiamat.
Al-Qasimi dalam tafsirnya Mahasin at-Ta'wil mengatakan ayat tersebut mengandung dua makna satu di antaranya tentang binatang yakni tidak diketahui bentuknya. Namun ia menjelaskan berdasarkan pendapat setengah ahli tafsir mengatakan binatang itu akan memerahi manusia mengapa tidak menerima kebenaran Allah.
Dan "dabbatan" dalam ayat tersebut bukan bermakna seekor binatang melainkan semacam binatang. Dengan demikian tak ada yang bisa menggambarkan secara pasti binatang apa yang akan menjadi pertanda datangnya hari kiamat.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul