Melihat Manajemen Ekosistem Pesisir di Lingkar Tambang Batu Bara

Peneliti Kelautan dari Universitas Mulawarman menemukan keanekaragaman hayati yang terjaga di area pelabuhan bongkar muat batu bara milik PT Indominco Mandiri di Kecamatan Marangkayu, Kabupaten Kutai Kartanegara.

oleh Abdul Jalil diperbarui 02 Sep 2024, 01:35 WIB
Salah satu titik terumbu karang yang disurvei peneliti Unmul, Muchlis Efendi, dalam kondisi baik dan tidak ditemukan ceceran batu ara. (foto: istimewa)

Liputan6.com, Kutai Kartanegara - Muchlis Efendi membuka laptopnya yang berisi banyak data survei di kawasan pesisir Kalimantan Timur. Mulai dari bagian utara provinsi yang kini sebagian wilayahnya menjadi Ibu Kota Nusantara ini, hingga kawasan pesisir bagian paling selatan.

Dosen dan peneliti kelautan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman ini memang suka melakukan penelitian. Sebuah bentuk tanggung jawabnya sebagai akademisi.

Peta Kalimantan Timur kemudian dibuka sembari menunjukkan titik-titik kawasan yang pernah di surveinya. Sampai kemudian dia menunjukkan tempat unik yang tak banyak orang menyangka jika ekosistem pesisir di situ sangat sehat.

“Ini adalah pelabuhan bongkar muat batu bara yang ternyata ekosistemnya masih bagus untuk kehidupan biota laut,” kata Muchlis, Kamis (22/8/2024) silam.

Dia kemudian menyebut perusahaan tersebut punya manajemen lingkungan yang baik sehingga aktivitas bongkar muat batu bara tak mencemari lingkungan. Padahal aktivitas pertambangan secara komersial sudah dilakukan sejak tahun 1997.

“Berdasarkan survei yang kami lakukan secara ilmiah, kami melihat PT Indominco Mandiri cukup taat dalam mengatur aktivitas mereka sehingga tak mencemari ekosistem pesisir,” katanya.

Kawasan yang dimaksud adalah Pelabuhan bongkar muat batu bara atau shiploader di Desa Santan Ilir, Kecamayan Marangkayu, Kabupaten Kutai Kartanegara. Kapal yang bersandar bukan kapal biasa, melainkan vessel atau kapal raksasa bermuatan sangat banyak.

Sebagai perbandingan, kapal tongkang paling besar biasanya hanya mampu mengangkut 10 ribu ton batu bara. Kapal vessel bahkan mampu mengangkut hinggga 100 ribu ton. Bisa dibayangkan betapa padatnya aktivitas bongkar muat di pelabuhan ini.

Jika perusahaan tambang batu bara lainnya masih mengangkut dengan kapal tongkang terlebih dulu, PT Indominco Mandiri memuat batu baranya langsung ke vessel dari stock pile. Di shiploader tersebut juga tersedia konveyor yang panjangnya lebih dari 4 kilometer. Sebagian berada di daratan, sebagian lagi berada di atas perairan laut.

Muchlis menyebut akitivitas tersebut beririsan langsung dengan ekosistem pesisir, termasuk ekosistem mangrove, terumbu karang, dan sekitarnya. Sejak lama beroperasi, tentu banyak pihak yang menyangsikan ekosistem di sekitar Pelabuhan bongkar muat masih bagus.

“Survei yang kami lakukan bertujuan, pertama, sebagai upaya menggali keanekaragaman hayati di sebuah kawasan. Kebetulan itu kawasan DLKp (Daerah Lingkungan Kerja) PT Indominco. Kita menemukan keberadaan terumbu karang yang masih mampu menampung kehidupan biota laut,” katanya.

Dia tak menampik soal sisi negatif aktivitas pertambangan batu bara, terutama saat bongkar muat. Ceceran batu bara, minyak, hingga dampak dari aktivitas kapal dan alat berat tentu jadi sangat mengkhawatirkan bagi ekosistem pesisir.

“Tapi setelah dilakukan penelitian  masih ada terumbu karang dan masih hidup. Bahkan mampu memberi daya dukung biota di dalamnya, baik terumbu karang maupun lamun,” sebut Muchlis.


Perbaikan Database

Muchlis Efendi, dosen dan peneliti dari Unmul, saat berada di salah satu titik terumbu karang yang berada di kawasan shiploader PT Indominco Mandiri. (foto: istimewa)

Pada dasarnya, survei yang dilakukan oleh akademisi bertujuan untuk memperbaiki database. Muchlis Efendi misalnya, sebagai dosen dan peneliti kelautan di Universitas Mulawarman tentu perlu mengetahui kondisi persis kelautan yang ada di Kalimantan Timur.

“Sebagai akademisi, survei ini adalah data keanekaragaman hayati yang harus diketahui. Kebetulan saja berada di kawasan terbatas milik perusahaan. Ini akan memperbaiki database kita,” katanya.

Basis data sangat dibutuhkan pengambil kebijakan, pemerintah utamanya, dalam menentukan sebuah kebijakan. Maka data yang diambil akademisi selalu menjadi acuan.

“Di shiploader PT indominco mandiri, berdasrkan survei, kami temukan keberadaan 12 titik terumbu karang. Baik yang berada di area DLKr (Daerah Lingkungan Kerja), DLKp (Daerah Lingkungan Kepentingan) maupun di luar kawasan,” papar Muchlis.

Surveinya sendiri dibagi beberapa tahap yang dimulai tahun 2021 hingga tahun 2024. Pada tahap awal, survei berupaya membuktikan keanekaragaman hayati di kawasan itu.

“Survei terakhir di tahun 2024 ini bertujuan untuk analisis kawasan, terutama ekosistem di sekitar aktivitas shiploader,” kata Muchlis.

Meski terlihat sehat, perlu analisis lebih jauh untuk memastikan kondisi terumbu karang. Analisis tersebut memperkaya basis data kelautan yang ada di Kalimantan Timur.

Di sisi lain, kata Muchlis, penemuan terumbu karang sehat juga membuktikan jika aktivitas bongkar muat batu bara jika dikelola dengan baik, tak akan merusak ekosistem di sekitarnya. Tentu saja ini membantah kekhawatiran banyak pihak soal perusakan lingkungan di lingkar tambang.

“Ini soal kemauan kuat. Dan PT Indominco Mandiri membuktikan itu,” ujarnya.

Muchlis sendiri ingin lebih jauh menggali soal ekosistem pesisir di kawasan shiploader batu bara. Survei lanjutan bisa digunakan pihak tertentu, termasuk perusahaan, untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup di sekitar kawasan.

“Analisis ini perlu dilakukan untuk data base jika sewaktu-waktu diperlukan. Salah satunya perusahaan sendiri untuk meningkatkan kualitas lingkungan di area kerja mereka,” ujar Muchlis.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya