CEO Pavel Durov Ditahan di Prancis, Telegram Ternyata Punya Aset Kripto Rp 6,2 Triliun

Sekitar 40% pendapatan Telegram berasal dari aktivitas terkait aset digital di bawah kategori dompet terintegrasi dan penjualan barang koleksi.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 02 Sep 2024, 11:24 WIB
Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)

Liputan6.com, Jakarta - Aplikasi perpesanan Telegram, dilaporkan memiliki aset mata uang kripto senilai USD 400 juta atau Rp 6,2 triliun pada akhir 2023. 

Kepemilikan itu tercatat dalam laporan keuangan perusahaan 2023, yang tengah menjadi sorotan menyusul penahanan CEO-nya Pavel Durov di Prancis pekan lalu. Mengutip Cointelegraph, Senin (2/9/2024) dilaporkan bahwa sekitar 40% pendapatan Telegram berasal dari aktivitas terkait aset digital di bawah kategori dompet terintegrasi dan penjualan barang koleksi.

Laporan yang merujuk pada laporan keuangan Telegram pada 2023 mengatakan bahwa "dompet terintegrasi adalah program perangkat lunak yang memungkinkan pengguna untuk menyimpan, mengirim, menerima, dan memperdagangkan aset kripto."

Mengenai penjualan barang koleksi, laporan itu mencatat, perusahaan juga memfasilitasi transaksi antar pengguna untuk penjualan barang koleksi ini dan memperoleh biaya untuk menyediakan layanan ini.

Tercatat pada akhir 2023, aplikasi tersebut memiliki sekitar empat juta pengguna premium, jumlah yang telah tumbuh menjadi lebih dari lima juta.

Pada tahun tersebut Telegram membukukan kerugian operasional sebesar USD 108 juta atau Rp 1,6 triliun meskipun menghasilkan pendapatan sebesar USD 342,5 juta atau Rp 5,3 triliun.

Menurut Statista, Telegram mencatat pendapatan dalam aplikasi sebesar USD 11,66 juta (Rp.181,1 miliar) dalam dua bulan pertama tahun 2024 dan telah mengumpulkan lebih dari USD 4 miliar (Rp.62,1 triliun) dalam pendanaan sejak diluncurkan.

India menjadi negara dengan unduhan Telegram tertringgi pada tahun 2023, dengan 83,85 juta pengguna, sementara Amerika Serikat berada di peringkat ketiga dengan 29,92 juta unduhan.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.


Permintaan Bitcoin di AS Meningkat, Ada Apa?

Ilustrasi kripto (Foto: Unsplash/Kanchanara)

Permintaan bitcoin (BTC) di Amerika Serikat telah meningkat. Hal itu menyusul pernyataan ketua Federal Reserve Jerome Powell pada simposium Jackson Hole minggu lalu.

Namun, peningkatan ini belum sampai ke pasar kripto yang lebih luas. Menurut laporan CryptoQuant, BTC menguat karena meningkatnya minat investor di Amerika Serikat (AS). Namun, pertumbuhan permintaan Bitcoin secara keseluruhan berada pada level rendah dan tetap negatif selama beberapa minggu terakhir.

Peningkatan permintaan Bitcoin dari investor AS terlihat jelas dari lonjakan Coinbase Premium, yang melonjak hingga 0,11%, level tertingginya sejak Juli. Kenaikan metrik ini menunjukkan platform perdagangan lokal mengalami permintaan yang lebih tinggi dari investor AS daripada bursa di luar negeri.

Melansir Crypto Potatao, MInggu (1/9/2024), data CryptoQuant mengatakan itu adalah tanda bahwa BTC telah mulai mengalir dari platform perdagangan non-AS ke Coinbase, sebuah pergerakan yang biasanya terlihat selama pasar bullish dan indikasi tren kenaikan harga bitcoin.

Metrik Inter-exchange Flow Pulse (IFP), yang mengukur jumlah kumulatif satu tahun dari aliran bersih BTC antara Coinbase dan bursa lainnya, juga meningkat sebagai indikasi aset tersebut mengalir ke platform kripto berbasis di AS sebagai respons terhadap harga premium dan permintaan yang lebih tinggi di AS. Selain itu, permintaan bitcoin di pasar berjangka abadi meningkat bersamaan dengan Open Interest (OI).


Posisi Beli Baru

Ilustrasi aset kripto Bitcoin. (Foto By AI)

OI melonjak sekitar 10.000 BTC menjadi 276.000 BTC, menandakan pedagang membuka posisi beli baru dan pesanan beli mendominasi pesanan jual. Di tengah meningkatnya permintaan Bitcoin di AS, harga yang mendasarinya mencatat kenaikan 6%, bergerak dari USD 60.000 menjadi USD 65.000, level tertinggi sejak 2 Agustus.

Meskipun terjadi kenaikan ini, investor tidak terlibat dalam aksi ambil untung atau profit taking yang signifikan. Hal itu terlihat dari laba yang direalisasikan sebesar USD 536 juta, jauh dari angka multi-miliar dolar yang tercatat di puncak pasar lokal tahun ini. Selain itu, pertumbuhan Permintaan Bitcoin yang Tampak dalam 30 hari telah menurun dari 496.000 BTC pada awal April menjadi kondisi negatif sebesar 36.000 BTC.

Permintaan yang tampak adalah perbedaan antara total subsidi blok Bitcoin harian dan perubahan harian dalam jumlah BTC yang tidak dipindahkan dalam setahun atau lebih. CryptoQuant menegaskan bahwa pasar kripto membutuhkan peningkatan permintaan Bitcoin yang tampak sebelum harga dapat pulih sepenuhnya dan reli ke titik tertinggi baru.


Bos Telegram Pavel Durov Ditahan di Prancis, Biaya Jaminan Tembus Rp 86 Miliar

Bos Telegram, Pavel Durov menyambangi kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Selasa (1/8/2017). (Foto: Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, miliarder pendiri platform Telegram, Pavel Durov sedang menjalani penyelidikan resmi dan tidak diizinkan meninggalkan Prancis, menyusul penahanan terhadapnya pekan lalu.

Melansir CNN, Jumat (30/8/2024) jaksa penuntut Prancis mengungkapkan miliarder kelahiran Rusia itu sedang diselidiki atas beberapa dugaan pelanggaran terkait aktivitas kriminal di Telegram, termasuk keterlibatan dalam transaksi ilegal, pencucian uang hasil kejahatan dalam kelompok terorganisasi.

Pavel Durov kini harus tetap berada di negara itu di bawah pengawasan pengadilan, dengan jaminan yang ditetapkan sebesar USD 5,56 juta atau Rp 86,1 miliar, dan diharuskan melapor ke kantor polisi Prancis dua kali seminggu Durov dibebaskan dari tahanan polisi di Prancis pada hari sebelumnya dan dipindahkan ke pengadilan untuk diinterogasi, menurut laporan jaksa penuntut, beberapa hari setelah penangkapannya yang dramatis di bandara Paris.

Keterangan dari kantor kejaksaan juga menyebut, Kantor Nasional Prancis untuk Anak di Bawah Umur telah melaporkan kepada kantor kejaksaan tentang "hampir tidak adanya tanggapan" dari Telegram terhadap permintaan pengadilan terkait pelanggaran yang mencakup perdagangan manusia hingga ujaran kebencian.

Kronologi Bos Telegram Pavel Durov Ditahan di Prancis

Pavel Durov ditahan di Bandara Bourget Paris pekan lalu atas surat perintah terkait kurangnya moderasi Telegram. Ia sedang diselidiki atas tuduhan yang berkaitan dengan sejumlah kejahatan, termasuk tuduhan platformnya terlibat dalam membantu penipu, pengedar narkoba, dan orang-orang yang menyebarkan pornografi.

Ia ditahan hingga 96 jam, jumlah waktu maksimum seseorang dapat ditahan menurut hukum Prancis sebelum didakwa.

Penangkapan Durov memicu perdebatan tentang isu kebebasan berbicara, dan menimbulkan kekhawatiran khusus di Ukraina dan Rusia, di mana platform Telegram sangat populer dan telah menjadi komunikasi utama di antara personel militer dan warga negara itu.

 

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya