Intip Cara Baru Antisipasi Lonjakan Permintaan Cokelat

Harga kakao melonjak pada awal tahun ini karena banyaknya permintaan dan masalah panen cokelat di Afrika Barat akibat penyakit tanaman dan perubahan cuaca.

oleh Tim Global diperbarui 02 Sep 2024, 16:13 WIB
Ilustrasi cokelat. (Dok. Pixabay.com/StockSnap)

Liputan6.com, Washington, DC - Perubahan iklim mengancam hutan hujan tropis, yang merupakan tempat tumbuhnya biji kakao yang sangat sensitif. Namun, para peneliti dan pengusaha tengah mencari cara untuk memproduksi lebih banyak kakao yang dapat ditanam di luar daerah tropis.

California Cultured, sebuah perusahaan kultur sel tanaman, menanam kakao dari kultur sel di Sacramento Barat, California, Amerika Serikat (AS). Mereka berencana mulai menjual produknya tahun depan.

Perusahaan itu menaruh sel biji kakao dalam tong berisi air gula sehingga kakao tersebut dapat bereproduksi dengan cepat dan matang hanya dalam waktu seminggu, kata Alan Perlstein, kepala eksekutif perusahaan California Cultured. Panen cokelat tradisional biasanya membutuhkan waktu selama enam hingga delapan bulan. Proses tersebut juga tidak lagi menghabiskan banyak air atau menguras tenaga kerja. Demikian seperti dilansir VOA Indonesia, Senin (2/9/2024).

Menurut National Confectioners Association, pasar cokelat sangatlah besar, di mana penjualan cokelat di AS melampaui USD 25 miliar atau sekitar Rp386 triliun pada tahun 2023. Banyak pengusaha memprediksi permintaan akan tumbuh lebih cepat daripada pasokan kakao.

Sejumlah perusahaan juga mencari cara untuk meningkatkan pasokan cokelat lewat kakao berbasis sel atau menawarkan alternatif yang terbuat dari produk seperti gandum atau carob, yang dipanggang dan diberi perisa untuk menciptakan rasa cokelat untuk keripik.

Afrika Barat merupakan penghasil sebagian besar kakao dunia.

"Semua ini berdampak pada potensi ketidakstabilan pasokan, sehingga mendorong perusahaan-perusahaan pembuat kakao sintetis atau pengganti kakao untuk memikirkan cara-cara agar dapat menggantikan bahan yang kita kenal sebagai rasa cokelat," ujar Direktur eksekutif Fine Cacao and Chocolate Institute sekaligus pengajar di bidang Studi Afrika dan Afrika-Amerika di Universitas Harvard Carla D. Martin.


Upaya Lainnya

Ilustrasi cokelat. (Dok. Pixabay)

Planet A Foods, perusahaan asal Jerman, telah menguji coba berbagai bahan, mulai dari buah zaitun hingga rumput laut dan memilih campuran gandum dan biji bunga matahari sebagai alternatif cokelat dengan rasa terbaik. Hal tersebut diungkapkan juru bicara perusahaan, Jessica Karch. Mereka menamakannya 'ChoViva'.

"Tujuannya bukan untuk menggantikan cokelat hitam 80 persen berkualitas tinggi, tetapi untuk menghadirkan variasi produk berbeda di pasar massal," kata Karch.

Sementara beberapa perusahaan berusaha menciptakan bahan dan pengganti kakao, perusahaan lainnya berusaha meningkatkan pasokan kakao di tempat di mana kakao tumbuh secara alami.

Mars, yang memproduksi M&M dan Snickers, memiliki laboratorium penelitian di University of California, Davis, yang bertujuan membuat tanaman kakao lebih kebal, ujar Joanna Hwu, direktur senior ilmu pengetahuan tanaman kakao di perusahaan tersebut.

Fasilitas itu menyimpan berbagai jenis pohon kakao yang masih hidup, sehingga para ilmuwan dapat mempelajari apa yang membuat pohon kakao kebal terhadap penyakit. Upaya ini untuk membantu para petani di negara-negara produsen dan memastikan pasokan biji kakao yang stabil.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya