Mantan Presiden Korea Selatan Jadi Tersangka Kasus Suap Karena Carikan Mantu Kerja, Imbas Balas Dendam Politik?

Moon Jae-in adalah presiden ke-12 Korea Selatan yang menjabat pada 2017-2022.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 02 Sep 2024, 15:15 WIB
Mantan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in. (Dok. AP/Jon Gambrell)

Liputan6.com, Seoul - Jaksa di Korea Selatan mengidentifikasi mantan presiden Moon Jae-in sebagai tersangka dalam kasus suap dengan tuduhan bahwa mantan menantunya menerima perlakuan istimewa, yakni mendapatkan pekerjaan di sebuah maskapai penerbangan sebagai imbalan atas pengaturan penunjukan pejabat pemerintah yang penting bagi politikus yang mendirikan maskapai penerbangan tersebut.

Divisi Kriminal 3 dari Kantor Kejaksaan Distrik Jeonju memimpin penyelidikan atas kemungkinan keterlibatan Moon Jae-in, sebagaimana dirinci dalam surat perintah penggeledahan yang dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus di rumah putrinya, Moon Da-hye.

Penggerebekan tersebut bermula dari pengaduan yang diajukan empat tahun lalu mengenai perekrutan menantu Moon Jae-in saat itu, yang diidentifikasi hanya dengan nama belakangnya Seo, di Thai Eastar Jet.

Seo dan Moon Da-hye kini telah bercerai.

Penyelidikan difokuskan pada kemungkinan hubungan antara pekerjaan Seo dan penunjukan mantan anggota parlemen Lee Sang-jik sebagai kepala Badan UKM dan Perusahaan Rintisan Korea (Kosme).

Pada September 2020, Partai Kekuatan Rakyat (PPP), yang saat itu merupakan partai oposisi utama, mengajukan pengaduan korupsi kepada jaksa penuntut terkait pengangkatan Seo sebagai direktur eksekutif Thai Eastar Jet, maskapai berbiaya rendah yang didirikan oleh Lee, seorang anggota parlemen dua periode dari Partai Demokrat yang berkuasa saat itu dan pendiri maskapai berbiaya rendah Korea Selatan Eastar Jet.

Lee Sang-jik diangkat menjadi presiden Kosme pada Maret 2018, beberapa bulan sebelum Seo bergabung dengan unit Eastar di Thailand pada Juli tahun itu.

Kurangnya pengalaman Seo dalam industri penerbangan, ditambah dengan kesulitan keuangan perusahaan, menimbulkan kecurigaan adanya keterlibatan kantor kepresidenan dalam pengangkatannya.

Jaksa menduga bahwa pengangkatan Lee sebagai kepala Kosme mungkin telah diputuskan selama pertemuan informal sekretaris presiden pada akhir tahun 2017. Jaksa menduga bahwa Moon Jae-in dan istrinya memberikan dukungan kepada keluarga putri mereka selama beberapa waktu dan menghentikan dukungan ini setelah Seo dipekerjakan oleh Thai Eastar Jet.

Jika dukungan tersebut dihentikan setelah Seo dipekerjakan, jaksa yakin bahwa dukungan dari maskapai penerbangan tersebut, termasuk gaji dan perumahan Seo, dapat dianggap sebagai suap kepada Moon Jae-in.


Sejumlah Pejabat Era Moon Jae-in Diperiksa

Mantan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in. (Dok. Yonhap via AP)

Jaksa memperkirakan bahwa Seo menerima total 223 juta won atau sekitar Rp2,5 miliar dalam bentuk gaji dan biaya relokasi ke Thailand antara Juli 2018 dan April 2020, yang mereka pandang sebagai suap kepada Moon Jae-in.

Oleh karena itu, mereka mengindikasikan dalam surat perintah penggeledahan bahwa Moon Jae-in diduga menerima jumlah tersebut sebagai suap dari Lee.

Seo telah diperiksa tiga kali pada tahun 2024 sebagai saksi dan secara konsisten mempertahankan haknya untuk tetap diam.

Sebelumnya, jaksa mendakwa Cho Hyun-ock, mantan sekretaris senior presiden untuk urusan personalia di bawah Moon Jae-in, atas tuduhan penyalahgunaan kekuasaan terkait kasus tersebut dan memeriksa beberapa mantan pejabat kantor kepresidenan lainnya.

Im Jong-seok, mantan kepala staf di bawah Moon Jae-in, telah diperiksa pada 19 Agustus. Jaksa menanyakan apakah dia berperan dalam penunjukan Lee sebagai kepala badan usaha rintisan pada tahun 2018.

Mereka juga memeriksa pemimpin Partai Rebuilding Korea Cho Kuk, ajudan senior Moon Jae-in saat itu, selama lebih dari tiga jam pada 31 Agustus.

Partai yang berkuasa dan oposisi bereaksi berbeda terhadap penggerebekan jaksa di rumah putri Moon Jae-in.

Juru bicara PPP Jeong Kwang-jae mengatakan pada 31 Agustus, "Partai Demokrat dan partai oposisi secara konsisten berpendapat bahwa semua warga negara harus setara di hadapan hukum... Moon Da-hye tidak terkecuali. Dia juga harus diperlakukan dengan standar yang sama."

Para kritikus berpendapat ada motif politik di balik penyelidikan kasus ini.

Mengonfirmasi panggilannya melalui media sosial, Im menyatakan bahwa kasus tersebut diprakarsai oleh "jaksa politik" yang memiliki "tujuan politik", di mana dia menyoroti penggeledahan baru-baru ini terhadap rekening bank Moon Jae-in dan istrinya.

Saat memasuki Kantor Kejaksaan Distrik Jeonju pada tanggal 31 Agustus, Cho menuduh penyelidikan terhadap Moon Jae-in dan keluarganya bertujuan untuk mengalihkan perhatian dari kecurigaan seputar Presiden Yoon Suk Yeol dan Ibu Negara Kim Keon Hee.

Sementara itu, 37 anggota parlemen Partai Demokrat, banyak di antaranya mantan ajudan dari pemerintahan Moon Jae-in, mengecam jaksa penuntut karena melabeli Moon Jae-in sebagai tersangka.

Dalam konferensi pers di Majelis Nasional pada 1 September, mereka memperingatkan, "Hasil akhir dari balas dendam politik ini adalah jatuhnya pemerintah saat ini dan jaksa penuntut."


Perseteruan Lama Moon Jae-in dan Yoon Suk Yeol

Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol bersama istrinya Kim Keon Hee di Seoul. (Dok. AP)

Pada tahun 2022, saat masih menjabat sebagai presiden, Moon Jae-in sempat mengkritik Yoon Suk Yeol yang saat itu menjadi calon presiden dari PPP karena mengatakan dia akan meluncurkan penyelidikan terhadap dugaan korupsi oleh pemerintahan Moon Jae-in jika terpilih sebagai presiden.

Moon Jae-in mengungkapkan kebencian yang kuat atas pernyataan Yoon Suk Yeol, dengan mengatakan pemerintahannya dituduh melakukan kriminalitas tanpa dasar. Dia pun menuntut Yoon Suk Yeol untuk meminta maaf.

Menanggapi komentar tersebut, Yoon Suk Yeol mengatakan dia tidak tertarik dengan "pembalasan politik."

"Presiden Moon Jae-in selalu menekankan (perlunya penyelidikan) sesuai dengan hukum dan prinsip tanpa pengecualian khusus," tambah Yoon Suk Yeol.

Selain itu, Moon juga dilaporkan mempertanyakan apakah Yoon Suk Yeol "menutup mata" terhadap dugaan korupsi ketika dia menjabat sebagai jaksa agung atau kepala Kantor Kejaksaan Distrik Pusat Seoul.

Pernyataan Yoon Suk Yeol yang menyinggung Moon Jae-in muncul dalam sebuah wawancara dengan harian Korea Joongang Ilbo. Ketika ditanya apakah dia bermaksud melakukan penyelidikan terhadap kemungkinan korupsi oleh pemerintahan Moon Jae-in jika terpilih, Yoon Suk Yeol menjawab, "Ya, harus. Itu harus diselidiki."

"Berapa banyak kejahatan yang dilakukan Partai Demokrat dengan menggunakan layanan kejaksaan?" tanya Yoon.

Pernyataan Yoon Suk Yeol jelas bertentangan dengan reformasi kejaksaan yang didorong oleh pemerintahan Moon Jae-in.

Lantas, apakah kasus yang menimpa Moon Jae-in memperpanjang siklus balas dendam politik di Negeri Ginseng? Publik masih harus menunggu kelanjutan kasus ini.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya