Harganas ke-31 di Sulsel, Momentum Revitalisasi Peran Keluarga untuk Pembangunan

HARGANAS ke-31 Tingkat Sulsel Sukses Digelar di Maros

oleh Fauzan diperbarui 03 Sep 2024, 08:33 WIB
Harganas tingkat Sulsel (Liputan6.com/Fauzan)

Liputan6.com, Maros - Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-31 tingkat Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) tahun 2024 sukses digelar di Lapangan Pallantikang, Kabupaten Maros pada Minggu hingga Senin, (1-2/9/2024). 

Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Sulsel, Shodiqin mengatakan bahwa keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat, meskipun unit terkecil namun keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

"Peringatan Harganas diharapkan dapat menjadi momentum penting dalam merevitalisasi kembali peran keluarga dalam pembangunan," kata Shodiqin.

Dia menambahkan, peringatan Harganas ke-31 ini mengusung tema 'Keluarga Berkualitas menuju Indonesia Emas'. 

"Yang mencerminkan komitmen kita dalam meningkatkan kualitas hidup keluarga indonesia menuju tahun 2045 saat kita merayakan 1 abad kemerdekaan Indonesia," lanjutnya

Salah satu tantangan besar yang dihadapi Indonesia saat ini, jelas Shodiqin, adalah isu stunting yang masih menjadi perhatian Utama. Menurutnya, prevalensi stunting di Indonesia telah mengalami penurunan sebesar 15,7% dalam satu dekade terakhir dengan rata-rata penurunan sekitar 1,57 per tahun.

Namun, angka tersebut masih jauh dari target 14% tahun 2024 sehingga langkah-langkah strategis berfokus pada upaya pengukuran yang tepat dan intervensi serentak pencegahan stunting di seluruh wilayah Indonesia.

"Upaya ini mencakup peningkatan akses dan kesadaran masyarakat terhadap gizi yang baik pada masa pertumbuhan anak serta perbaikan layanan kesehatan ibu dan anak," ucap kepala perwakilan BKKBN Sulsel itu 


Capaian Target Intervensi Stunting

Deputi Bidang Penduduk BKKBN RI, Bonivasius Prasetya Ichtiarto (Liputan6.com/Fauzan)

Terpisah, Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN RI, Bonivasius Prasetya Ichtiarto, dalam sambutannya mewakili Kepala BKKBN RI, Hasto Wardoyo mengatakan, masih tingginya angka stunting karena kurang tepatnya intervensi yang dilakukan pada sasaran prioritas, yaitu calon pengantin, ibu hamil, ibu pasca persalinan, bayi, dan anak-anak di bawah dua tahun. Ketidak akuratan dalam mengidentifikasi dan memprioritaskan kelompok- kelompok ini mengakibatkan penggunaan sumber daya yang tidak efektif. 

"Dari sembilan indikator layanan intervensi spesifik, hanya tiga yang telah mencapai target, sedangkan enam lainnya, seperti persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) yang mendapatkan tambahan asupan gizi dan persentase bayi yang mendapat ASI eksklusif, belum tercapai. Sementara itu, dari sebelas indikator layanan sensitif, hanya tiga yang tercapai, dan sisanya masih perlu perhatian untuk memenuhi target yang ditetapkan," papar Boni.

Boni juga menjelaskan, bahwa angka Stunting menurut hasil SKI 2023, menunjukkan bahwa Provinsi Sulawesi Selatan meningkat dari 27.2 pada tahun 2022 menjadi 27,4. Dimana terdapat 13 Kabupaten/Kota yang mengalami penurunan prevalensi stunting dan 11 Kabupaten yang mengalami peningkatan.

"Adapun Kabupaten yang mengalami penurunan yang signifikan adalah kabupaten Luwu Utara sebesar 14.3% disusul Kabupaten Gowa turun 12%," ucapnya.

Pada peringatan Harganas ke-31 tingkat Provinsi Sulsel kali ini, turut diluncurkan aplikasi Pop Clock atau Population Clock. Aplikasi ini merupakan pengembangan system peringatan dini pengendalian penduduk atau dikenal sebagai Siperindu versi terbaru.

Sulawesi Selatan Population Clock dapat diakses di situs siperindu.online/popclocksulsel


Penanganan Stunting di Sulsel

Harganas tingkat Sulsel (Liputan6.com/Fauzan)

Sementara itu, Penjabat Gubernur Sulsel, Zudan Arif Fakrulloh yang diwakili oleh Sekretaris Daerah, Jufri Rahman, dalam sambutannya menaruh perhatian besar terhadap tingginya angka stunting di Sulsel. Iapun mengajak semua stakeholder terkait untuk berkolaborasi menurunkan angka stunting.

Sesuai Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023, angka prevelensi stunting di Sulsel masih berada di angka yang cukup tinggi, yaitu sebesar 27.4 persen, mengalami kenaikan dari tahun 2023 sebesar 0.02 persen. Angka ini masih diatas rata-rata nasional sebesar 21,5 persen. Sesuai amanat Presiden, target yang harus dicapai di tahun 2024 sebesar 14 persen.

"Sehingga, dibutuhkan komitmen dan kolaborasi seluruh komponen terkait serta dukungan masyarakat itu sendiri," jelas Jufri Rahman.

Lebih jauh Jufri Rahman menyampaikan, peringatan hari keluarga bukan sekedar seremonial, tetapi diharapkan menjadi momentum bagi para keluarga Indonesia betapa pentingnya membangun sebuah bangsa yang besar yang bersumber dari kekuatan keluarga. Untuk itu, diperlukan sinegritas untuk memperkuat program pemerintah melalui program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana).

Sementara itu, Bupati Maros, Chaidir Syam menambahkan, bahwa membangun negara harus dimulai dari keluarga, termasuk dalam upaya mencegah terjadinya stunting. Upaya preventif, kata Chaidir, menjadi skala prioritas dalam upaya percepatan penurunan stunting. 

"Sehingga dibutuhkan pemahaman Bersama secara manajerial penanganannya agar hasilnya lebih terukur, baik kegiatan bersifat promosi maupun program yang bersifat pencegahan lainnya.

Hadir langsung dalam acara tersebut, Kepala Perwakilan BKKBN Sulsel Shodiqin, Bupati Maros Chaidir Syam, Walikota Makassar Moh Ramdhan Pomanto, Pj Bupati Bantaeng Andi Abu Bakar, Sekda Kabupaten Takalar Muhammad Hasbi, Kadis DP3A Dalduk KB Sulsel Andi Mirna, dan Perwakilan Dinas DP3A Dalduk KB Kabupaten Kota se-Sulsel. 

 

Simaklah video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya