Indonesia Bakal Donasikan Vaksin Mpox dan Alat PCR untuk Negara-Negara Afrika

Indonesia akan mendonasikan vaksin Mpox kepada negara-negara Afrika yang terdampak wabah Mpox atau Monkeypox atau cacar monyet.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 03 Sep 2024, 12:00 WIB
Kasus Mpox di Afrika (AP Photo/Moses Sawasawa)

Liputan6.com, Bali Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin mengatakan Indonesia akan mendonasikan vaksin Mpox kepada negara-negara Afrika yang terdampak wabah Mpox atau Monkeypox atau cacar monyet.

Selain vaksin Mpox, alat PCR untuk mendeteksi virus penyebab cacar monyet juga akan diberikan ke negara-negara terdampak penyakit tersebut.

"Dalam rangka kerja sama dengan Afrika, kita nanti akan mendonasikan vaksin dan juga alat deteksi seperti PCR waktu COVID-19 dulu," kata Budi usai peresmian Gedung Layanan Kesehatan Ibu dan Anak RS Ngoerah Bali pada 2 September 2024.

Lebih lanjut, Budi menerangkan bahwa alat PCR yang akan didonasikan itu adalah buatan Indonesia yang diproduksi oleh para ahli Indonesia.

"Kita sudah mampu, peneliti-peneliti kita mampu membuat alat deteksi patogen atau penyakit yang bagus dan itu nanti akan kita donasikan ke Afrika," kata Budi mengutip Antara.

Target vaksin yang akan dikirim ke negara-negara Afrika terdampak cacar monyet mencapai 5.000 dosis. Jumlah tersebut berasal dari setengah jumlah dosis vaksin yang akan dibeli Indonesia dari Jepang. Kata Menkes Budi, Indonesia berencana membeli 10.000 dosis vaksin dari Jepang. Namun mengenai waktu pembelian belum diketahui kapan dilaksanakan.

"Vaksinnya kita rencana beli dari Jepang sebagian kita pakai untuk Indonesia, sebagian kita donasikan ke Afrika," katanya.


Wabah Mpox di Afrika

Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menyatakan Mpox berstatus darurat kesehatan global atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) pada 14 Agustus 2024.

Menurut Komite Darurat WHO, status tersebut diterbitkan lantaran ada potensi penyakit tersebut untuk menyebar lebih jauh ke negara-negara di Afrika dan mungkin di luar benua Afrika.

Guna mencegah penyebaran kasus tersebut Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengutarakan agar perlu dilakukan koordinasi internasional untuk mencegah penyebaran wabah tersebut.

"Munculnya klade baru Mpox, penyebarannya yang cepat di Kongo timur, dan pelaporan kasus di beberapa negara tetangga sangat mengkhawatirkan. Jelas bahwa respons internasional yang terkoordinasi diperlukan untuk menghentikan wabah ini dan menyelamatkan nyawa,” kata Tedros.

 


Kongo Salah Satu Negara Afrika Terdampak Mpox

Mpox telah dilaporkan di 12 dari 54 negara Afrika selama wabah ini, Kongo, sejauh ini menjadi negara dengan kasus terbanyak tahun ini.

Dari total 18.910 kasus pada tahun 2024, 94 persen atau 17.794 berada di Kongo, kata Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika, dengan 535 dari 541 kematian dilaporkan.

Angka-angka tersebut kemungkinan merupakan perkiraan yang lebih rendah, karena hanya sekitar satu dari lima kasus yang diduga di Kongo yang diuji untuk mpox.

Direktur Jenderal CDC Afrika, Dr. Jean Kaseya, mengatakan, banyak negara Afrika yang terkena dampak memiliki kemampuan pengujian dan pengawasan yang terbatas.

Selama tujuh hari terakhir, Kongo mencatat 1.030 dari 1.405 kasus baru di Afrika menurut statistik yang diberikan Selasa malam oleh CDC Afrika.

Hanya 16 persen dari kasus tersebut yang telah dikonfirmasi oleh tes virus, tetapi infeksi tersebut memenuhi definisi penyakit dari badan tersebut.

Infografis Gejala, Pencegahan hingga Pengobatan Mpox. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya