Liputan6.com, Teheran - Laporan investigasi akhir yang dirilis pada hari Minggu (1/9/2024) mengungkap penyebab utama jatuhnya helikopter yang menewaskan Presiden Iran Ebrahim Raisi dan rombongannya pada Mei 2024.
Selain Raisi, kecelakaan helikopter pada tanggal 19 Mei itu mengakibatkan kematian tujuh orang lainnya termasuk Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian.
Advertisement
Dalam laporan yang dirilis pada Minggu, Dewan Tertinggi Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran mengonfirmasi bahwa kondisi iklim yang kompleks di wilayah tersebut pada musim semi merupakan penyebab utama kecelakaan. Demikian seperti dilansir Iran International, Selasa (3/9).
Laporan yang sama menyebutkan bahwa helikopter nahas itu bertabrakan dengan gunung setelah kabut tebal tiba-tiba naik dengan cepat ke atas.
Investigasi tidak menemukan bukti sabotase pada bagian atau sistem helikopter, kata Dewan Tertinggi, menepis spekulasi tentang kemungkinan keterlibatan pihak lain.
Bulan lalu, Fars News yang berafiliasi dengan Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) melaporkan bahwa kecelakaan tersebut disebabkan oleh kondisi cuaca buruk dan helikopter kelebihan muatan. Mengutip sumber keamanan yang tidak disebutkan namanya, laporan tersebut mengklaim, "Penyelidikan atas kecelakaan helikopter Raisi telah selesai ... ada kepastian penuh bahwa apa yang terjadi adalah kecelakaan."
Helikopter diduga membawa dua orang lebih banyak dari yang diizinkan berdasarkan protokol keamanan.
Namun, pusat komunikasi Staf Umum Angkatan Bersenjata, yang mengawasi penyelidikan kecelakaan, dengan tegas membantah laporan Fars News, menyebutnya "sepenuhnya salah."
Pusat komunikasi Staf Umum Angkatan Bersenjata kemudian mendesak media untuk berkoordinasi dengan mereka mengenai laporan pertahanan dan keamanan untuk menghindari menciptakan peluang bagi musuh untuk mengeksploitasi."
Teori Konspirasi Bermunculan
Pada Mei, laporan militer awal menyatakan bahwa tidak ada bukti pelanggaran atau serangan yang ditemukan. Laporan tersebut juga mencatat bahwa hanya 69 detik berlalu antara kontak terakhir dengan pilot helikopter dan kecelakaan, tanpa ada status darurat yang dinyatakan — fakta yang menimbulkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.
Namun, yang membuat insiden tersebut mencurigakan adalah laporan kedua dari Dewan Tertinggi, yang mengatakan bahwa kondisi cuaca pada tanggal 19 Mei dilaporkan baik untuk penerbangan.
Di negara yang sudah dilanda ketegangan internal, ambiguitas seputar kematian Raisi —terutama mengingat statusnya sebagai calon penerus Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei — memicu spekulasi yang meluas.
Kelambanan, bahkan kegagalan, pemerintah Iran memberikan penjelasan yang jelas dan transparan atas kecelakaan dan pernyataannya yang kontradiktif telah memungkinkan teori konspirasi meliar. Mulai dari sabotase oleh entitas asing hingga pekerjaan orang dalam yang mungkin diatur oleh putra Khamenei, Mojtaba.
Advertisement