Liputan6.com, Jakarta - Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, Indonesia masih menghadapi ancaman siber signifikan. Meskipun laporan Kaspersky terbaru menunjukkan penurunan deteksi ancaman online dan lokal, penting bagi kita untuk tetap waspada dan menjaga keamanan digital.
Tren Ancaman Siber di Indonesia
Advertisement
Laporan Kaspersky Security Network (KSN) untuk kuartal II 2024 mengungkapkan penurunan deteksi ancaman online hingga 38,08 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Namun, hampir 5 juta ancaman online berhasil diblokir selama periode April hingga Juni 2024. Ancaman lokal juga menurun, namun tetap tinggi dengan lebih dari 8 juta deteksi.
Yeo Siang Tiong, General Manager Kaspersky untuk Asia Tenggara, menekankan pentingnya kebersihan siber baik. Serangan siber terus berkembang, dan kita harus siap menghadapinya.
Di saat sama, kemajuan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) menawarkan peluang besar bagi Indonesia. Dengan menjaga keamanan digital, kita dapat memanfaatkan potensi teknologi ini dengan percaya diri.
Tips Keamanan Siber
- Berpikir sebelum mengklik: Jangan sembarangan mengklik tautan atau membuka email dari pengirim tidak dikenal.
- Unduh aplikasi dari sumber resmi: Hindari mengunduh aplikasi dari sumber tidak terpercaya.
- Batasi izin aplikasi: Jangan berikan izin aksesibilitas yang tidak perlu kepada aplikasi.
- Perbarui perangkat lunak: Selalu perbarui sistem operasi dan aplikasi Anda.
- Gunakan koneksi aman: Hindari mengakses layanan sensitif melalui jaringan Wi-Fi publik.
- Gunakan VPN: Pertimbangkan untuk menggunakan VPN untuk mengenkripsi lalu lintas internet Anda.
- Gunakan perangkat lunak keamanan: Lindungi perangkat Anda dengan solusi anti-malware yang andal.Kesimpulan
Meskipun ada penurunan ancaman siber di Indonesia, kita tidak boleh lengah. Dengan mengikuti tips keamanan siber dan menjaga kebersihan digital, kita dapat melindungi diri dari serangan siber dan menikmati manfaat teknologi dengan aman.
AI Diklaim bisa Perkuat Keamanan Digital Indonesia
Indonesia sebagai salah satu negara dengan pengguna internet terbesar--lebih dari 202 juta pengguna aktif pada 2023--tengah bergulat dengan lonjakan serangan siber yang mengkhawatirkan.
Data terbaru dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menunjukkan adanya lebih dari 888 juta serangan siber sepanjang tahun 2022.
Di tengah maraknya ancaman ini, Senhasegura, perusahaan keamanan siber global yang dipimpin oleh pakar keamanan siber dan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), Marcus Scharra, hadir menawarkan solusi inovatif.
Dengan memanfaatkan AI, perusahaan keamanan siber Senhasegura berupaya mencegah serangan siber sebelum menimbulkan kerusakan yang signifikan.
“Keamanan siber harus menjadi prioritas utama bagi setiap organisasi,” kata Marcus Scharra, Founder dan CEO Senhasegura.
“Dengan AI, kami dapat mendeteksi ancaman siber secara proaktif dan melindungi data sensitif pelanggan,” ucapnya menambahkan.
Senhasegura telah diakui sebagai salah satu pemimpin dalam Privileged Access Management (PAM).
Advertisement
PAM Jadi Benteng Keamanan Siber
PAM sendiri merupakan sistem yang mengatur dan mengontrol akses pengguna terhadap sistem dan data yang sangat sensitif.
Dengan PAM, perusahaan dapat meminimalisir risiko kebocoran data akibat penyalahgunaan akses oleh pihak yang tidak berwenang.
Berdasarkan laporan dari Gartner, pasar PAM global diproyeksikan akan mencapai USD 3,5 miliar pada 2025, dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 19,8%.
AI sebagai Senjata Ampuh Lawan Serangan Siber
Munculnya berbagai produk AI dalam beberapa tahun terakhir telah mengubah lanskap teknologi. Namun, di sisi lain, AI juga dimanfaatkan oleh para pelaku kejahatan siber untuk melancarkan serangan yang lebih canggih.
“Dalam era digital yang serba cepat, kita membutuhkan solusi keamanan yang adaptif,” kata Refany Iskandar, Managing Director Optima (distributor di Indonesia Senhasegura).
“PAM berbasis AI yang ditawarkan Senhasegura memungkinkan kita untuk selalu berada di depan para pelaku kejahatan siber,” klaim Refani.
Sejalan dengan peningkatan risiko siber, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengeluarkan sejumlah peraturan yang mewajibkan lembaga keuangan untuk memperkuat sistem keamanan siber mereka.
Peraturan ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk melindungi konsumen dan menjaga stabilitas sistem keuangan.
Advertisement