Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah ke zona merah pada penutupan perdagangan Selasa (3/9/2024). Koreksi IHSG terjadi di tengah mayoritas sektor saham yang tertekan dan sektor saham teknologi pimpin penurunan.
Mengutip data RTI, IHSG anjlok 1,01 persen ke posisi 7.616,52. Indeks LQ45 tergelincir 0,85 persen ke posisi 942,28.Seluruh indeks saham acuan tertekan. Pada perdagangan Selasa pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 7.726,66 dan level terendah 7.598,46.
Advertisement
Sebanyak 364 saham melemah sehingga menekan IHSG. 227 saham menguat dan 203 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.080.268 kali dengan volume perdagangan sebesar 22 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 10,6 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.520.
Pada perdagangan Selasa pekan ini, saham KRAS anjlok 1,64 persen ke posisi Rp 120 per saham. Harga saham KRAS dibuka naik satu poin ke posisi Rp 123 per saham. Harga saham KRAS berada di level tertinggi Rp 125 dan terendah Rp 118 per saham. Total frekuensi perdagangan 1.062 kali dengan volume perdagangan 157.275 saham. Nilai transaksi Rp 1,9 miliar.
Saham SMBR terpangkas 1,5 persen ke posisi Rp 262 per saham. Harga saham SMBR dibuka stagnan di posisi Rp 266 per saham. Harga saham SMBR berada di level tertinggi Rp 270 dan level terendah Rp 260 per saham. Total frekuensi perdagangan 483 kali dengan volume perdagangan 32.139 saham. Nilai transaksi Rp 844,5 juta.
Selain itu, saham PPRE anjlok 2,38 persen ke posisi Rp 82 per saham. Harga saham PPRE dibuka naik satu poin ke posisi Rp 85 per saham. Harga saham PPRE berada di level tertinggi Rp 85 dan level terendah Rp 81 per saham. Total frekuensi perdagangan 618 kali dengan volume perdagangan 618 saham. Nilai transaksi Rp 608,1 juta.
Apa Saja Sentimen IHSG?
Mengutip Antara, dalam kajian tim riset PT Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, sentimen eksternal dan internal menekan pergerakan IHSG.
Dari mancanegara, bursa regional Asia cenderung melemah, pasar tampaknya menantikan rilis data Amerika Serikat (AS) sehubungan dengan data manufaktur yang akan dirilis Selasa, 3 September 2024 waktu setempat, dan data laporan ekonomi pada akhir pekan ini terkait data penggajian nonpertanian.
"Pasar berpandangan data-data tersebut akan kembali menjadi bahan pertimbangan The Fed sehubungan dengan pemangkasan suku bunga acuannya,” demikian seperti dikutip dari Antara.
Sentimen lainnya yaitu pasar menantikan arah kebijakan pemerintah China untuk memberikan stimulus di tengah perlambatan ekonomi mereka yang dilatarbelakangi oleh tanda-tanda baru masalah ekonomi di China. Berdasarkan data dari National Bureau of Statistics China pada Sabtu pekan kemarin, menunjukkan aktivitas pabrik China mengalami kontraksi selama empat bulan berturut-turut pada Agustus 2024 di level 49,1 dari bulan sebelumnya 49,4.
"Hal tersebut sebagai sinyal terbaru ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut mungkin kesulitan untuk memenuhi target pertumbuhan ekonomi tahun ini, sehingga pasar berharap adanya urgensi stimulus pemerintah China di tengah situasi ancaman aktivitas ekonomi yang masih lemah, sehingga akan berdampak terhadap perlambatan ekonomi mereka,” demikian seperti dikutip.
Advertisement
Top Gainers-Losers
Saham-saham yang masuk top gainers antara lain:
- Saham INTD melonjak 34,56 persen
- Saham AKSI melonjak 33,33 persen
- Saham PGLI melonjak 28,57 persen
- Saham TAXI melonjak 25 persen
- Saham DNET melonjak 19,71 persen
Saham-saham yang masuk top losers antara lain:
- Saham UANG merosot 23,40 persen
- Saham KPIG merosot 20,30 persen
- Saham BCAP merosot 16,19 persen
- Saham HADE merosot 14,29 persen
- Saham GWSA merosot 13,07 persen
Saham-saham teraktif berdasarkan nilai antara lain:
- Saham BBRI senilai Rp 861,9 miliar
- Saham BMRI senilai Rp 533,6 miliar
- Saham BBCA senilai Rp 520,4 miliar
- Saham BREN senilai Rp 355,2 miliar
- Saham TLKM senilai Rp 254,4 miliar
Saham-saham teraktif berdasarkan frekuensi antara lain:
- Saham KPIG tercatat 45.279 kali
- Saham BSBK tercatat 23.744 kali
- Saham WIKA tercatat 22.556 kali
- Saham BUMI tercatat 19.875 kali
- Saham TLKM tercatat 18.454 kali
Bursa Saham Asia Pasifik
Sebagian besar bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan Selasa, 3 September 2024. Hal ini terjadi di tengah investor menilai rilis inflasi Korea Selatan pada Agustus 2024 yang turun ke level terendah secara tahunan sejak Maret 2021.
Indeks harga konsumen Korea Selatan mencatat kenaikan 2 persen secara tahunan, turun dari 2,6 persen pada Juli dan sejalan dengan harapan dari jajak pendapat Reuters terhadap ekonom. Demikian seperti dikutip dari CNBC, Selasa, 3 September 2024.
Secara month-on-month, consumer price index (CPI) naik 0,4 persen dari 0,3 persen yang diharapkan dari jajak pendapat Reuters.
Indeks Kospi Korea Selatan melemah 0,61 persen ke posisi 2.664,63. Indeks Kosdaq merosot 1,15 persen ke posisi 760,37. Indeks Nikkei 225 tergelincir ke posisi 38.686,3.
Indeks Topix merosot 0,64 persen ke posisi 2.733,27. Indeks ASX 200 merosot 0,08 persen ke posisi 8.103,2. Indeks CSI 300 naik 0,26 persen, menguat dari level terendah dalam tujuh bulan. Indeks CSI 300 mendaki 0,26 persen ke posisi 3.273,49. Indeks Hang Seng di Hong Kong merosot 0,18 persen.
Advertisement