Darurat Kekeringan Melanda 11 Daerah di Jabar

Pemerintah telah mengalokasikan Biaya Tak Terduga (BTT) Rp124 miliar untuk menangani kekeringan dan hal lain yang sifatnya kedaruratan.

oleh Arie Nugraha diperbarui 04 Sep 2024, 11:00 WIB
Kesiapsiagaan dan kewaspadaan atas kemungkinan terjadinya bencana yang ditimbulkan dari dampak fenomena El Nino juga ditingkatkan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Bandung - Sebanyak 11 daerah bersiaga darurat dan satu daerah sudah menetapkan status tanggap darurat kekeringan menjadi penanda Provinsi Jawa Barat (Jabar) mulai kekurangan air bersih.

Hampir setengah daerah di Jawa Barat yang mengalami kekeringan tersebut, Penjabat (Pj)Gubernur Jabar Bey Machmudin mengaku telah menyalurkan air bersih untuk menangani beberapa daerah yang mengalami kekeringan.

"Untuk (penyaluran) air bersih kerja sama dengan PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) agar masyarakat jangan sampai kekurangan. Ini sudah disalurkan 954 ribu liter ke delapan kabupaten kota," ucap Bey Machmudin ditulis Bandung, Selasa (3/9/2024).

Bey menyebutkan pemerintah telah mengalokasikan Biaya Tak Terduga (BTT) Rp124 miliar untuk menangani kekeringan dan hal lain yang sifatnya kedaruratan.

Bey mengatakan bagi daerah yang sudah masuk kategori tanggap darurat dapat menggunakan anggaran BTT untuk menangani berbagai hal kedaruratan di lapangan.

"Jadi anggaran BTT lebih mudah digunakan kalau ada kekeringan dan segala macam," sebut Bey.

Sebanyak 12 daerah yang mengalami kekeringan yaitu Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengka, Kota Bekasi, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Karawang, Kabupaten Ciamis, Kota Depok, Kota Cirebon, dan Kabupaten Garut. 

Kekeringan di Jabar ini terjadi karena memasuki musim kemarau. Bey menyebutkan, ada satu kabupaten tanggap darurat, yaitu Kabupaten Bekasi.

"Kekeringan di Jawa Barat sudah ada satu kabupaten yang tanggap darurat dan 11 kabupaten kota siaga darurat. Provinsi juga (siaga darurat). Siaga darurat itu untuk mengingatkan karena masuk musim kemarau kekeringan," ucap Bey.

Bey juga mengungkapkan bahwa ada 17 kabupaten dan kota di Jabar yang mengalami kebakaran lahan, namun jumlahnya lebih sedikit ketimbang tahun 2023.

"Kebakaran lahan sudah ada datanya di 17 kabupaten kota, tapi secara umum jumlahnya lebih rendah dari tahun lalu, mencakup 86,5 hektare lahan dari 17 kabupaten dan kota," sebut Bey.

 


Agustus Puncak Musim Kemarau

Sebelumnya diberitakan oleh Liputan6 (31/8/2024), Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Barat (BPBD Jabar) mengimbau kepada masyarakat agar segera melapor jika membutuhkan air bersih saat memasuki musim kemarau.

Imbauan itu dilakukan oleh BPBD Jabar, sebagai langkah pencegahan kekeringan, kebakaran hutan dan lahan yang kerap terjadi di wilayah Provinsi Jabar.

Menurut Pelaksana harian (Plh) Kepala Pelaksana BPBD Jabar Anne Hermadianne Adnan meminta semua pihak untuk mewaspadai dampak bencana yang kerap terjadi, khususnya sejumlah wilayah yang biasa dilanda kekeringan.

Agustus merupakan puncak musim kemarau. Hal ini dapat dapat memicu berbagai fenomena kekeringan, karhutla, kurangnya air bersih hingga gagal panen," ucap Anne di Kota Bandung, Kamis (29/8/2024).

Anne mengatakan, ada berbagai upaya yang bisa dilakukan masyarakat selama kemarau ini, yaitu dengan menjaga sumber mata air, tidak merusak hutan atau cagar alam.

Dalam konteks pertanian sebut Anne, memanfaatkan mulsa yaitu material penutup tanaman budi daya untuk menjaga kelembaban tanah, serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.

"Untuk memenuhi kebutuhan keluarga dengan membuat penampungan air hujan di sekitar pekarangan rumah," kata Anne.

Sementara itu, Pranata Humas Ahli Muda BPBD Jabar Hadi Rahmat mengimbau masyarakat untuk segera melaporkan kepada pihak berwenang jika wilayahnya kekeringan dan susah untuk mendapatkan air bersih, serta mengatur jadwal penggunaan air yang masih ada.

"Segera melaporkan dan meminta bantuan air bersih pada pihak yang berwenang. Jangan lupa simak info terkini di radio, televisi, media online, dan sumber informasi resmi dari pemerintah terkait kemungkinan adanya informasi yang dibutuhkan masyarakat," sebut Hadi.

Hadi menegaskan untuk pasca-kekeringan, masyarakat juga bisa melakukan berbagai cara menjelang musim hujan tiba, seperti membuat sumur resapan/biopori, atau embung untuk menampung air hujan.

"Secara kolektif bisa membuat embung untuk menampung air hujan dan dipergunakan saat musim kemarau," ucap Hadi.

 


Data Bencana Periode 1 Januari-3 September 2024

Dilansir laman BPBD Jabar dari periode 1 Januari-3 September 2024, baru tercatat 9 laporan kejadian kekeringan, 79 kebakaran lahan, 502 cuaca ekstrem, 367 tanah longsor, 177 banjir dan 12 kejadian gempa bumi.

Akibat dampak kejadian bencana alam itu secara kumulatif 314.723 orang terdampak dan 37 diantaranya meninggal dunia.

Sementara total kerusakan bangunan mencapai 7.904 unit. Terdiri dari 4.775 unit rusak ringan, 2.006 rusak sedang dan 1.123 rusak berat. Ditambah 66.554 unit terendam atau pun tertimbun.

Antisipasi Bencana Kekeringan

Dilansir laman Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), kekeringan merupakan suatu bencana yang terjadi saat musim kemarau. Beberapa daerah di Indonesia memiliki ancaman bencana kekeringan cukup tinggi.

Bencana kekeringan sendiri merupakan keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah dalam waktu berkepanjangan.

Kejadian kekeringan akan terjadi apabila suatu daerah tertentu mengalami curah hujan yang di bawah rerata atau tidak hujan sama sekali.

Musim kemarau yang panjang akan menyebabkan kekeringan karena cadangan air tanah akan habis akibat penguapan (evaporasi), transpirasi, ataupun penggunaan lain oleh manusia.

Pra Bencana

- Masyarakat harus memanfaatkan sumber air yang ada secara Efektif dan Efisien.

- Memprioritaskan pemanfaatan sumber air yang tersedia untuk keperluan air baku untuk air bersih.

- Menanam pohon sebanyak banyaknya di lingkungan kita.

- Membuat waduk (embung) disesuaikan dengan keadaan lingkungan.

- Membuat dan memperbanyak resapan air dengan tidak menutup semua permukaan dengan plester semen atau ubin keramik.

- Memberikan perlindungan sumber sumber air bersih yang tersedia, dan

- Melakukan panen dan konservasi air.

Panen Air itu merupakan cara pengumpulan atau penampungan air hujan atau air pada aliran saat curah hujan tinggi. Penampungan ini bisa digunakan saat curah hujan menurun namun masih memiliki tampungan air.

Panen air harus diikuti dengan konservasi air, yakni menggunakan air yang sudah dipanen secara hemat sesuai kebutuhan. Pembuatan rorak merupakan contoh tindakan panen air aliran permukaan dan sekaligus juga tindakan konservasi air.

Saat Terjadi Bencana

- Membuat sumur pantek atau sumur bor untuk mendapatkan air.

- Menyediakan air bersih dengan mobil tangki yang sudah di sediakan oleh dinas terkait.

- Melakukan penyemaian hujan buatan di daerah tangkapan hujan.- Menyediakan pompa air.

- Melakukan pengaturan pemberian air bagi pertanian secara darurat seperti gilir giring.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya