Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah AS turun lebih dari 4% pada hari Selasa, mencatat penutupan terendah sejak Desember dan menghapus semua keuntungan untuk tahun ini.
“Campuran beracun dari kelebihan pasokan, penurunan permintaan, teknikal yang melemah, dan fundamental produk yang buruk bersekongkol untuk menghancurkan harga minyak mentah saat ini,” ungkap Bob Yawger, direktur eksekutif energi berjangka di Mizuho Securities, kepada klien pada hari Selasa.
Advertisement
Dikutip dari CNCB, Rabu (4/9/2024), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Oktober diipatok USD 70,34 per barel, turun USD 3,21 atau 4,36%. Sepanjang tahun ini, harga minyak mentah AS telah turun 1,8%.
Sedangkan harga minyak Brent untuk kontrak November dibanderol USD 73,75 per barel, turun USD 3,77 atau 4,86%. Sepanjang tahun ini, patokan harga minyak global tersebut telah turun 4,3%.
Pemerintah Libya bagian timur di Benghazi telah memangkas produksi dalam perselisihan dengan pemerintah yang didukung PBB di Tripoli mengenai siapa yang akan mengepalai bank sentral.
Gubernur bank sentral Libya, Sadiq al-Kabir, mengatakan kepada Bloomberg bahwa ada indikasi kuat bahwa pemerintah yang bersaing di negara Afrika Utara itu hampir mencapai kesepakatan untuk mengakhiri pertikaian.
Harga minyak sudah tertekan karena OPEC+ bersiap meningkatkan produksi dalam beberapa minggu mendatang, dan aktivitas manufaktur di Tiongkok dan AS mengecewakan pasar.
Delegasi OPEC+ telah mengindikasikan bahwa kelompok tersebut masih berencana untuk meningkatkan produksi minyak pada bulan Oktober.
Sementara itu, manufaktur di China turun ke level terendah dalam enam bulan pada bulan Agustus , menurut data yang dirilis selama akhir pekan. China adalah importir minyak mentah terbesar di dunia.
Dan aktivitas manufaktur di AS lebih lambat dari yang diharapkan bulan lalu, menurut laporan dari Institute for Supply Management pada hari Selasa.
Namun, OPEC+ memperjelas pada bulan Juni bahwa mereka dapat membalikkan peningkatan produksi yang direncanakan berdasarkan kondisi pasar.
Kepala Strategi Komoditas Global RBC Capital Markets Helima Croft mengatakan, jalan terbaik bagi OPEC+ adalah menunggu hingga Desember mengingat melambatnya permintaan di Tiongkok.
Harga Minyak Mentah Terus Melemah, Investor Rugi Besar
Sebelumnya, harga minyak dunia terus turun pada perdagangan Senin. Investor minyak dunia pun mencetak kerugian. Penurunan harga minyak ini karena produksi OPEC+ yang lebih tinggi di Oktober sekaligus permintaan yang lesu di China dan Amerika Serikat (AS), dua konsumen minyak terbesar dunia.
Penurunan produksi dari Libya tidak bisa menutupi tambahan produksi minyak OPEC+ dan juga penurunan permintaan tersebut.
Pada Selasa (3/9/2024), harga minyak mentah Brent berjangka turun 57 sen atau 0,7% menjadi USD 76,36 per barel pada pukul 01.08 GMT. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate AS turun 50 sen atau 0,7% menjadi USD 73,05 per barel.
Penurunan harga minyak tidak terjadi pada perdagangan Senin saja. Pada sesi perdagangan pekan sebelumnya juga terjadi penurunan 0,3% dari harga minyak Brent dan penurunan 1,7% untuk WTI.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, akan melanjutkan rencana kenaikan produksi minyak mulai Oktober, enam sumber dari kelompok produsen tersebut mengatakan kepada salah satu media internasional.
Delapan anggota OPEC+ dijadwalkan untuk meningkatkan produksi sebesar 180.000 barel per hari pada bulan Oktober, sebagai bagian dari rencana untuk mulai mengakhiri pemangkasan produksi terbaru mereka sebesar 2,2 juta barel per hari sambil mempertahankan pemangkasan lainnya hingga akhir tahun 2025.
“Ada kekhawatiran bahwa OPEC akan terus meningkatkan produksi mulai bulan Oktober,” kata analis pasar IG Tony Sycamore.
“Namun, saya pikir hasilnya bergantung pada harga karena hal itu terjadi jika harga WTI mendekati USD 80 daripada USD 70.”
Advertisement
Kondisi Libya dan China
Di Libya, Arabian Gulf Oil Company telah melanjutkan produksi hingga 120.000 barel per hari untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, sementara ekspor masih dihentikan, kata para teknisi pada hari Minggu, setelah kebuntuan antara berbagai faksi menutup sebagian besar ladang minyak negara itu.
Baik Brent maupun WTI telah membukukan kerugian selama dua bulan berturut-turut karena kekhawatiran ekonomi di Tiongkok dan AS lebih besar daripada gangguan pasokan Libya dan meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
Aktivitas manufaktur Tiongkok merosot ke level terendah dalam enam bulan pada bulan Agustus karena harga di tingkat pabrik anjlok dan pemilik pabrik kesulitan mendapatkan pesanan, survei resmi menunjukkan pada hari Sabtu, yang menekan para pembuat kebijakan untuk terus melanjutkan rencana untuk mengarahkan lebih banyak stimulus ke rumah tangga.
"PMI Tiongkok yang lebih rendah dari perkiraan yang dirilis selama akhir pekan meningkatkan kekhawatiran bahwa ekonomi Tiongkok akan gagal mencapai target pertumbuhan," kata Sycamore.