Waspadai Risiko Gempa Megathrust, BMKG Teliti Sesar Aktif di Gorontalo

Proyek kajian ini melibatkan berbagai lembaga terkait, termasuk Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Badan Geologi, Universitas Gadjah Mada

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 06 Sep 2024, 10:00 WIB
Rahmat Triyono Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)

Liputan6.com, Gorontalo - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tengah mengadakan kajian mendalam terhadap sesar aktif di Gorontalo. Langkah ini diambil guna meminimalisir risiko gempa di wilayah tersebut. Proyek kajian ini melibatkan berbagai lembaga terkait, termasuk Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Badan Geologi, Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Institut Teknologi Bandung (ITB), serta beberapa institusi akademis lainnya.

Sesar merupakan patahan pada lapisan bumi yang dapat menyebabkan gempa jika terjadi pergerakan. Oleh karena itu, penelitian terhadap keaktifan zona sesar sangat penting untuk memperkuat upaya mitigasi bencana di Gorontalo dan sekitarnya.

Zona Tektonik Aktif di Gorontalo

Rahmat Triyono menjelaskan bahwa Gorontalo berada di zona tektonik aktif, yang membuat keberadaan sesar aktif di darat menjadi perhatian utama. Meskipun tidak ada catatan sejarah yang menunjukkan gempa besar dari sesar di Gorontalo, potensi bencana tetap ada. Perbedaan pendapat mengenai keaktifan zona sesar ini mendorong perlunya kajian lebih mendalam menggunakan data seismisitas dari tahun 1960 hingga 2024, serta analisis geomorfologi dan penyelidikan lapangan.

Data BMKG mencatat, adanya aktivitas seismik di Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo Utara, dan Kabupaten Bone Bolango, yang mengindikasikan keberadaan sesar aktif di wilayah ini.Gempa besar pada 17 November 2008 dengan magnitudo 7,7 menjadi salah satu bukti bahwa zona sesar tersebut memiliki potensi gempa yang signifikan.

Sebagai upaya mitigasi, BMKG bersama institusi terkait akan melakukan pemetaan komprehensif terhadap sesar Gorontalo. Pemetaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi posisi, geometri, dan zona sesar dari tingkat kabupaten hingga desa. Hal ini penting untuk memahami potensi bahaya gempa dan mengurangi risiko bencana bagi masyarakat setempat.

Simak juga video pilihan berikut:


Kajian Mendalam

Gempa Magnitudo 4,1 menggetarkan wilayah Luwu Timur Sulsel, Selasa pagi (3/9/2024). (Liputan6.com/ Dok BMKG)

Kajian ini menggunakan berbagai metode investigasi, termasuk geologi, geofisika, dan penginderaan jauh. Survei lapangan akan dilakukan dalam beberapa tahap, dimulai dari survei pendahuluan, akuisisi data lidar, hingga analisis geologi permukaan dan geofisika. Penelitian ini akan berlangsung dari September hingga Desember 2024, mencakup wilayah Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Gorontalo Utara, dan Kabupaten Bone Bolango.

Selain memetakan sesar di laut, BMKG juga akan fokus pada sesar di darat yang melewati beberapa kabupaten di Gorontalo. "Kami akan memetakan secara detail patahan yang melewati desa atau kecamatan, dan berkolaborasi dengan tim ahli," kata Rahmat.

Terkait isu Gempa Megathrust, BMKG menjelaskan bahwa meskipun magnitudo gempa dari sesar darat biasanya lebih kecil dibandingkan gempa dari laut, ancaman tetap harus diwaspadai. BMKG mencatat banyaknya gempa kecil di Gorontalo dan Sulawesi Utara yang menjadi data pendukung untuk kajian lebih lanjut. Penjabat Gubernur Gorontalo, Rudy Salahuddin, menekankan pentingnya penelitian ini untuk mengantisipasi risiko bencana di wilayah tersebut. Ia berharap hasil penelitian ini dapat disampaikan kepada masyarakat setelah riset selesai pada bulan Desember.

Proyek kajian sesar aktif di Gorontalo ini didanai sepenuhnya oleh World Bank melalui program Indonesia Disaster Resilience Initiatives Project (IDRIP).

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya