Semangat Konsumsi Beragam Protein Selain Daging Lewat Kampanye Meatless Monday

Kekayaan pangan Indonesia semestinya mampu menyediakan alternatif sumber protein pengganti daging dan telur.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 05 Sep 2024, 07:35 WIB
Ilustrasi kacang dan biji berserat tinggi. (Photo by Maddi Bazzocco on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Protein tak harus daging. Itulah inti dari gerakan global Meatless Monday yang mulai digaungkan di Indonesia sejak akhir 2021. Sesuai dengan namanya, masyarakat diimbau untuk mengganti konsumsi daging dan telur mereka dengan jenis protein nabati yang banyak tersedia di Indonesia.

"Tujuannya bagaimana orang didorong untuk mengurangi konsumsi daging tapi bukan menjadi vegan atau vegetarian, lebih ke fleksitarian," ujar Andi Reski Aprianti dari Meatless Monday Indonesia di sela talkshow 'Solidaritas Antar-Generasi: Nusantara Berkelanjutan' yang merupakan kolaborasi antara Jalin Foundation dan Konsorsium Panen Raya Nusantara di Jakarta, Rabu, 28 Agustus 2024.

Menurut perempuan yang akrab disapa Eki itu, Indonesia punya keragaman pangan yang bisa dijadikan sumber protein nabati. Ada kacang-kacangan dan jamur yang sudah banyak dikonsumsi kaum vegetarian untuk mensubstitusi daging. Ia juga menyebut sayuran dan buah-buahan juga bisa menambah asupan protein tubuh.

"Untuk dapat gurihnya, makanan laut seperti rumput laut atau berbagai macam olahan tumbuhan di laut bisa digunakan untuk menambah cita rasa makanan," ia menambahkan.

Lalu, kenapa harus Senin? Eki merujuk argumennya pada penelitian yang dilakukan oleh John Hopkins tentang waktu yang tepat untuk mengubah pola kebiasaan hidup yang baru. Menurut dia, Senin dianggap hari yang baik untuk memulai hal baru.

"Ibaratnya resolusi tahun baru dimulai awal tahun. Meatless Monday adalah awal baru yang positif yang termasuk gaya hidup sehat," ujarnya.

 


Gelitik Kepedulian Lingkungan dan Keragaman Pangan

Andi Reski Aprianti dari Meatless Monday Indonesia. (dok. Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Sasaran utama gerakan itu adalah masyarakat urban yang kerap makan daging dan berisiko mengidap atau sudah mengidap penyakit degeneratif, seperti hipertensi, tetapi masih di usia produktif, mulai dari 18--45 tahun. Dengan mengurangi konsumsi daging, diharapkan tingkat kesehatan tubuh bisa meningkat signifikan.

"Tapi, kita selalu memberikan informasi bahwa orang-orang yang punya kondisi kesehatan tertentu disarankan berkonsultasi dengan ahli terlebih dahulu sebelum mengikuti campaign ini," kata Eki

Meatless Monday juga menargetkan mereka yang peduli terhadap lingkungan sebagai partisipan aktif kampanye ini. Hal ini mengingat dampak lingkungan yang signifikan dari mengonsumsi daging, baik daging merah maupun daging putih.

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa peternakan atau produksi daging membutuhkan puluhan liter air. Belum lagi soal deforestasi hutan dan jumlah emisi karbon yang dihasilkan dari sektor peternakan.

"Kita bisa peduli lingkungan dimulai dari diri kita sendiri, bagaimana bisa aware dengan pangan nabati lokal. Itu yang menjadi keunikan Meatless Monday di Indonesia," ucapnya.

 


Gandeng Remaja Sebagai Warrior

Ilustrasi Makanan Sehat Credit: pexels.com/Haul

Pihaknya juga berusaha membangkitkan kesadaran soal produksi pangan lokal dan kepedulian lingkungan dari apa yang dikonsumsi sehari-hari di kalangan remaja. Mulai 2024, mereka meluncurkan gerakan Meatless Monday Warrior yang menyasar para pemuda dengan rentang usia 18--45 tahun.

Kepekaan mereka terkait isu-isu sosial, kesehatan, dan lingkungan digelitik lewat berbagai pelatihan. Menurut Eki, perspektif anak-anak muda dalam memandang isu tersebut penting untuk didengarkan agar bisa merangkul kaum mereka lebih luas lagi. Keikutsertaan mereka juga dianggap strategis karena mereka adalah agen perubahan.

"Kita mulai di bulan Juni... per tiga bulan itu mereka (peserta) akan berganti... Kita pernah penjangkauan ke remaja di empat kampus di Yogyakarta yang diikuti sekitar 400 mahasiswa. Disaring lagi menjadi champion atau generasi mindful sekitar 12 orang," ujar Eki.

Ke depan, pihaknya menjajaki kerja sama dengan Daerah Khusus Jakarta untuk menjangkau remaja yang masih duduk di bangku SMA dan sederajat. Mereka akan dilibatkan dalam memformulasi konten edukasi di media sosial agar pesannya lebih mengena ke sesama mereka.


Jangan Konsumsi Daging Berlebihan

Ilustrasi sayur dan buah. (dok. pexels.com/Magda)

Dalam kesempatan terpisah Guru Besar Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor (IPB) Ali Khomsan merekomendasikan tingkat konsumsi daging, khususnya daging merah, yang wajar agar terhindari dari darah tinggi atau hipertensi. "Sebanyak-banyaknya makan daging, mungkin tetap saja ukurannya tiga porsi makan sehari, umumnya sekali makan kita mengonsumsi 60-70 gram daging," katanya, Selasa 18 Juni 2204, dikutip dari kanal Regional Liputan6.com.

Dia juga menyarankan untuk membatasi konsumsi daging yang berlemak untuk menghindari timbulnya kolesterol. "Daging yang berlemak jangan terlalu banyak dimakan karena kandungan lemak jenuh dan kolesterol yang umumnya lebih tinggi," imbuh dia.

Konsumsi daging dalam sehari saat Idul Adha, kata Ali, tidak lantas menyebabkan darah tinggi atau kolesterol tiba-tiba naik. Namun, batasan aman konsumsi daging harus benar-benar dipatuhi, terlebih bagi yang sudah memiliki riwayat penyakit tekanan darah tinggi atau kolesterol. "Yang harus berhati-hati adalah yang memang sudah punya penyakit," ucap Ali.

Ali juga merekomendasikan saat mengonsumsi daging, baik sapi atau kambing, dikombinasikan dengan sayuran hijau sebagai pendamping yang baik. Sayuran hijau atau yang berdaun hijau biasanya mengandung vitamin C yang tinggi sebagai antioksidan. Selain itu, memasak daging menggunakan rempah seperti cabai atau keluak bisa mengurangi dampak buruk lemak daging karena mengandung antioksidan.

Infografis Journal_ Fakta Tingginya Sampah Sisa Makanan di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya