Liputan6.com, Jakarta - Banyak orang kini ingin menikah dengan bujet minimalis dan mementingkan kesakralan pernikahan dari prosesi akad di KUA. Dibanding membeli baru, sewa baju bagi pengantin juga terdengar lebih realistis.
Bisnis sewa baju pengantin pun banyak peminatnya, seperti yang dijalani Ane, seorang wanita di balik brand Kenara Attire. Awalnya bisnis ini bisa tercetus juga karena Ane membuat sendiri baju di hari pernikahannya yang ala pengantin Muslim Melayu.
Advertisement
"Ini baju nikahku, baju Melayu yang simpel gitu. Dulu sempet susah cari sewa yang sesuai seleraku. Jadi aku custome sendiri, ini jadi baju pertama yang aku sewain," tulis Ane di akun resmi TikTok Kenara Attire @kenara.attire pada 4 September 2024.
Mulanya ia pekerja tetap dan juga freelance, tapi setelah menikah berniat hanya freelance saja karena waktunya lebih fleksibel. Semua itu berubah, setelah ia melihat peluang dan serius menjalani bisnis sewa baju tersebut.
Ketika pindah, ia langsung berniat punya galeri. "Jadi ini kontrakan sekaligus galeri, karena aku nggak tahu ternyata keisengan aku sewain baju nikah ini kok jadi rame, sedangkan kalo fitting kan butuh tempat, jadi yaudah seadanya dulu," bebernya lagi.
Ruang tamunya telah disulap jadi mini galeri, meskipun masih ada banyak kekurangan. Di sana terlihat manekin, cermin besar serta pilihan busana pengantin pria dan wanita yang ia sewakan.
Bisnisnya Didukung Suami dan Keluarga
Suaminya sangat mendukung bisnisnya tersebut, hingga memasangkan plang nama untuk butiknya. Saat suaminya libur, ia juga ikut menemani membeli dan mencari kain. Tapi sering juga akhirnya Ane sendiri yang mencari bahan untuk pesanan konsumen.
Bisnisnya itu juga dibantu para sepupunya yang dijadikan model koleksi baju sewaannya. Ia juga mengungkap klien pertamanya yang cukup dikenal di media sosial.
Tiap minggu setidaknya ada bajunya yang disewakan, ia selalu memastikan agar bersih dan wangi dipakai calon pengantin. Kemudian Ane juga coba mendesain baju Melayu dengan konsep ready to wear untuk edisi Lebaran dan tak disangka banyak peminat.
"Langsung ada orang Malaysia yang ngeborong, MasyaAllah bener-bener ikutin jalurnya aja, tapi Allah bener-bener baik," katanya lagi dalam unggahan yang menunjukkan berkarung-karung pesanan untuk dikirim.
Semua galerinya berlokasi di Bekasi, rumah kontrakannya yang pertama. Kini Kenara Attire sudah memiliki ruangan sendiri di Depok, ruangannya dilengkapi dengan AC dan ada akses serta parkiran untuk mobil.
Advertisement
Berawal Bingung Pakai Baju Jadi Ladang Bisnis
Apakah Anda sering bingung untuk menentukan pakaian apa yang akan digunakan? Pasangan suami istri Singapura Chris Halim dan Raena Lim berhasil melihat peluang tersebut dan mendirikan platform Style Theory.
Mengutip kanal Bisnis Liputan6.com, 13 Agustus 2021, Style Theory adalah platform untuk menyewakan berbagai jenis pakaian yang tidak terbatas dengan biaya bulanan yang tetap. Startup yang mendapatkan pendanaan dari SoftBank itu memiliki lebih dari 200 ribu pengguna di Singapura dan Indonesia. Tak hanya itu, Style Theory juga menawarkan 50 ribu pilihan pakaian dan lebih dari dua ribu tas.
Saat hendak merintis bisnis ini, mereka menghabiskan sekitar USD 40 ribu (Rp575,8 juta). Halim dan Lim memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan mereka dan memulai Style Theory.
Melansir dari CNBC, Style Theory memegang saham atas nama desainer dan individu dan akan membayar mereka saat ada barang yang disewa. Kemudian, perusahaan akan mengambil potongan sebesar USD 95 (Rp1,3 juta) dari biaya berlangganan untuk kebutuhan manajemen, kurir, dan pembersihan barang.
Industri Rental Berkembang karena Menolak Fast Fashion
Tindakan tersebut telah menarik perhatian investor, seperti SoftBank, Alpha JWC Ventures, dan perusahaan real estate Indonesia Paradise Group. Mereka telah menginvestasikan sekitar USD 30 juta (Rp431,8 miliar) di Style Theory.
"Masalah yang mereka pecahkan pasti bermanfaat untuk pengguna, dalam hal ini pengguna wanita. Hal ini juga memberikan solusi kepada para pemasok atau desainer untuk menjangkau target pasar secara langsung,” ujar Managing Partner Alpha JWC Ventures, Jefrey Joe.
Usai menyelesaikan kariernya di sebuah organisasi nirlaba Kenya, Lim tertarik untuk memulai sebuah proyek yang memungkinkan dirinya untuk berbuat kebaikan. Peluang berhasil ditemukan ketika Lim melihat adanya fenomena kerusakan lingkungan dari fast fashion.
Produk tekstil jadi salah satu pencemar lingkungan terbesar di dunia karena menghasilkan emisi global setara dengan 1,2 miliar ton karbon dioksida setiap tahun. Karena itu, sejumlah platform rental pakaian lahir untuk memenuhi keinginan konsumen terhadap mode yang terus berubah.
Dipelopori platform Rent the Runway AS pada 2009, industri rental pakaian berkembang selama beberapa tahun belakangan ini hingga menginspirasi merek lain, seperti My Wardrobe HQ di UK dan GlamCorner di Australia.
Advertisement