Liputan6.com, Yogyakarta - Mahasiswa UMY yang terkenal dengan karya filmnya meraih Special Mention di Festival Film Moderasi Beragama (FFMB) oleh Kementerian Agama RI di Balai Litbang Agama, Jakarta, pada Rabu (28/8) lalu. Film Liang ini berhasil masuk ke 3 besar dalam dua dari tiga nominasi yang diperlombakan. Sebelumnya, film ini juga berhasil menembus 8 besar di tiga kategori nominasi, yaitu Film Terbaik, Sutradara Terbaik, dan Skenario Terbaik.
“Alhamdulillah, bisa masuk dalam dua nominasi dari 299 film yang berpartisipasi. Rasanya sangat menyenangkan, meskipun perjalanan untuk festival-festival ke depan masih panjang. Sejauh ini, film 'Liang' sudah didistribusikan ke lebih dari 30 festival, baik nasional maupun internasional,” ujar Marcellino Jhonanda Sutradara Film ini.
Baca Juga
Advertisement
Marcellino menyatakan bahwa film "Liang" garapannya ada karya skripsi bersama tiga mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi UMY, yaitu Marcellino Jhonanda sebagai sutradara, Handarbe Linuwih sebagai penulis naskah, dan Yaiba Kallani sebagai editor. Ia mengatakan film "Liang" ini bercerita soal perbedaan agama dalam satu keluarga yang hidup rukun. Namun muncul sebuah peristiwa saat ibunda yang beragama Islam meninggalkan wasiat untuk dimakamkan di samping sang ayah yang beragama Katolik.
Wasiat ini membuat bingung anak-anak mereka bahkan perdebatan antara Yanti yang beragama Islam dengan Supri yang beragama Katolik. Marcellino berharap film ini dapat menggambarkan keberagaman di Indonesia dan menyuarakan pentingnya toleransi beragama. “Kami ingin menunjukkan bagaimana keberagaman agama dalam sebuah keluarga dapat menghadapi tantangan tanpa harus memihak salah satu sisi,” jelasnya.
Menurut Marcellino kesuksesan film ini tidak lepas dari tantangan besar dalam menceritakan dan menggambarkan keberagaman agama tanpa mengedepankan satu sisi.Terlebih, tema agama adalah tema sensitif dalam film yang bisa menimbulkan kontroversi dari berbagai kalangan. Oleh karena itu ia berpesan kepada para sinemator muda agar terus berkarya dan lebih bebas menceritakan kisah apapun meskipun merupakan isu sensitif. Penting pula untuk melakukan riset mendalam sebelum memproduksi sebuah film. “Maksimalkan pra-produksi agar produksi berjalan lancar, dan rajinlah mendistribusikan film agar cerita dan isu yang diangkat dapat disampaikan kepada banyak orang, baik lokal maupun internasional. Buatlah cerita yang se-universal mungkin, namun tetap dikemas dengan cara yang lokal,” ujar sutradara film Liang ini.