Liputan6.com, Bali Upacara Pengeruwakan digelar di Transit Oriented Development (TOD) Sentral Parkir, Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Rabu (4/9/2024). Upacara itu pun sebagai penanda bahwa pembangunan proyek Light Rail Transit (LRT) bawah tanah di Bali akan dimulai.
Direktur Utama PT Sarana Bali Dwipa Jaya (SBDJ), I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra menyebut bahwa Ngeruwak merupakan upacara untuk memulai semua kegiatan pembangunan LRT, termasuk groundbreaking.
Advertisement
"Tujuannya adalah untuk melakukan pembersihan secara skala dan niskala (spiritual) sehingga mendapatkan perlindungan dari pemilik alam semesta," sebutnya.
Ari Askhara juga mengungkapkan bahwa proyek Bali Urban Subway itu dibangun dalam empat fase. Ia menyebut, fase pertama jalur LRT dari Bandara I Gusti Ngurah Rai - Kuta Sentral Parkir - Seminyak - Berawa - Cemagi sepanjang 16 km.
"Kemudian fase kedua jalur Bandara I Gusti Ngurah Rai-Universitas Udayana-Nusa Dua dengan sepanjang 13.5 km, fase ketiga jalur Kuta Sentral Parkir-Sesetan-Renon-Sanur dan ini masih dalam tahap Feasibility Study (FS) atau studi kelayakan, serta fase keempat jalur Renon-Sukawati-Ubud masih dalam tahap FS," ungkap Ari Askhara.
"Pembangunan fase Bandara Ngurah Rai ke Kuta Sentral Parkir ditambah keseluruhan fase dua diharapkan dapat selesai pada akhir kuartal kedua tahun 2028 dan untuk keseluruhan, fase satu dan fase dua akan beroperasi penuh pada akhir 2031," jelasnya.
Ari Askhara menilai, penyelesaian fase satu atau jalur LRT bawah tanah dari I Gusti Ngurah Rai-Kuta Sentral Parkir-Seminyak-Berawa-Cemagi sepanjang 16 km lebih memakan waktu dengan kesulitan tinggi.
"Karena, melewati jenis tanah yang berbatu dan keras dibandingkan dengan penyelesaian fase kedua yaitu Ngurah Rai dan Nusa Dua di mana melewati tanah berkapur," ujarnya.
Ari Askhara mengatakan, untuk kedalaman tanah dalam pengerjaan produksi LRT ini sekitar 30 meter. Ia menyebut bahwa pembangunan jalur bawah tanah nantinya menggunakan jalur ganda dengan ukuran standar 1.435 mili meter.
"Total dari nilai investasi dari dua fase pertama adalah USD10,8 miliar (Rp167 triliun) dan untuk keseluruhan empat fase adalah sebesar USD20 miliar," katanya.
Kolaborasi Strategis
Proyek Bali Urban Subway terwujud berkat kolaborasi strategis antara Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali yang kemudian ditindaklanjuti oleh PT SBDJ yang berkolaborasi dengan PT BIP untuk membangun sarana angkutan umum massal berbasis kereta di Pulau Bali.
Kemudian, dalam pelaksanaannya, PT SBDJ telah menetapkan PT Indotek sebagai kontraktor utama bersama China Railway Construction Corporation (CRCC) yang akan bekerja sama dengan kontraktor lokal PT Sinar Bali Bina Karya (Sinar Bali).
“Kami melihat Indotek mempunyai kemampuan teknis yang mumpuni untuk mengerjakan proyek sebesar ini, sedangkan CRCC kami pilih karena memang mempunyai reputasi sebagai kontraktor transportasi kereta global yang memiliki pengalaman membangun 200.000 km di lebih 100 negara," ujar Ari Askhara.
"Pemilihan PT Sinar Bali sebagai kontraktor lokal merupakan realisasi komitmen Konsorsium PT SBDJ dan PT BIP memberdayakan dan mengembangkan sumber daya manusia asli Bali," jelasnya.
Pembangunan stasiun di Sentral Parkir Kuta akan dilanjutkan dan pembuatan jalur terowongan menggunakan mesin bor yang didatangkan dari Tiongkok. Namun, mesin bor raksasa tersebut baru akan datang pada Bulan April 2025 mendatang.
Ari Askhara menyebut bahwa 10 mesin bor sudah dipesan untuk membangun jalur terowongan tersebut. Ia mengungkapkan, yang datang di Bulan April 2025 mendatang sebanyak dua mesin bor.
“Kita akan datang itu 10 (mesin bor) bertahap, mungkin di kuartal kedua April itu akan datang empat. Empat (mesin bor) itu kan perlu 2 stasiun minimum,” sebutnya.
(*)
Advertisement