Liputan6.com, Jakarta - Double Asteroids Redirect Test (DART) merupakan misi antariksa Aeronautics and Space Administration (NASA). Misi ini bertujuan untuk mengubah jalur asteroid yang berbahaya bagi bumi.
Dalam perkembangannya, misi ini dinilai dapat menciptakan hujan meteor pertama yang disebabkan oleh manusia. Dikutip dari laman IFL Science pada Kamis (05/09/2024), misi DART pertama kali diluncurkan pada 2022 dan berhasil menabrakkan diri ke Dimorphos, bulan asteroid Didymos.
Bahkan, wahana antariksa ini berhasil mengubah orbit Dimorphos. DART ditemani oleh CubeSat kecil dari badan antariksa Italia yang disebut LICIACube untuk mengamati tabrakan tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Dalam sebuah penelitian terbaru, tim ilmuwan internasional mengeksplorasi uji tumbukan itu untuk mengamati bagaimana puing-puing tersebut suatu hari nanti bisa mencapai bumi dan Mars sebagai meteor. Penelitian tersebut dipimpin oleh Dr. Eloy Pena-Asensio, seorang research fellow dari kelompok Riset dan Teknologi Astrodinamika Antariksa Dalam (DART) di Institut Politeknik Milan dan dipublikasikan oleh The Planetary Science Journal.
Setelah melakukan serangkaian simulasi dinamis, peneliti menyimpulkan bahwa serpihan-serpihan asteroid itu bisa mencapai Mars dan sistem bumi-bulan dalam waktu satu dekade atau 10 tahun ke depan. Dalam penelitiannya, Pena-Asensio dan rekan-rekannya menggunakan data yang diperoleh oleh Light Italian CubeSat for Imaging of Asteroids (LICIACube), yang menemani misi DART dan menjadi saksi uji tumbukan kinetik.
Membatasi Kondisi Awan Lontaran
Data itu memungkinkan tim untuk membatasi kondisi awal lontaran, termasuk lintasan dan kecepatannya, mulai dari beberapa puluh meter per detik hingga sekitar 500 m/detik. Tim kemudian menggunakan superkomputer di Fasilitas Navigasi dan Informasi Tambahan (NAIF) NASA untuk mensimulasikan apa yang akan terjadi pada lontaran tersebut.
Hasil simulasi tidak menghalangi kedatangan partikel yang lebih lambat dari Dimorphos ke Bumi, namun, mereka hanya akan membutuhkan waktu lebih lama untuk memasuki orbit planet kita dan membentuk hujan meteor. Meski demikian, tim tersebut berharap Dimorphid yang baru dijuluki itu mudah dikenali.
Meskipun butuh waktu untuk mengonfirmasi penelitian ini dengan mengamati meteor dari Dimorphos. Hal ini juga menunjukkan pentingnya CubeSat dalam eksplorasi ruang angkasa.
Para ilmuwan tidak akan tahu tentang kemungkinan munculnya meteor akibat misi DART tanpa LICIACubeBah. Bahkan, para peneliti masih berupaya memahami seluruh kumpulan data.
Penelitian terkini telah memberikan pemahaman yang lebih baik tentang gumpalan puing, dalam hal struktur dan kecepatan puing. Kompleksitas pemodelan peristiwa semacam itu tidak dapat diremehkan, tetapi tim LICIACube terus menghadapi tantangan tersebut.
Advertisement
Dimorphos
Saat ini, ada banyak hal yang sedang dikerjakan oleh mereka yang akan memberikan wawasan tentang apa yang terjadi pada Dimorphos. Tindakan lebih lanjut akan diberikan oleh misi Hera milik badan antariksa Eropa yang akan diluncurkan pada Oktober dan akan sampai di Didymos pada 2026.
Wahana antariksa DART yang memiliki ukuran seperti mobil van ini dirancang khusus untuk misi bunuh diri. Untuk menguji teknik defleksi ini, DART menabrak asteroid dekat bumi sepanjang 170 meter bernama Dimorphos dengan kecepatan 14.000 mil per jam.
Hasil uji coba tabrakan tersebut berhasil menggeser orbit batu angkasa tersebut. Demonstrasi tersebut menunjukkan bahwa tumbukan kinetik dapat membelokkan asteroid berbahaya jika berada di jalur tabrakan dengan bumi.
Dimorphos dan Didymos merupakan pasangan asteroid yang mengorbit di sekitar matahari. Satu-satunya orbit akan diubah secara terukur oleh DART adalah orbit Dimorphos, asteroid kecil yang mengorbit kepada Didymos dengan besar.
(Tifani)