Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menyatakan bahwa pemerintah telah menyiapkan rencana terbaru untuk bauran energi nasional. Targetnya adalah mencapai 62 gigawatt (GW) energi baru terbarukan (EBT) hingga tahun 2040.
Menko Luhut menyampaikan bahwa dalam waktu dekat, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan mengumumkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) hingga tahun 2024. Di dalamnya akan tercantum target bauran EBT.
Advertisement
"Saya hanya ingin memberi tahu Anda, hadirin sekalian, presiden akan segera mengumumkan juga RUPTL kami, dengan target 62 gigawatt energi terbarukan hingga tahun 2040," kata Menko Luhut dalam acara Indonesia International Sustainability Forum 2024 di JCC Senayan, Jakarta, Kamis (5/9/2024).
Dia juga menyebut bahwa angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan kapasitas listrik yang ada saat ini.
"Ini, saya pikir, dua kali lipat dari kapasitas listrik yang ada di negara ini," tegasnya.
Percepatan Transisi Energi
Sebelumnya, PT PLN (Persero) telah menyampaikan komitmennya untuk mendukung percepatan transisi energi di Indonesia. BUMN kelistrikan ini menyatakan bahwa saat ini tengah menyusun RUPTL terbaru.
Dalam acara Katadata Sustainability for The Future Economy (SAFE) 2024 di Jakarta, Kamis (8/8/2024), Executive Vice President (EVP) Perencanaan Sistem Ketenagalistrikan PLN, Warsono, mengatakan bahwa draf terbaru ini akan merevisi RUPTL 2021-2030.
Dalam RUPTL terbaru, PLN menargetkan penambahan porsi pembangkit energi baru terbarukan (EBT) menjadi 75 persen, dari sebelumnya 51 persen. Sekitar 25 persen lainnya akan berasal dari pembangkit berbasis gas.
"Tentu ini berangkat dari komitmen PLN untuk mempercepat transisi energi demi mencapai nol emisi bersih," ujar Warsono dalam sesi bertajuk Fast-Tracking the Green Power Energy: A Bold Acceleration.
RUPTL Paling Hijau
Warsono juga menyebut bahwa RUPTL terbaru ini akan menjadi yang terhijau sepanjang sejarah PLN. Menurutnya, PLN tengah menyiapkan strategi transisi energi dengan mengidentifikasi berbagai potensi EBT di dalam negeri.
Misalnya, pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang dapat menjadi base load energi terbarukan. Rencananya, PLN akan membangun PLTA dengan kapasitas sebesar 13-14 gigawatt.
PLN juga berencana membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) serta pembangkit listrik tenaga bayu (angin) dengan potensi kapasitas masing-masing sebesar 5 gigawatt.
"Jadi ke depan, kami membangun EBT sesuai dengan sumber daya yang ada di Indonesia. Semua EBT kami optimalkan, dan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan," ujar Warsono.
Meski demikian, Warsono menyatakan bahwa PLN telah mengidentifikasi sejumlah tantangan dalam penyediaan energi hijau. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah ketidaksesuaian antara lokasi suplai EBT dan wilayah permintaan energi.
Sebagai contoh, PLN telah memetakan bahwa mayoritas suplai energi dari pembangkit geothermal (panas bumi) berasal dari Sumatra dan Kalimantan. Sementara itu, permintaan energi terbesar datang dari Jawa.
"Oleh karena itu, kami akan membangun teknologi green enabler untuk sistem transmisi yang besar dari Jawa, Sumatra, Kalimantan, Batam, Bali, dan seterusnya, sehingga energi terbarukan dapat dimaksimalkan," tutup Warsono.
Advertisement