ISF 2024, Jokowi Pamer Indonesia Punya PLTS Terapung Terbesar di Asia Tenggara

Presiden Joko Widodo (Jokowi) memamerkan Indonesia memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung terbesar di Asia Tenggara. PLTS terapung itu juga menjadi yang terbesar ketiga di dunia.

oleh Arief Rahman H diperbarui 05 Sep 2024, 13:40 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam sambutannya di ISF 2024, JCC Senayan, Jakarta. Dia memamerkan Indonesia memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung terbesar di Asia Tenggara. PLTS terapung itu juga menjadi yang terbesar ketiga di dunia.

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) memamerkan Indonesia memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung terbesar di Asia Tenggara. PLTS terapung itu juga menjadi yang terbesar ketiga di dunia.

Hal tersebut diungkap Jokowi dalam Indonesia International Sustainability Forum 2024. Itu juga merujuk pada PLTS Terapung Cirata, di Waduk Cirata, Purwakarta, Jawa Barat.

Daya yang mampu dihasilkan PLTS Terapung Cirata itu mencapai 192 Megawatt (MW) pada daya puncaknya. Angka itu menjadikan PLTS Terapung Cirata jadi yang terbesar di kawasan Asia Tenggara.

"Kami juga memiliki PLTS, PLTS apung, pembangkit listrik tenaga surya apung di Waduk Cirata dengan kapasitas 192 MW peak, terbesar di Asia Tenggara dan terbesar ketiga di dunia," ungkap Jokowi dalam sambutannya di ISF 2024, JCC Senayan, Jakarta, Kamis (5/9/2024).

Selain itu, Jokowi mengatakan Indonesia juga punya potensi besar untuk penangkapan dan pengimpanan karbon. Unggulannya adalah besar luasan hutan bakau yang ada di Indonesia.

Dengan luasan hutan bakau mencapai 3,3 juta hektare, berpotensi menyimpan emisi karbon 8-12 kali lipat dari hutan hujan tropis. Dia mengatakan, potensi-potensi tersebut yang banyak orang lain belum mengetahuinya.

"Indonesia juga memiliki potensi besar didalam penyerapan karbon. Hutan mangrove kami, hutan mangrove Indonesia itu terbesar di dunia 3,3 juta hektar yang mampu menyerap karbon 8-12 kali lebih baik dibandingkan hutan hujan tropis," ujarnya.

"Ini banyak yang orang tidak tahu," sambung Jokowi.

 


Jokowi Bakal Rilis RUPTL Baru, Bauran EBT Makin Dominan

Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka Indonesia International Sustainability Forum 2024 (ISF 2024) di JCC Senayan, Jakarta (dok: Arief)

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menyatakan bahwa pemerintah telah menyiapkan rencana terbaru untuk bauran energi nasional. Targetnya adalah mencapai 62 gigawatt (GW) energi baru terbarukan (EBT) hingga tahun 2040.

Menko Luhut menyampaikan bahwa dalam waktu dekat, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan mengumumkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) hingga tahun 2024. Di dalamnya akan tercantum target bauran EBT.

"Saya hanya ingin memberi tahu Anda, hadirin sekalian, presiden akan segera mengumumkan juga RUPTL kami, dengan target 62 gigawatt energi terbarukan hingga tahun 2040," kata Menko Luhut dalam acara Indonesia International Sustainability Forum 2024 di JCC Senayan, Jakarta, Kamis (5/9/2024).

Dia juga menyebut bahwa angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan kapasitas listrik yang ada saat ini.

"Ini, saya pikir, dua kali lipat dari kapasitas listrik yang ada di negara ini," tegasnya.

 


Percepatan Transisi Energi

PLTB ini bisa mengaliri listrik 360 ribu pelanggan 450 KV. Proyek ini bagian dari proyek percepatan pembangunan pembangkit 35.000 MW, sekaligus bagian dari upaya Pemerintah mencapai target bauran energi nasional 23 persen dari EBT pada 2025.

Sebelumnya, PT PLN (Persero) telah menyampaikan komitmennya untuk mendukung percepatan transisi energi di Indonesia. BUMN kelistrikan ini menyatakan bahwa saat ini tengah menyusun RUPTL terbaru.

Dalam acara Katadata Sustainability for The Future Economy (SAFE) 2024 di Jakarta, Kamis (8/8/2024), Executive Vice President (EVP) Perencanaan Sistem Ketenagalistrikan PLN, Warsono, mengatakan bahwa draf terbaru ini akan merevisi RUPTL 2021-2030.

Dalam RUPTL terbaru, PLN menargetkan penambahan porsi pembangkit energi baru terbarukan (EBT) menjadi 75 persen, dari sebelumnya 51 persen. Sekitar 25 persen lainnya akan berasal dari pembangkit berbasis gas.

"Tentu ini berangkat dari komitmen PLN untuk mempercepat transisi energi demi mencapai nol emisi bersih," ujar Warsono dalam sesi bertajuk Fast-Tracking the Green Power Energy: A Bold Acceleration.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya