Liputan6.com, Jakarta - Dalam salah satu ceramahmya, Ustadz Hanan Attaki mengangkat topik yang jarang dibahas, yaitu tentang empati Nabi Muhammad SAW terhadap orang-orang yang sedang jatuh cinta.
Menurut Ustadz Hanan, banyak yang mengira bahwa cinta dan perasaan pribadi seringkali dianggap tidak penting dalam Islam, namun Nabi Muhammad SAW memberikan contoh yang berbeda.
Dalam berbagai kisah, Nabi sangat memahami dan peduli terhadap perasaan cinta yang dialami oleh umatnya. Ceramah tersebut disampaikan di kanal YouTube @HananAttaki, yang dikutip pada Kamis (05/09).
Ustadz Hanan menjelaskan, salah satu kisah yang paling mengharukan adalah kisah Mughiz dan Barirah, yang diriwayatkan dalam hadis sahih Bukhari.
"Saya mencatat beberapa poin ya tentang cinta Nabi. Nabi sangat berempati kepada orang yang sedang jatuh cinta, dan ini penting nih buat teman-teman yang jatuh cinta. Nabi itu berempati loh sama kalian," ungkap Ustadz Hanan.
Menurut cerita, Mughiz sangat mencintai istrinya, Barirah, meskipun mereka telah bercerai. Mughiz tidak pernah bisa melupakan mantan istrinya tersebut, dan selalu mengikuti Barirah ke mana pun dia pergi.
Air mata terus mengalir di pipi Mughiz setiap kali melihat Barirah dari kejauhan. Meski telah bercerai, Mughiz tetap menyimpan cinta mendalam dan tidak mampu move on.
Baca Juga
Advertisement
Simak Video Pilihan Ini:
Kisah Mughiz dan Barirah
Cerita ini sampai ke telinga Nabi Muhammad SAW, yang kemudian menunjukkan rasa empati luar biasa terhadap Mughiz.
Nabi bahkan meminta Barirah untuk mempertimbangkan rujuk dengan Mughiz. Namun, Barirah menolak secara tegas. “Nabi enggak memaksa, beliau cuma bilang ‘Aku hanya merasa kasihan sama Mughiz,’” kata Ustadz Hanan.
Ustadz Hanan menegaskan bahwa meski Nabi tidak memaksa, perasaan empati terhadap Mughiz sangat jelas terlihat.
"Lihatlah bagaimana Nabi bahkan inisiatif datang ke Barirah untuk membujuknya rujuk dengan Mughiz," tambahnya.
Ini adalah salah satu bukti betapa Nabi Muhammad sangat peduli pada perasaan orang yang sedang jatuh cinta.
Selain itu, Nabi Muhammad SAW tidak pernah melarang Mughiz untuk tetap mencintai Barirah, meskipun mereka telah berpisah.
Nabi memahami bahwa cinta adalah perasaan yang tidak bisa dikendalikan oleh manusia, dan cinta adalah bagian dari rahasia Allah.
“Cinta itu datang dengan sendirinya dan tidak bisa dipaksakan,” ujar Ustadz Hanan.
Advertisement
Bagaimana Akhir Kisahnya?
Bahkan Nabi Muhammad tidak melarang Mughiz yang terus mengikuti dan melihat Barirah dari kejauhan. Nabi sangat memahami bahwa terkadang, orang yang sedang jatuh cinta hanya ingin melihat orang yang dicintainya, meskipun dari jarak jauh.
"Nabi paham banget, kadang orang jatuh cinta cuma pengen lihat, dan Nabi enggak melarang itu," jelas Ustadz Hanan.
Ustadz Hanan juga menyoroti pentingnya empati dalam menghadapi perasaan orang lain, termasuk cinta.
“Bukankah ini bagian dari akhlak Rasulullah SAW? Kalau Nabi aja berempati sama orang yang jatuh cinta, kenapa kita sering kali menganggap remeh perasaan seperti itu?” katanya.
Lebih lanjut, Ustadz Hanan mengajak umat Muslim untuk mencontoh akhlak Nabi Muhammad dalam menghadapi orang yang sedang jatuh cinta.
Nabi tidak pernah menghina, mengejek, atau merendahkan perasaan cinta seseorang, bahkan kepada mereka yang sedang mengalami patah hati.
Ceramah ini memberikan perspektif tentang bagaimana Islam memandang cinta dan perasaan manusia. Ustadz Hanan menekankan bahwa cinta bukanlah sesuatu yang harus diabaikan atau diremehkan, melainkan perlu dipahami dan dihargai dengan penuh empati, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul