Harga Emas Dunia Menguat Setelah Data Tenaga Kerja AS Melemah

Harga emas di pasar spot menguat seiring dolar AS dan imbal hasil obligasi yang tertekan.

oleh Agustina Melani diperbarui 06 Sep 2024, 09:00 WIB
Harga emas menguat mendekati level tertinggi dalam satu minggu pada Kamis, 5 September 2024.(dok: Foto AI)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas menguat mendekati level tertinggi dalam satu minggu pada Kamis, 5 September 2024. Koreksi harga emas terjadi di tengah melemahnya dolar Amerika Serikat (AS) dan imbal hasil obligasi yang lebih rendah setelah tanda-tanda pasar tenaga kerja melemah.

Hal tersebut menyebabkan investor prediksi pemangkasan suku bunga yang sangat besar dari bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) pada bulan ini.

Mengutip CNBC, Jumat (6/9/2024), harga emas di pasar spot naik 0,9 persen menjadi USD 2.515,40 per ounce. Pada awal sesi perdagangan, harga emas sempat menguat 1,1 persen. Kenaikan harga emas sedikit terpangkas setelah rilis data sektor jasa AS.Sementara itu, harga emas berjangka AS ditutup melejit 0,7 persen ke posisi USD 2.543,10.

Di sisi lain, pengusaha swasta AS mempekerjakan jumlah pekerja paling sedikit dalam 3,5 tahun pada Agustus 2024.Hal ini berpotensi mengisyaratkan perlambatan pasar tenaga kerja yang tajam. Hal tersebut mengikuti data pada Rabu yang menunjukkan penurunan tajam dalam lowongan pekerjaan AS pada Juli 2024.

“Setelah data ADP terjadi lonjakan harga emas. Hal itu benar-benar menunjukkan pasar tenaga kerja dalam kondisi yang buruk dan ada banyak kekhawatiran tentang hal itu,” ujar Chief Market Strategist Blue Line Futures, Philip Streible.

Ia menambahkan, data klaim awal juga tidak benar-benar membantu sejauh menggambarkan gambaran yang cerah untuk tenaga kerja AS.

 

 

Pelaku pasar saat ini melihat peluang 59 persen dari pengurangan suku bunga 25 basis poin (bps) oleh the Fed pada September 2024 dan peluang 41 persen dari pemangkasan suku bunga 50 bps. Hal tersebut berdasarkan alat CME FedWatch.

 


Menanti Data Ekonomi AS

Ilustrasi harga emas hari ini (dok: Foto AI)

Presiden the Fed San Francisco Mary Dalu menuturkan, the Fed perlu memangkas suku bunga untuk menjaga pasar tenaga kerja tetap sehat. “Tetapi sekarang tergantung pada data ekonomi yang masuk untuk menentukan seberapa banyak,” ujar Mary.

Adapun perhatian beralih ke laporan penggajian nonpertanian (NFP) yang akan rilis Jumat pekan ini.

"Jika tingkat pengangguran Agustus sama dengan 4,3 persen pada Juli, yang merupakan tertinggi sejak 2021. Emas akan kembali mendekati rekor tertingginya karena pasar meningkatkan taruhan untuk pemangkasan suku bunga besar-besaran,” ujar Analis Exinity Group, Han Tan.

Sementara itu, harga perak di pasar spot naik 1,9 persen menjadi USD 28,82. Harga platinum bertambah 2,7 persen menjadi USD 926,74. Harga palladium menguat 0,9 persen menjadi USD 942,36.


Hati-Hati, Harga Emas Dunia dalam Tren Bearish

Ilustrasi Harga Emas Hari Ini di Dunia. Foto: DAVID GRAY | AFP

Sebelumnya, harga emas dunia tertekan data ekonomi terbaru dari Amerika Serikat (AS0. Pada Jumat lalu, emas sempat diperdagangkan pada kisaran USD 2.510 setelah rilis data inflasi AS dalam bentuk Indeks Belanja Konsumsi Pribadi untuk Juli.

Analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha menyebutkan, saat ini emas mengindikasikan bahwa tren bearish semakin menguat. Dalam analisis teknikal, proyeksi harga emas untuk hari ini kemungkinan besar akan bergerak turun menuju level USD 2.480.

"Indikator Moving Average yang terbentuk menunjukkan sinyal yang jelas bahwa tren bearish masih mendominasi pasar emas saat ini. Jika tekanan jual terus berlanjut, maka harga berpotensi menyentuh USD 2.480," ungkapnya, dalam keterangan tertulis, Senin (2/8/2024).

Namun, Nugraha juga memperingatkan kemungkinan terjadinya rebound jika emas gagal menembus support di level tersebut.

"Jika ada pembalikan arah, kita bisa melihat harga emas kembali naik ke level USD 2.512. Ini adalah level resistance kunci yang perlu diperhatikan oleh para trader," tambahnya.

Selain analisis teknikal, sentimen pasar terhadap emas juga dipengaruhi oleh rilis data belanja konsumsi pribadi AS yang dirilis pada Jumat lalu. Data tersebut menunjukkan bahwa inflasi tahunan naik sebesar 2,6%, sedikit lebih rendah dari perkiraan pasar sebesar 2,7%.

Meski demikian, data ini tidak cukup kuat untuk mendorong emas menembus level tertinggi barunya di USD 2.531 yang dicapai pada Agustus.

"Data PCE ini memang sesuai dengan ekspektasi, namun tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap harga emas. Faktanya, meski data ini menunjukkan inflasi yang relatif terkendali, emas justru tidak mampu mempertahankan kenaikannya di level USD 2.531," jelas Nugraha.

 

 

 


Dolar AS juga Beri Tekanan ke Emas

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat, Jakarta, Kamis (23/10/2014) (Liputan6.com/Johan Tallo)

Kenaikan tipis indeks dolar AS terhadap mata uang utama lainnya juga menjadi salah satu faktor yang membatasi pergerakan emas. Pada hari Jumat, indeks dolar naik ke level 101,79, yang terakhir terlihat pada 20 Agustus.

Ini menunjukkan bahwa permintaan terhadap dolar AS masih cukup kuat, yang secara historis cenderung menekan harga emas.

Andy Nugraha juga menyoroti ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga The Fed yang menjadi faktor penting dalam pergerakan harga emas. Saat ini, peluang untuk pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin pada bulan ini diperkirakan sebesar 33%, sementara pemangkasan sebesar 25 basis poin lebih mungkin terjadi dengan peluang 67%.

"Perubahan ekspektasi ini menunjukkan bahwa pasar masih belum yakin dengan arah kebijakan moneter The Fed ke depan. Meskipun ada peluang pemangkasan suku bunga, hal ini belum cukup untuk mendorong emas keluar dari tren bearish-nya," ujar Nugraha.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya