Liputan6.com, Jakarta Deputi III Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Maritim dan Investasi Rachmat Kaimuddin buka-bukaan penyebab utama polusi udara di DKI Jakarta. Rachmat menyebut, polusi udara di Jakarta disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor dengan BBM berbasis fosil dan pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU).
"Sumber polusi udara di perkotaan seperti Jakarta adalah emisi kendaraan bermotor, pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU). Selain itu, kualitas bahan bakar Indonesia bahkan belum memenuhi standar Euro," kata Rachmat saat Plenary Session "Transformative Solutions for Urban Air Quality and Waste Management ISF 2024, di Senayan JCC, Jakarta Jumat (6/9).
Advertisement
Saat ini, standar emisi PLTU di Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara lain seperti Tiongkok, India, Uni Eropa, dan AS. Deputi Rachmat menambahkan saat ini sedang dilakukan evaluasi cara untuk mengurangi emisi PLTU dan meningkatkan standar di masa mendatang.
Untuk pembakaran terbuka, telah diterapkan Undang-Undang No. 18/2018. Regulasi tersebut menginstruksikan setiap orang dilarang membakar sampah yang tidak memenuhi persyaratan teknis.
"Namun, diperlukan lebih banyak edukasi dan penegakan hukum untuk menghentikan kegiatan ini," ujarnya.
Di sisi lain, terdapat biaya yang cukup besar dalam penerapan solusi pemanfaatan energi hijau untuk mengurangi polusi udara. Karenanya memerlukan koordinasi berbagai pemangku kepentingan.
Salah satu upaya pemerintah yang tengah digencarkan pemerintah menggunakan sejumlah sumber daya ramah lingkungan dan pendanaan untuk meningkatkan penggunaan transportasi umum. Dia menyebut, TransJakarta telah menggunakan 100 bus listrik atau EV tunggal.
"Kami akan menambah 200 bus EV tunggal lainnya pada akhir tahun 2024, dengan komitmen pembelian 100 persen EV untuk bus tunggal baru di masa mendatang. Kami juga mengevaluasi kemungkinan perluasan penerapan Low Emission Zone (LEZ)," ungkapnya
Secara paralel, pemerintah juga menerapkan program konversi sampah menjadi energi, yaitu mencegah pembakaran terbuka di pusat pemrosesan sampah. Saat ini, pemerintah telah membangun 2 proyek pengolahan sampah ramah lingkungan.
"Untuk mempercepat peningkatan kualitas udara, kami perlu memperluas kemampuan untuk mengukur dan memantau kualitas udara, memasang lebih banyak sensor, dan terus perbarui pembagian sumber untuk memahami sumber polusi dan dampak dari tindakan polusi tertentu,” tandasnya.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Melalui ISF 2024, Indonesia Ekspor Listrik Bersih ke Singapura, Kapasitasnya Segini
Indonesia resmi ekspor listrik bersih yang bersumber dari pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) ke Singapura. Hal ini ditunjukkan di ajang International Sustainability Forum (ISF) 2024 dan menjadi tonggak penting bagi sejarah bidang energi Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menuturkan, Indonesia dan Singapura mencatat kemitraan yang baik dan strategis.
"Kemitraan Indonesia - Singapura sangat baik dan strategis bagi kedua negara, dan perjanjian hari ini juga merupakan langkah maju yang signifikan dalam komitmen bersama kita untuk masa depan yang berkelanjutan," ujar Menko Luhut saat menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) Announcement on Cross Border Electricity Interconnection ISF, Jumat (6/9/2024).
Menko Luhut menuturkan, jumlah kapasitas ekspor listrik bersih ke Singapura akan bertambah dari rencana semula 2 Gigawatt menjadi 3,4 Gigawatt. Kerja sama ini memiliki potensi nilai investasi USD 20 miliar atau Rp 307 triliun (kurs Rp 15.380).
"Kami akan mengekspor ke Singapura, energi hijau, sekitar 2 gigawatt (GW) mungkin bisa sampai 3 gigawatt. Karena potensinya sangat besar di sini," tutur Menko Luhut.
Menko Luhut menuturkan, kerja sama ekspor listrik bersih ini akan menguntungkan kedua belah pihak, baik Singapura maupun Indonesia akan mendapatkan keuntungan masing-masing.
Bagi Singapura, kerja sama ini akan mengamankan pasokan listrik bersih, yang didukung oleh sistem penyimpanan energi baterai dan solar PV yang diproduksi di Indonesia.
"Sedangkan bagi Indonesia, ini menandai perubahan penting dalam landscape ekspor energi kita. Menurut saya, ini menguntungkan bagi kedua negara. Ini yang penting," kata dia.
Advertisement
Langkah Awal
Menko Luhut menuturkan, kolaborasi ini merupakan langkah awal dalam transisi Indonesia dari pengekspor bahan bakar fosil menjadi pengekspor energi terbarukan. Di sisi lain, upaya pemerintah optimis untuk mewujudkan target emisi nol bersih atau net zero emission pada 2060 atau lebih awal.
"Ini juga akan mempercepat pengembangan industri hijau kita dalam bidang solar PV dan BESS, yang menciptakan green jobs bagi masyarakat kita,” ujar dia.
Dia berharap agar sinergi antara Indonesia - Singapura dapat terus mendorong kerja sama dalam bidang investasi dan kolaborasi, membangun bersama mengenai pertumbuhan berkelanjutan. Kolaborasi ini juga diharapkan dapat menimbulkan banyak lowongan kerja baru di sektor energi bersih.
"Jadi saya yakin Indonesia bisa menjadi mitra yang baik bagi Singapura. Jadi mari kita tingkatkan kepercayaan ini untuk mendukung proyek kita Bersama untuk potensi manfaat ini bagi masyarakat Indonesia dan masyarakat Singapura,” pungkas Menko Luhut.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com