Populasi Mobil Listrik Masih Minim, Apa Masalahnya?

Mobil listrik merupakan moda angkutan masa depan untuk menggantikan kendaraan berbahan bakar fosil. Namun saat ini polpulasinya masih minim.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 06 Sep 2024, 14:15 WIB
Di sisi lain, penjualan Honda HR-V di semester pertama 2024 tercatat sebanyak 8.883 unit dan berkontribusi pada penjualan kelas medium SUV nasional sebesar 37 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Ajang Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 menyoroti sejumlah persoalan terkait pengembangan kendaraan listrik (EV) di Indonesia. Padahal, mobil listrik merupakan moda angkutan masa depan untuk menggantikan kendaraan berbahan bakar fosil.

President Director PT Astra Otoparts Tbk dan Director PT Astra International Tbk, Hamdhani D. Salim, menyebut tantangan terbesar dalam pengembangan kendaraan listrik terkait dengan infrastruktur pengisian daya yang masih sangat terbatas.

Keterbatasan ini disebabkan oleh tingginya biaya pembangunan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).

"Sementara tingkat pemanfaatan oleh konsumen di Indonesia juga masih rendah," kata Hamdhani dalam sesi diskusi tematik ISF 2024 di Senayan JCC, Jakarta, Jumat (6/9/2024).

Soal Regulasi

Hamdhani menambahkan, tantangan lain dalam pengembangan kendaraan listrik di Indonesia datang dari sisi regulasi. Misalnya, proses perizinan dan kebijakan harga listrik yang perlu disesuaikan untuk mendukung keberlanjutan usaha stasiun pengisian daya.

Meskipun demikian, ia menilai bahwa tantangan ini wajar mengingat adopsi teknologi EV masih dalam tahap awal. Ia tetap optimistis bahwa dengan adanya perbaikan di berbagai aspek, industri kendaraan listrik di Indonesia dapat tumbuh lebih pesat.

"Kita semua tahu bahwa teknologi ini masih baru bagi semua orang di seluruh dunia. Era elektrifikasi masih di tahap awal, sehingga wajar jika di Indonesia kita menghadapi situasi yang sama, di mana masih ada banyak hal yang perlu ditingkatkan," jelasnya.

 

 


Butuh Kolaborasi

Sayangnya PT ADM tak merinci kapan mobil listrik ini akan mulai dijual secara massal.

Senada, CEO PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk, Gilarsi W. Setijono, menilai bahwa industri EV masih sangat baru di Indonesia dan tantangan terbesar terletak pada kebijakan yang ada. Mengingat, kebijakan saat ini masih didasarkan pada aturan lama.

"Sementara kita bermain dengan aturan baru. Diperlukan diskusi bersama untuk menetapkan aturan baru yang lebih relevan dengan kondisi saat ini," ujarnya.

Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan BUMN dalam pengembangan infrastruktur, seperti yang telah dilakukan oleh beberapa perusahaan otomotif melalui pembangunan jaringan pengisian daya di dealer-dealer mereka. Hamdhani optimistis bahwa dengan kebijakan yang tepat dan kolaborasi yang kuat, pertumbuhan EV di Indonesia akan semakin pesat.

"Pengembangan infrastruktur pengisian daya yang memadai akan mendorong penggunaan kendaraan listrik secara lebih luas, mengurangi emisi karbon, dan membantu Indonesia mencapai target net zero emission," tegasnya.

 

 

 

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya