Buntut Kebakaran Mesin Cathay Pacific, Eropa Perintahkan Pemeriksaan Pesawat Airbus A350

Pada Senin, 2 September 2024, pesawat Airbus A350-1000 milik Cathay Pacific yang sedang menuju Zurich terpaksa kembali ke Hong Kong setelah mengalami masalah mesin.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 06 Sep 2024, 20:30 WIB
Pesawat Cathay Pacific di Bandara Internasional Hong Kong di Hong Kong pada 28 Desember 2022. (PHILIP FONG / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Keselamatan Penerbangan Uni Eropa (EASA) memerintahkan pemeriksaan pesawat Airbus A350-1000 imbas kebakaran mesin pada penerbangan Cathay Pacific. Langkah ini diambil sebagai tindakan pencegahan setelah berkonsultasi dengan regulator dan penyelidik kecelakaan di Hong Kong, Airbus, dan pemasok mesin Rolls-Royce.

Mengutip CNN, Jumat (6/9/2024), terkait kronologi kejadian pada Senin, 2 September 2024, pesawat Airbus A350-1000 milik Cathay Pacific yang sedang menuju Zurich terpaksa kembali ke Hong Kong setelah mengalami masalah mesin. Peristiwa ini kemudian ditelusuri hingga ke kebocoran bahan bakar.

Insiden ini menyebabkan kebakaran, yang segera ditangani kru pesawat. Meski tidak ada yang terluka, kejadian ini dikategorikan sebagai insiden serius, sebuah istilah dalam investigasi penerbangan yang menunjukkan adanya risiko kecelakaan.

Direktur Eksekutif EASA, Florian Guillermet, dalam sebuah pernyataan mengatakan, "Ini merupakan tindakan pencegahan, berdasarkan informasi yang diterima dari penyelidikan awal insiden serius Cathay Pacific baru-baru ini dan temuan maskapai dalam inspeksi berikutnya." EASA juga mengonfirmasi bahwa kebakaran tersebut disebabkan masalah selang pada sistem bahan bakar.

Arahan darurat yang dikeluarkan EASA pada Kamis malam, 5 September 2024, memerintahkan maskapai penerbangan melakukan pemeriksaan visual dan pengukuran selang bahan bakar dalam waktu antara tiga hingga 30 hari. Namun, arahan ini tidak meminta bagian-bagian tersebut dilepas dari pesawat, kecuali jika ditemukan rusak. Langkah ini tidak termasuk mesin yang telah diperiksa Cathay Pacific.


Dampak dan Respons

Pesawat Cathay Pacific (Foto: cathaypacific.com).

Langkah ini memengaruhi model A350 bermesin ganda yang lebih besar, A350-1000, yang mewakili 15 persen dari armada A350 atau 86 jet. Sementara A350-900 yang lebih kecil dan banyak dijual tidak terpengaruh.

Rolls-Royce dan Airbus telah menyatakan bahwa mereka bekerja sama dengan pihak berwenang untuk mematuhi arahan yang direncanakan. Rolls-Royce juga menyatakan fokus mereka pada meminimalkan gangguan jangka pendek dan meminta maaf pada pihak-pihak yang mungkin terpengaruh.

Penyelidikan awal telah mengungkap bahwa selang antara manifold dan nosel injeksi bahan bakar bocor. Penyelidikan yang dipimpin pihak Hong Kong sekarang harus menentukan apakah kebocoran ini merupakan penyebab atau akibat dari insiden tersebut.

EASA menyatakan, kebakaran tersebut telah menyebabkan kerusakan akibat panas pada rumah mesin, termasuk saluran yang digunakan untuk dorongan balik saat mendarat. "Kondisi ini, jika tidak dideteksi dan diperbaiki, dapat dikombinasikan dengan gangguan tambahan, menyebabkan kebakaran mesin yang lebih parah dan mengakibatkan kerusakan pada pesawat," kata EASA. 

 


Tekanan dan Tanggung Jawab Regulator

Pesawat Airbus A350 yang dioperasikan maskapaai asal Hong Kong, Cathay Pacific. (dok. Charly TRIBALLEAU / AFP)

EASA memerintahkan pemeriksaan ini dipandang sebagai uji publik pertama untuk Florian Guillermet yang baru saja ditunjuk sebagai Direktur Eksekutif EASA. Insiden itu dengan cepat diatasi dan tidak ada yang terluka.

Namun, taruhannya dalam cara menangani insiden itu tetap tinggi bagi Rolls-Royce dan maskapai penerbangan di tengah kekhawatiran publik atas keselamatan transportasi udara. Arahan ini menyusul pembicaraan berjam-jam mengenai ragam teknis utama yang menguraikan kriteria untuk mengganti bagian apapun.

Rolls-Royce terlihat ingin memastikan semua pekerjaan perbaikan didorong faktor teknis daripada tekanan yang tidak terlalu nyata pada maskapai penerbangan. Maskapai penerbangan, pada bagian mereka, telah mendesak kejelasan dari Rolls-Royce dan Airbus, serta beberapa telah secara pribadi mengkritik kurangnya komunikasi saat mereka menghadapi pertanyaan dari penumpang.

Airbus dan Rolls-Royce berusaha menjawab pertanyaan maskapai penerbangan selama pengarahan tertutup pertama mereka sejak insiden. Pertanyaan termasuk pesawat mana yang akan terpengaruh dan ketersediaan suku cadang. 


Alaska Airlines Mati Mesin di Udara

Maskapai Alaska Airlines. (dok. MARIO TAMA / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / Getty Images via AFP)

Sebelumnya, kejadian serupa juga sempat terjadi baru-baru ini. Pesawat Boeing 737 milik Alaska Airlines terpaksa putar balik setelah salah satu mesin utamanya rusak di udara. Beruntungnya, penerbangan tersebut dapat mendarat dengan selamat di Seattle, Amerika Serikat (AS).

Mengutip Business Insider, Jumat, 30 Agustus 2024, kejadian ini membuat publik menilai bahwa tahun buruk Boeing belum berakhir. Menurut Badan Penerbangan Federal AS, pesawat Boeing 737-700 terpaksa putar balik pada Minggu, 25 Agustus 2024, setelah salah satu mesinnya rusak di udara, menurut laporan kru pesawat.

Badan pemerintah tersebut mengatakan, pesawat menuju Oakland itu berangkat dari Bandara Internasional Seattle-Tacoma. Seorang juru bicara Alaska Airlines mengatakan bahwa mesin kiri pesawat Boeing 737 rusak segera setelah lepas landas. Pesawat yang terlibat dalam insiden itu berusia 24 tahun, menurut data FAA, dan mesinnya diproduksi CFM International.

Boeing tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Business Insider. Perusahaan itu disebut tidak bertanggung jawab atas perawatan dan pemeliharaan pesawat setelah beroperasi.

Penerbangan pesawat Alaska Airlines 1240 berbalik arah dan mendarat dengan selamat di Sea-Tac sekitar pukul 13.30, waktu setempat, menurut FAA, yang mengatakan akan menyelidiki insiden tersebut.

Infografis 7 Insiden Fatal Pesawat Boeing. (Liputan6.com/Putri Astrian Surahman)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya