Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) optimistis pasar modal akan terus melanjutkan penguatan meski terjadi peralihan pemerintah baru.
Direktur Utama BEI, Iman Rachman mengatakan, pasar modal menjadi salah satu indikator pertumbuhan ekonomi dalam negeri. "Bagi kami, bursa ini barometer. Bagaimanapun juga ini barometer bagi investor asing untuk masuk, walaupun selalu investor pasar modal ini come and go. Jadi terus terang kalau kita lihat harga indeks kita hari ini, kita harapkan akan sustain," kata Iman kepada wartawan di Gedung BEI, Jakarta Selatan, Jumat (6/9/2024).
Advertisement
Asal tahu saja, aktivitas dan volume penjualan atau pembelian di pasar modal yang semakin meningkat atau padat, memberi indikasi aktivitas bisnis berbagai perusahaan berjalan dengan baik. Pada perdagangan hari ini, indeks harga saham gabungan (IHSG) mencapai level tertinggi 7.754,475. Per 5 September 2024, asing tercatat melakukan net buy Rp 736,80 miliar.
"Harga indeks itu adalah cerminan makro ekonomi global dan Indonesia. Artinya ini persepsi dari investor, terutama asing di Indonesia. Jadi kita berharap seiring pemerintahan yang baru, indeks kita bisa lebih baik dan naik terus," kata Iman.
Menurut Iman, kenaikan IHSG ditopang banyaknya investor asing yang beli saham emiten dalam negeri. Bersamaan dengan itu, perusahaan-perusahaan skala besar diharapkan dapat mencatatkan saham-nya di Bursa sehingga bisa menjadikan pasar modal Indonesia makin besar. Namun, tak kalah penting, Bursa berharap kondisi ekonomi Indonesia di bawah pemerintah baru bisa tumbuh minimal sama atau lebih baik dibandingkan periode sebelumnya.
"Karena memang asing punya keterbatasan minimal trading yang dia mau masuk. Jadi kita berharap adalah bahwa makin banyak perusahaan-perusahaan IPO, terutama skala besar. Kita berharap bahwa kondisi ekonomi Indonesia minimal sama akan lebih baik dibandingkan periode sebelumnya," ujar Iman.
Calon Emiten di Pipeline IPO Berkurang Meski Tak Ada Listing, BEI Buka Suara
Sebelumnya, Bursa mengumumkan jumlah perusahaan yang berada di pipeline pencatatan perdana saham atau initial public offering (IPO).
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, saat ini terdapat 23 perusahaan yang siap debut di Bursa per 30 Agustus 2024.
Jumlah itu turun dari sebelumnya ada 28 calon emiten di pipeline IPO per 9 Agustus 2024. Sementara, toral perusahaan yang listing tidak mengalami perubahan. Sejak 9 Agustus hingga 30 Agustus 2024, terdapat 34 perusahaan yang mencatatkan saham di Bursa. Dana yang berhasil dihimpun dari IPO tersebut sebesar Rp 5,15 triliun.
“Penyebabnya ada yang merupakan keputusan internal perusahaan untuk menunda, maupun yang berdasarkan evaluasi Bursa belum dapat memberikan persetujuan,” kata Nyoman kepada wartawan, Kamis (5/9/2024).
Sesuai Prosedur
Menurut Nyoman, semua proses evaluasi dilakukan sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku, tidak ada kaitannya dengan isu lain.
Dari sisi asetnya, perusahaan yang saat ini berada di pipeline IPO didominasi oleh perusahaan dengan aset kelas menengah. Sedangkan dari sisi sektor saham, paling banyak berasal dari sektor konsumer non-siklikal.
Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 4 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 20 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar. Sisanya 4 perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar.
Advertisement
Sektor Saham
Sementara, rincian sektor saham adalah sebagai berikut:
3 Perusahaan dari sektor basic materials
4 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
5 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
3 Perusahaan dari sektor energy
2 Perusahaan dari sektor financials
1 Perusahaan dari sektor healthcare
4 Perusahaan dari sektor industrials
2 Perusahaan dari sektor infrastructures
0 Perusahaan dari sektor properties & real estate
3 Perusahaan dari sektor technology
1 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
BEI Mau Pangkas Daftar Saham Short Selling
Sebelumnya, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) berencana mengurangi jumlah daftar saham yang dapat ditransaksikan dalam mekanisme short selling. Saham yang dapat ditransaksikan hanya konstituen dari Indeks IDX30 atau LQ45.
Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik menjelaskan rencana tersebut masih akan diskusikan lagi dengan berbagai pihak.
“Hari ini kami sudah berdiskusi dan mendapat masukan yang cukup banyak kemungkinan konstituen dari LQ45. Tapi, mungkin tidak semua juga dari konstituen LQ45 bisa menjadi saham short selling,” kata Jeffrey kepada wartawan, di gedung BEI, Senin (2/9/2024).
Berdasarkan keterbukaan informasi, BEI mengumumkan daftar efek yang dapat ditransaksikan dalam transaksi short selling sebanyak 112 saham per September 2024.
23 Anggota AB Minat
Pada kesempatan yang sama Jeffrey juga mengungkapkan telah terdapat 23 Anggota Bursa (AB) yang menyatakan minatnya berpartisipasi sebagai Perantara Pedagang Efek dalam mekanisme short selling dan mengikuti Forum Group Discussion (FGD).
Dalam FGD tersebut, Jeffrey menuturkan terdapat beberapa hal yang telah pihaknya diskusikan, di antaranya pengaturan di tingkat AB, pengaturan di pemilihan sahamnya, serta pengaturan di tingkat investornya.
“Nah, itu mungkin akan disesuaikan dari daftar efek short selling yang selama ini sudah diterbitkan oleh bursa, dari hasil diskusi hari ini mungkin itu akan berubah,” ujar Jeffrey.
Terkait AB yang dapat menjadi Perantara Pedagang Efek mekanisme Short Selling akan dilihat dari kemampuan manajemen risiko dan kehandalan teknologi informasinya. Adapun untuk investor kebijakannya akan ada pada AB.
“Misalnya, jika investor yang dengan aset Rp 50 juta maka nilai transaksi short selling sekian, Jika investor dengan aset Rp 100 juta maka nilai transaksi short selling-nya sekian,” pungkasnya.
Advertisement