Biasa Dipakai di Makanan, Tartrazine Bisa Bikin Kulit Tikus Jadi Transparan

Bahan pewarna ini kemungkinan diujikan ke manusia.

oleh Ibrahim Hasan diperbarui 06 Sep 2024, 20:15 WIB
Pewarna Makanan Tartrazine Bikin Kulit Tikus Jadi Transparan (Sumber: Ilustrasi New Atlas)

Liputan6.com, Jakarta Tartrazine merupakan salah satu pewarna makanan yang sudah tak asing lagi. Pewarna makanan kuning lemon ini kerap jadi pilihan, meski pemakaiannya sering menimbulkan kontroversi. Menariknya, baru-baru ini pewarna yang biasa dijual di pasaran ini bisa membuat kulit tikus hidup jadi tembus pandang.

Penelitian yang dilakukan di Universitas Texas, Dallas, mengungkapkan eksperimen unik ini. Para ilmuwan berhasil mengubah kulit tikus menjadi transparan hanya dengan menggunakan tartrazine. Teknik ini memungkinkan peneliti melihat pembuluh darah dan organ dalam tubuh tikus tanpa operasi.

Percobaan menggunakan tartrazine ini pertama kali dilakukan pada 5 September 2024 kemarin. Kulit tikus yang terkena larutan pewarna ini perlahan-lahan menjadi tembus pandang, memungkinkan visualisasi organ dalam melalui mikroskop. Para ilmuwan menggunakan pewarna yang aman untuk makanan, mirip dengan yang Anda temukan dalam makanan ringan sehari-hari.

Dikutip Liputan6.com dari Live Science Jumat (8/6/2024), meski baru diuji pada tikus, hasilnya membuka peluang besar untuk dikembangkan pada manusia di masa depan. Para peneliti menyatakan bahwa teknik ini bisa memiliki aplikasi medis yang luas, mulai dari deteksi penyakit hingga operasi tanpa sayatan.


Cara Ilmuwan Bikin Kulit Tikus Tembus Pandang

Gambar selang waktu yang menunjukkan pembuluh darah di tengkorak tikus yang diobati dengan larutan tartrazin.(Sumber gambar: Universitas Stanford/Gail Rupert/NSF)

Ilmuwan menggunakan pewarna makanan tartrazine untuk membuat kulit tikus transparan. Pewarna ini diserap oleh kulit tikus, yang kemudian menyeimbangkan indeks bias cahaya pada jaringan kulitnya. Proses ini memungkinkan cahaya untuk menembus kulit tikus, sehingga bagian dalam tubuh bisa terlihat.

Percobaan ini dilakukan dengan melarutkan tartrazine dalam air dan mengoleskannya pada kulit tikus. Dalam beberapa menit, kulit tikus menjadi tembus pandang, memudahkan peneliti melihat organ dalamnya di bawah mikroskop. Keunikan metode ini terletak pada kesederhanaan aplikasinya.

Menurut Zihao Ou, peneliti utama, butuh beberapa menit sebelum efek transparan muncul. "Ini mirip dengan cara kerja krim wajah atau masker," jelasnya melansir dari studi yang diterbitkan di Jurnal Science. Proses ini membuka peluang baru bagi penelitian medis non-invasif.


Kulit Tikus Bisa Kembali Seperti Semula

Ilustrasi Tikus (Sipa/Pixabay).

Kulit tikus yang semula transparan dapat kembali seperti semula setelah dibersihkan dengan air. Penelitian ini menunjukkan bahwa larutan tartrazine bisa dibersihkan tanpa menyebabkan kerusakan permanen pada jaringan kulit. Setelah beberapa menit, kulit tikus akan kembali buram seperti sebelum percobaan.

Dalam percobaan lanjutan, peneliti membuktikan bahwa pewarna makanan ini dapat dikeluarkan melalui urin tikus dalam waktu 48 jam. Fakta ini menjadikan eksperimen tersebut aman bagi hewan uji.

"Transparansi bersifat sementara, dan larutan pewarna tidak membahayakan tikus dalam jangka panjang," jelas tim peneliti dalam laporan mereka. 

Meski efek jangka pendeknya hanya menimbulkan peradangan minimal, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memastikan keamanannya pada manusia. Melansir dari *Science*, metode ini dapat menjadi solusi non-invasif yang revolusioner di dunia medis.


Kemungkinan Diuji ke Manusia

Solusi baru ini sejauh ini baru diuji pada tikus, tetapi jika berhasil pada manusia, hal ini dapat membuka banyak peluang medis, kata para peneliti. (Kredit gambar: Keyi "Onyx" Li/US National Science Foundation)

Teknologi transparansi kulit menggunakan tartrazine baru diuji pada tikus. Meski demikian, ilmuwan berencana untuk menguji metode ini pada manusia di masa depan. Tantangannya adalah ketebalan kulit manusia yang empat kali lebih tebal daripada kulit tikus, yang bisa memengaruhi penyerapan tartrazine.

Para peneliti yakin jika metode ini terbukti aman, bisa diterapkan dalam dunia medis manusia. "Teknologi ini mungkin bisa membuat pengambilan darah dan deteksi dini kanker lebih mudah," ujar Guosong Hong, peneliti dari Universitas Stanford. Penggunaan non-invasif semacam ini bisa menjadi solusi dalam berbagai prosedur medis di masa depan.

Namun, masih banyak yang perlu diuji untuk memastikan keamanan penggunaan tartrazine pada manusia. Jurnal Science menyebut, penelitian lebih lanjut akan menjadi langkah berikutnya sebelum teknologi ini diterapkan secara luas.


Bahaya Tartrazine Pada Makanan

Makanan Warna Kuning (Pexels/Gaurav Kumar)

bukan tanpa kontroversi. Meski sudah disetujui oleh BPOM, penggunaan tartrazine dalam makanan tetap menimbulkan polemik. Beberapa studi menunjukkan bahwa tartrazine dapat memicu reaksi alergi pada sebagian kecil populasi.

Melansir dari Jurnal UNNES,(9/6) tartrazine bisa menyebabkan efek samping seperti ruam kulit, rinitis, hingga asma. Bahkan pada anak-anak, pewarna ini berpotensi meningkatkan hiperaktivitas. Meski kasusnya jarang, penggunaan tartrazine tetap harus diawasi secara ketat dalam makanan.

Dalam peraturan BPOM No 11 Tahun 2019, batas maksimum penggunaan tartrazine adalah 70 mg/kg makanan. Pemakaian berlebihan bisa meningkatkan risiko efek samping, terutama pada individu yang sensitif terhadap bahan kimia ini.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya