Liputan6.com, Jakarta - Tas branded atau desainer bags tak dipungkiri kerap kali menarik minat kaum Hawa. Pasalnya, desainer bags diyakini dapat membuat penampilan lebih mentereng.
Meski demikian, baru-baru ini, minat para wanita mulai beralih dari tas-tas desainer pada vagina desainer untuk meningkatkan penampilan dan kesehatan mental mereka. Hal ini terbukti secara ilmiah dapat membantu.
Advertisement
Operasi labiaplasty atau dikenal sebagai operasi "desain vagina", telah mengalami peningkatan peminat, khususnya di AS dalam hampir satu dekade. Peningkatan sebesar 217% terjadi antara tahun 2012 dan 2017 dan 20% antara tahun 2017 hingga 2021.
Ahi bedah plastik bersertifikat dan pendiri The V Suite, Usha Rajagopal, mengkonfirmasi kepada The Post bahwa dia baru-baru ini mengamati “peningkatan yang nyata” dalam prosedur operasi bibir vagina, yang mulai dia lakukan pada tahun 1999.
Prosedur kosmetik ini membentuk kembali “bibir” vagina, menghilangkan jaringan berlebih dengan pisau bedah atau laser untuk memperpendek labia minora, agar menjadi kurang menonjol dan lebih sejajar dengan labia mayor.
Berdasarkan tinjauan terbesar terhadap wanita yang menjalani prosedur ini, yang diterbitkan dalam Aesthetic Surgery Journal, para peneliti menemukan bahwa operasi ini tidak hanya aman secara fisik namun juga dapat meningkatkan kesehatan mental wanita secara positif.
Wanita umumnya menjalani labiaplasty untuk mengatasi masalah fungsional, termasuk ketidaknyamanan saat berhubungan seks yang disebabkan oleh ukuran atau bentuk labia minora, atau masalah estetika. Pembenaran medisnya tidak jelas.
Di sisi lain, peningkatan kesehatan mental adalah hal yang pasti, kata para peneliti.
“Mempertimbangkan sejauh mana prosedur ini meningkatkan citra diri dan kehidupan seksual, dokter juga dapat memutuskan berdasarkan alasan psikologis,” rekan penulis Levente Sára, profesor di Departemen Obstetri dan Ginekologi, Universitas Semmelweis, menyimpulkan.
Atas Saran Pasangan
Namun, ia mencatat bahwa, “Banyak wanita, terutama kaum muda, memilih untuk menjalani prosedur ini atas saran pasangannya” dan merekomendasikan agar psikolog ikut terlibat “untuk memastikan pasien mengambil keputusan dengan alasan yang tepat.”
Terlepas dari alasan wanita menjalani operasi bedah – atau laser – para ahli dari Universitas Semmelweis di Budapest menganalisis data dari 3.600 wanita yang menjalani labiaplasty dan menemukan bahwa 95% pasien merasa puas dengan hasilnya.
Para peneliti juga menemukan bahwa labiaplasty memiliki tingkat komplikasi hanya 0,5%.
Sebagai perbandingan, penelitian menunjukkan bahwa operasi perubahan warna mata – yang sedang meningkat – memiliki kemungkinan komplikasi sebesar 92%, sementara transfer lemak gluteal – juga dikenal sebagai pengencangan bokong di Brasil – memiliki risiko sebesar 38%.
Advertisement
Risiko Komplikasi
Operasi labiaplasty yang dilakukan dengan pisau bedah diketahui memiliki risiko komplikasi yang lebih tinggi seperti pendarahan, pembengkakan, atau hematoma. Sementara itu, prosedur yang dilakukan dengan frekuensi radio memiliki waktu pemulihan yang lebih singkat, risiko komplikasi yang minimal, dan kepuasan pasien yang tinggi.
Namun, perbedaan komplikasinya tidak signifikan secara statistik. Para ahli juga mencatat bahwa lebih sedikit data yang dikumpulkan mengenai labiaplasty frekuensi radio karena baru disetujui.
“Tidak jarang perempuan mengembangkan kesadaran diri tentang penampilan labia mereka sejak usia muda,” ujarnya.
“Jika seorang wanita lebih menyukai tampilan labial yang tidak terlalu menonjol dan merasa bahwa perubahan ini akan meningkatkan kenyamanannya saat berhubungan seks dan keintiman, labiaplasty bisa menjadi pilihan yang bagus.”