IPO Semester II Sepi, Bisakah Target BEI Tercapai?

Direktur Utama BEI, Iman Rachman menjelaskan, kebanyakan perusahaan yang lakukan IPO merujuk pada data keuangan per Juni atau Desember.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 08 Sep 2024, 13:15 WIB
Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pencatatan saham lewat penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) saat ini masih sepi.

Direktur Utama BEI, Iman Rachman menjelaskan, kebanyakan perusahaan yang lakukan IPO merujuk pada data keuangan per Juni atau Desember.

Iman menjelaskan, perusahaan memiliki tenggat sekitar 3 bulan untuk pelaporan keuangan auditan. Asumsinya, jika perusahaan menggunakan laporan keuangan per Juni, maka kemungkinan IPO akan ramai pada kuartal IV.

"Ramai itu pakai buku Desember, pakai buku Juni. Buku Juni itu kalau dia awal, dia perlu 3 bulan. Pasti rame-nya di kuartal keempat. Jadi kuartal keempat yang ramai-nya itu, itu rule of thumbnya," jelas Iman kepada wartawan, ditulis Sabtu (7/9/2024).

Total Dana Himpunan

Sampai dengan 5 September 2024, terdapat 34 Perusahaan Tercatat Saham dan mash terdapat 25 perusahaan dalam pipeline.

Total dana dihimpun sampai dengan saat ini adalah sebesar Rp 5,2 triliun, jumlah tersebut terlihat mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.

Namun bila dibandingkan Bursa lainnya di kawasan ASEAN, jumlah pertumbuhan perusahaan tercatat baru di BEl masih menjadi yang paling tinggi sepanjang tahun 2024. BEl secara konsisten mencatatkan jumlah pertumbuhan perusahaan tercatat tertinggi di kawasan ASEAN sejak tahun 2018.

Sayangnya, slih-alih memberi sinyal apakah target IPO akan tercapai atau tidak, Nyoman menegaskan bahwa Bursa menargetkan 340 pencatatan pada tahun ini dari berbagai instrumen.

"Jadi jangan fokus ke (target IPO) 60. Totalnya itu adalah 340 instrumen. Di dalamnya itu ada saham, ETF, DIRE, DINFRA, obligasi, EBA, EBUS, dan sebagainya. Sampai saat ini sudah 353. Sudah 104 persen tercapai," kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna pada kesempatan yang sama.

 


Jaminan BEI

Layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Berkaitan dengan proses IPO, BEI memastikan seluruh perusahaan tercatat telah memenuhi ketentuan persyaratan yang berlaku.

Dalam melakukan evaluasi, BEl tidak hanya melihat dari aspek formal persyaratan pencatatan saja, lebih dalam lagi akan dievaluasi juga terkait aspek substansi seperti going concern, reputasi pengendali, reputasi BoD BoC, dan prospek pertumbuhan dari calon perusahaan tercatat.

⁠Peraturan pencatatan yang dimiliki oleh BEI selalu dijaga relevansinya dengan memperhatikan kondisi terkini dalam dinamika pasar modal.

Berbagai inisiatif dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas Perusahaan Tercatat. Saat ini BEI sedang dalam proses penyesuaian peraturan pencatatan yang intinya menaikan persyaratan minimum untuk dapat menjadi perusahaan tercatat di BEI.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya