Liputan6.com, Jakarta - Puripan Bunnag, Wakil Presiden Senior Biro Konvensi dan Pameran Thailand (TCEB), menyebut Indonesia merupakan pasar MICE strategis bagi negeri gajah putih dengan angka kunjungan berkisar 40--50 ribu orang per tahun. Hingga Juni 2024, capaian kunjungan wisatawan MICE dari Indonesia ke Thailand sudah berkisar 35--40 ribu orang.
"Kami mendapat pelancong MICE internasional sekitar 900 ribu orang per tahun. Untuk meeting dan insentif saja, saya bisa mengatakan sekitar 400 ribu hingga 500 ribu orang, hampir setengah jumlah pelancong (MICE)," ujar Puripan ditemui di sela Roadshow MICE Thailand di Jakarta, Selasa, 3 September 2024.
Advertisement
Angka tersebut juga sejalan dengan kunjungan rombongan MICE dari Indonesia yang didominasi kepentingan rapat dan insentif. Jakarta menyumbang kunjungan MICE dari Indonesia terbesar dengan persentase mencapai 90 persen, sisanya terbang dari Surabaya dan hanya sedikit yang datang dari Bali.
Untuk meningkatkan angka kunjungan wisatawan MICE, Puripan mempromosikan sejumlah destinasi alternatif yang bisa dikunjungi rombongan MICE dari Indonesia. Salah satunya adalah Kanchanaburi yang disebutnya bisa ditempuh dua jam lewat perjalanan darat dari Bangkok, terutama kereta api.
Bangkok masih jadi pusat kunjungan wisata karena terdapat dua bandara internasional di sana. Rombongan MICE biasanya menghabiskan hari-hari pertama mereka dengan rapat di ibu kota, kemudian berpindah ke destinasi lain.
"Kami pernah mendapat rombongan MICE dari Indonesia, perusahaan asuransi, hampir 2000 paket. Mereka sudah sering ke Bangkok sehingga mencari destinasi baru," ujar Thanabodee Hemsuchi, Manager Regional TCEB Asia Tenggara, dalam kesempatan yang sama.
Beragam Atraksi hingga Kuliner yang Direkomendasikan
Banyak atraksi wisata yang bisa dikunjungi selama rombongan MICE beraktivitas di Kanchanaburi. Puripan menyebutkan salah satunya adalah jembatan bersejarah peninggalan Perang Dunia II. Di sana pernah berlangsung pertempuran antara pasukan Inggris dan Jepang yang memperebutkan jembatan penghubung Thailand dan Myanmar tersebut.
"Kami menyebutkan sebagai rel kereta mati karena di sana ada hutan dan lebih dari 2000 orang tewas dalam pertempuran tersebut. Terdapat pemakanan yang kini berubah menjadi destinasi wisata. Banyak wisatawan dari Inggris, Amerika, Jepang, dan Australia yang mengunjunginya," ujar Puripan.
Kota itu juga memiliki festival yang digelar malam hari yang diklaim menarik banyak turis dan berpusat di sekitar jembatan tersebut. Tersedia juga paket aktivitas lokal yang bisa diikuti wisatawan asing.
"Makanan di Kanchanaburi juga mesti kami promosikan karena Anda bisa menangis. Mereka punya makanan khas sendiri yang sedikit pedas, sangat enak sekali," sambungnya seraya menyebut makanan berbahan daging burung dan lele raksasa sebagai yang direkomendasikan.
Daerah itu juga memiliki tempat konservasi gajah. Bagi Anda yang suka dengan alam, mereka juga menawarkan tempat pemandian air panas yang terkenal karena di sana pernah ada gunung berapi.
Advertisement
Perubahan Perilaku Rombongan MICE dari Indonesia
Puripan mengungkapkan ada perubahan perilaku kunjungan MICE dari Indonesia dibandingkan pra-pandemi. Salah satunya dari skala rombongan. Jika sebelum pandemi banyak yang datang antara 1.000--2.000 orang dalam satu gelombang, kini perusahaan mengirim dalam beberapa kelompok.
"Sekarang menyusut sedikit tapi lebih sering. Mereka bepergian 200--300 orang dalam satu kelompok, jumlah itu lebih mudah dikelola," katanya.
Salah satu faktor yang memengaruhi perubahan perilaku itu adalah kapasitas penerbangan yang belum pulih ke angka sebelum pandemi. "Ketika kami berbicara dengan travel agent di Indonesia sini, mereka mengatakan permintaannya ada tapi mereka yang ingin pergi ke Thailand tidak cukup penerbangannya. Akhirnya, mereka pergi secara bergelombang, alih-alih kelompok besar," katanya.
Potensi meningkatkan kunjungan MICE dari Indonesia masih terbuka karena banyak perusahaan besar yang beroperasi di Indonesia, terutama perbankan, asuransi, dan otomotif. Ia menyebut perusahaaan-perusahaan itu terutama memesan paket perjalanan sebagai insentif bagi tenaga penjual mereka.
Di luar itu, lewat roadshow, pihaknya berharap bisa menjaring lebih banyak jenis perusahaan untuk memilih Thailand sebagai destinasi MICE. Misalnya, perusahaan farmasi atau IT yang bisa memanfaatkan wisata kebugaran Thailand. "Tidak hanya di bagian tengah, tetapi juga di utara, kami juga menawarkan pusat kebugaran," imbuhnya.
Genjot Tingkat Kunjungan
Untuk itu, pihaknya membawa 25 perusahaan, meliputi hotel, convention center, dan travel agent, untuk mempromosikan layanan mereka pada market Indonesia. Puripan berharap aksi jemput bola itu bisa menaikkan transaksi hingga 20 persen dari masing-masing penjual yang berpartisipasi.
Di sisi lain, Thailand juga menawarkan sejumlah fasilitas yang mempermudah rombongan MICE Indonesia. Bekerja sama dengan imigrasi setempat, mereka menyediakan jalur khusus yang disebut MICE lane. Jalur itu, kata Puripan, bisa dilewati oleh VIP dari luar negeri.
"Ada di Suvarnabhumi, Don Mueang, Chiangmai, dan Phuket," katanya.
Secara fasilitas, sektor swasta terus menyiapkan convention center yang lebih memadai. Tahun ini, Queen Sirikit Convention Center di Bangkok dibuka, sedangkan Icon Siam di Bangkok juga diperbesar kapasitasnya. Pattaya juga memiliki pusat konvensi baru sehingga total terdapat dua tempat. Begitu pula dengan kota-kota lain yang kapasitasnya lebih kecil dari di Bangkok.
"Rata-rata masa tinggal rombongan MICE dari Indonesia itu 4-5 malam, walau ada yang hanya 2--3 malam," imbuh Thanabodee.
Advertisement