Liputan6.com, Jakarta - Inggris membutuhkan tambahan investasi sebesar 1 triliun Poundsterling dalam dekade berikutnya untuk mendongkrak pertumbuhan ekonominya.
Perdana Menteri (PM) Inggris Keir Starmer mengungkapkan bahwa ia mentargetkan ekonomi negaranya tumbuh 2,5% secara tahunan.
Advertisement
Target tersebut ia sampaikan saat berkampanye menjelang pemilihan umum Inggris pada 4 Juli lalu.
Di sisi lain, target ini tampaknya akan menjadi tantangan bagi Starmer karena 2,5% merupakan tingkat pertumbuhan yang belum pernah dicapai Inggris sejak sebelum krisis keuangan 2008.
Tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 3% akan membutuhkan investasi tambahan sebesar 100 miliar poundsterling per tahun dalam 10 tahun ke depan, khususnya dari sektor energi, perumahan, dan modal ventura, menurut laporan dari kelompok lobi jasa keuangan asal Inggris, Capital Markets Industry Taskforce.
Negara itu membutuhkan tambahan 50 miliar poundsterling per tahun dalam investasi energi, karena berupaya memenuhi target nol bersih, 30 miliar poundsterling dalam perumahan dan 20-30 miliar poundsterling dalam modal ventura.
Investasi tersebut dapat berasal dari enam triliun poundsterling dalam bentuk modal jangka panjang di sektor pensiun dan asuransi Inggris, menurut penulis utama laporan tersebut Nigel Wilson, mantan bos Legal & General.
"Kita telah kurang berinvestasi di Inggris untuk waktu yang lama, ada kesenjangan yang besar antara negara-negara G7 lainnya dengan kita sendiri," katanya.
“Kami memiliki modal jangka panjang di Inggris, modal tersebut perlu dialokasikan kembali,” ujar Wilson.
Dana Pensiun
Menurut laporan terpisah yang diterbitkan oleh lembaga pemikir New Financial, dana pensiun Inggris memiliki alokasi yang jauh lebih rendah untuk ekuitas domestik dan tidak terdaftar daripada sebagian besar sistem pensiun pasar maju secara global.
Alokasi dana pensiun Inggris dapat meningkat dua kali lipat dan masih sejalan dengan industri pensiun di pasar maju lainnya, kata laporan itu.
Advertisement