Sering Gelisah dan Khawatir? Ini 5 Kunci Ketenangan Hati dan Kelapangan Pikiran

Ada beberapa kunci ketenangan hati yang bisa dipraktikkan. Insya Allah gelisah dan khawatir akan lenyap berganti menjadi ketentraman

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 07 Sep 2024, 20:30 WIB
Ilustrasi Berdoa Credit: shutterstock.com

Liputan6.com, Jakarta - Tak dipungkiri, sebagian dari kita kerap merasa gelisah dan khawatir. Saat hati gelisah, maka urusan lainnya kerap menjadi berantakan.

Sebab, saat merasa khawatir berlebihan, maka yang muncul adalah berbagai hal negatif. Tidak doyan makan, tidur tidak lelap, susah berkonsentrasi, yang ujung-ujungnya bisa menyebabkan orang sakit.

Kekhawatiran bisa dipicu masalah apa saja. Soal bisnis, sekolah, keluarga, cinta dan lain sebagainya.

Apabila merasakan gejala gelisah dan khawatir berlebih, ada baiknya seorang muslim mengobatinya dengan cara islami.

Berikut ini adalah ulasan 5 kunci ketenangan hati dan kelapangan pikiran, yang disarikan dari materi khutbah Jumat, dikutip dari laman NU Online, Sabtu (7/9/2024).

1. Taat kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW

Pertama, kunci ketanangan dan kelapangan hati adalah taat kepada Alloh dan kepada Rasul-Nya. Sebagaimana kita ketahui, taat kepada Allah merupakan salah satu sifat orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah.

Sementara orang yang beriman dan bertakwa sangat dicintai oleh Allah. Apa pun hajat dan keinginannya akan dipenuhi. Apa pun masalah yang dihadapinya akan diberikan jalan keluar.

Bahkan ia akan dilimpahi rezeki dari jalan yang tak disangka-sangka. Termasuk hatinya akan selalu dilapangkan di setiap keadaan. Bukankah itu merupakan penenang dan pelapang hati? Mari kita simak kembali firman Allah mengenai jaminan-Nya bagi orang-orang yang bertakwa.

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا ، وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

Artinya, “Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak dia duga,” (QS Ath-Thalaq: 2-3). Itulah janji Allah bagi siapa pun hamba-Nya yang bertakwa kepada-Nya.

Simak Video Pilihan Ini:


Berdzikir dan Taubat

2. Dzikir Mengingat Allah SWT

Kedua, kunci penenang dan pelapang hati adalah berdzikir dan selalu mengingat Allah Dzat yang maha menyiptakan. Bahkan, lebih luas lagi, selain dzikir dengan asma dan sifat-sifat-Nya, kategori dzikir di sini mencakup dzikir mengungat kekuasaan, ciptaan, dan aturan-aturan-Nya, ancaman-ancaman-Nya, serta tanda-tanda kebesaran-Nya.

Selain menjadi sebab turunnya ketenangan hati, dzikir mengingat Allah juga menjadi sebab selamatnya diri dari melanggar larangan-larangan-Nya. Bayangkan saat kita berkeinginan untuk melakukan maksiat kepada Allah, kemudian segera mengingat Allah, niscaya kita akan mengurungkan keinginan itu. Pasalnya kita merasa takut terhadap siksa dan ancaman-Nya.

Artinya, alangkah baiknya dan memang semestinya hati kita selalu mengingat Allah. Kapan pun dan di mana pun.

Baik dzikir dengan lisan, dengan hati, maupun dengan keduanya. Baik secara jahar atau suara keras maupun secara sirr atau suara pelan. Adapun jaminan Allah bagi orang yang selalu berdzikir kepada Allah sudah dijelaskan dalam Al-Quran:

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

Artinya, “Ingatlah hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram,” (QS Ar-Ra’du: 28).

3. Bertaubat

ketiga untuk meraih ketenangan dan kelapangan hati adalah bertaubat dan berserah diri kepada Allah. Setiap manusia pasti berbuat dosa dan kesalahan. Obatnya adalah bertaubat kepada Allah. Orang yang berdosa kemudian bertaubat ibarat orang yang kotor kemudian mandi. Hal itu harus segera dilakukan, jangan menunggu dosa itu berkarat dan berakibat mengeraskan hati.

Selain bertaubat, jika kita ingin tenang dan lapang hati harus berserah diri kepada Allah. Apa pun yang datang dari-Nya, kita terima dengan keikhlasan.

Berprasangka baiklah kepada Allah. Sebab, di balik sesuatu yang kurang kita senangi, ada rahasia besar dan kebaikan yang hendak Allah berikan.

Ingatlah apa pun yang diberikan Allah kepada hamba-Nya pasti baik. Sebab, kurang baik itu hanya menurut pandangan mata kita. Mari kita simak jaminan Allah bagi orang yang tawakal dan selalu berserah diri kepada-Nya.

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ

Artinya, “Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya.” (QS Ath-Thalaq: 2-3).

Walhasil, setiap kita sudah berbuat lalai atau berbuat dosa, segera akhiri dengan taubat. Setidak-tidaknya dengan istigfar. Setiap kita menerima ujian atau hasil yang kurang sesuai dengan harapan segera serahkan kepada Allah.

Berusahalah lebih keras lagi. Lebih sering lagi berdoa dan memohon kepada-Nya. Adapun hasilnya terserah Allah.

Syukurilah setiap apa yang sudah Allah berikan kepada kita. Besar atau pun kecil. Sebab, dengan syukur, nikmat Allah akan ditambah. Dengan berserah, hidup menjadi ringan tanpa beban.

Ibnu Athaillah pernah berpesan, jangan pernah memikirkan sesuatu yang sudah dijamin oleh Allah. Sebab, itu bukan urusan hamba. Dipikirkan pun hanya akan membuat beban. Hamba hanya berusaha dan berdoa. Hasilnya terserah Allah.

Jika kita sudah berkeyakinan demikian, niscaya hati akan tenang dan lapang. 


Memperdalam Ilmu Allah dan Menolong Sesama

4. Memperdalam Ilmu Allah

Kunci keempat penenang hati adalah memperdalam ilmu Allah. Tak bisa disangkal, sempitnya hati kita akibat kurangnya ilmu Allah dalam hati kita. Maka salah satu kunci penting meraih ketenangan hati adalah mendalami ilmu-ilmu-Nya.

Sebab, dengannya hati kita akan tenang dan terang dari gelapnya kebodohan. Karena itu, selagi ada waktu, tuntutlah ilmu Allah. Perdalamlah ilmu Allah, niscaya hati kita akan lapang dan terang. Ingatlah ilmu itu cahaya yang selalu menerangi pemiliknya sekaligus menuntunnya ke jalan keselamatan.

5. Menolong Sesama

kunci kelima ketenangan hati adalah selalu menolong sesama. Sebagaimana hadis yang sudah disampaikan dalam muqadimah khutbah di atas, orang yang selalu menolong kesulitan orang lain, maka akan ditolong oleh Allah.

Siapa saja yang membukakan kesulitan sesama muslim, maka Allah akan menghilangkan kesulitannya pada hari Kiamat. Bukanlah ketika mendapat pertolongan orang lain, hati kita menjadi senang?

Maka itu pula yang dialami orang lain saat ditolong oleh kita. Maka mulai dari sekarang, perbanyaklah membantu orang lain. Niscaya kita akan mendapat pertolongan Allah.

Mari simak kembali sabda Rasulullah saw.

مَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ، كَانَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ فِي حَاجَتِهِ، وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً، فَرَّجَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَنْهُ بِهَا كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ

Artinya, “Siapa saja yang menolong kebutuhan saudaranya, maka Allah akan menolong kebutuhannya. Siapa saja yang membukakan kesulitan sesama muslim, maka Allah akan membukakan satu kesulitannya pada hari Kiamat.” (HR. Ahmad).

Sebab itu, mari menebar kebaikan, sebab itulah kebaikan yang akan kembali kepada kita. Tolonglah orang lain, niscaya kita akan mendapat pertolongan. Bukalah kesulitan orang lain, niscaya kesulitan kita pada hari kiamat akan dibukakan oleh Allah.

Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa mendapat pertolongan Allah serta di akhirat kelak kita termasuk hamba-hamba yang mewarisi surga-Nya. Amin ya rabbal ’alamin.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya