Tidur Itu Ayatnya Allah dan Obat Paling Manjur Kata Gus Baha, Penjelasannya Begini

Tidur merupakan salah satu dari sekian banyak ayat-ayat Allah SWT. Tidur juga merupakan obat paling manjur menurut Gus Baha

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Sep 2024, 01:30 WIB
Gus Baha (TikTok)

Liputan6.com, Cilacap - Ulama asal Rembang yang populer dengan julukan ‘manusia Al-Qur’an’, KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) mengatakan bahwa tidur merupakan salah satu dari sekian banyak ayatnya SWT.

Dalam sebuah kesempatan ceramahnya, Gus Baha menerangkan bahwa tidur merupakan salah satu takdir atau ketetapan Allah SWT atas manusia.

Allah Maha Tahu akan kebutuhan manusia yang membutuhkan istirahat. Dan tidur tersebut merupakan sebaik-baik istirahat.

Termasuk ayatnya Allah adalah kamu ditakdir tidur malam hari maupun siang hari, terangnya dikutip dari tayangan YouTube @SudarnoPranoto, Sabtu (07/09/2024).

 

Simak Video Pilihan Ini:


Alasan Tidur Merupakan Ayat Allah SWT

Ilustrasi Anak Tertidur Credit: pexels.com/Salero

Gus Baha menjelaskan, tidur merupakan kebutuhan pokok manusia sebagaimana makan dan minum. Sebab jikalau tidak tidur boleh jadi manusia bisa akan cepat mati sebab kurang istirahat.

“Kenapa dihitung wamin aayatihi?” terangnya.

“Sekarang kalau ada pakar medis, pakar kesehatan bilang kalau kurang istirahat itu mati,” sambungnya.

Bahkan kurang tidur bisa memicu timbulnya penyakit-penyakit yang berbahaya seperti jantung.

“Kalau kurang istirahat bisa jantungan,” lanjutnya.

“Berarti tidur adalah menghilangkan penyakit atau obat paling manjur,” imbuhnya.

Menurutnya, meskipun obat bisa sebagai perantara dapat menyembuhkan penyakit, namun jilakau tidak tidur maka manusia akan bisa sakit.

“Kamu beli obat harganya satu miliar tapi tidak pernah tidur tiga hari tetap taqabbalallahu minna waminkum taqqabbal yaa kariim,” terangnya.

“Makanya yang penting itu obatnya atau tidurnya?” sambungnya.


Waktu Tidur yang Dianjurkan dalam Islam

Ilustrasi tidur, bermimpi. (Photo by yanalya on Freepik)

Menukil NU Online, waktu tidur yang dianjurkan oleh syara’ adalah tidur di waktu qailulah. Dalam hadits dijelaskan:

قِيلُوا فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَقِيلُ

“Tidurlah qailulah (siang hari) kalian, sesungguhnya Syetan tidak tidur di waktu qailulah” (HR ath-Thabrani)

Waktu qailulah ini ada yang menafsirkan tidur sebelum waktu dhuhur (tergelincirnya matahari), ada pula yang menafsirkan setelah masuk waktu dhuhur. Yang pasti, fungsi utama tidur qailulah ini adalah sebagai persiapan agar dapat melaksanakan qiyam al-lail dengan shalat dan berdzikir di malam hari.

Seperti yang dijelaskan oleh Imam al-Ghazali:

القيلولة وهي سنة يستعان بها على قيام الليل كما أن التسحر سنة يستعان به على صيام النهار

“Tidur qailulah adalah sunnah yang dapat membantu seseorang untuk melaksanakan qiyam al-lail, seperti halnya sahur hukumnya sunnah yang berfungsi untuk membantu seseorang dalam melaksanakan puasa di siang hari” (Al-Ghazali, Ihya’ ulum ad-Din, juz 1, hal. 338).

Selain itu, syara’ menganjurkan agar seseorang menjadikan waktu malam sebagai waktu untuk tidur dan istirahat, sedangkan waktu siang untuk bekerja dan beraktivitas.

Sebab pola demikianlah yang dipandang ideal dan sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini seperti ditegaskan dalam Al-Qur’an:

وَجَعَلْنَا اللَّيْلَ لِباساً وَجَعَلْنَا النَّهارَ مَعاشاً

“Dan Kami menjadikan malam sebagai pakaian (waktu tidur), dan Kami menjadikan siang untuk mencari penghidupan” (QS An-Naba’, Ayat: 10-11)

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya